Bab 19

37 5 7
                                    

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Lenora mengembuskan napas berat dan pada akhirnya ia menoleh ke arah Kaiden kemudian bertanya, "Kakak pacaran ya sama Miss Camila?"

Kaiden menautkan alisnya heran. "Hah?"

Lenora mengangguk malu-malu. "Soalnya tiap Nora mau nyamperin, pasti Miss Camila selalu ada deket Kakak. Makanya Nora ngejauh," ungkap Lenora.

Kaiden tersenyum kecil dan menjawab, "enggak. Kakak enggak pacaran sama Camila. Kita cuma temen satu kampus dan kebetulan lulus bareng dan dapet kerja di tempat yang sama aja. Kenapa kami keliatan sering bareng, mungkin karena kami seumuran dan guru-guru lain tuh umurnya jauh di atas kami. Jadinya sungkan mau berinteraksi sama mereka."

Lenora tetap diam. Kaiden kembali melanjutkan ucapannya, "lagian waktu itu Kakak udah bilang. Kakak tuh belum ada deket sama siapa-siapa. Jangankan mau deket sama perempuan manapun, Kakak malah keasyikan ngurus RPP sama media ajar tiap hari. Sekarang 'kan guru dituntut harus lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Makanya Kakak enggak ada waktu buat mikirin pacaran. Lagipula, umur Kakak kayaknya udah enggak cocok buat begituan. Udah tua. Haha."

"Kakak enggak tua kok. Masih muda!" ucap Lenora tak setuju. Kaiden menautkan alisnya. "Oh, ya? Padahal kata temen Kakak, umur Kakak tuh udah termasuk tua. Lagian terakhir pacaran Kakak tuh masih kelas 10 SMA. Mana cuma main-main aja lagi. Enggak boleh ditiru, ya? Mending fokus belajar daripada mikirin pacaran enggak jelas dan bikin kamu lupa belajar," nasihat Kaiden.

Lenora menatapnya malu-malu. Kaiden yang mendapati tatapan itu langsung bertanya, "kamu lagi deket sama cowok, ya?" Entah kenapa Kaiden merasa tak nyaman dengan pemikirannya mengenai Lenora yang sedang dekat dengan laki-laki lain.

Bagaimana kalau nanti Lenora tidak fokus belajar? Bagaimana kalau laki-laki ini cuma mau main-main sama perasaan Lenora? Bagaimana ini, bagaimana itu. Kaiden seakan tak rela.

Lenora menggeleng kecil. "Enggak kok. Lagian kayaknya dia enggak peka juga sama perasaan Nora," ucap Lenora dengan nada lirih, tapi masih bisa didengar oleh Kaiden.

Kaiden menautkan alisnya. Siapa laki-laki yang membuat Lenora bersedih begini? Ia tak menyukai bagaimana gadis itu terlihat patah semangat. "Berarti dia bodoh kalo enggak peka sama Nora. Kamu cantik dan manis begini masa dia enggak peka sih? Buta kali matanya," ucap Kaiden mencoba menyemangati.

Lenora yang mendengar itu langsung tersenyum geli. Kaiden yang melihatnya tentu saja senang. "Kakak yakin mau nyebut dia bodoh? Nyebut dia buta?" tanya Lenora.

"Lho? Bener kok. Orang manapun yang enggak peka sama seorang Mailie Lenora Gretta berarti dia adalah orang bodoh dan buta. Kamu tuh cantik, manis trus pinter lagi. Paket komplit tau. Cowok manapun yang dapetin kamu pasti beruntung banget. Cuma jangan sampai biarin cowok itu ganggu kamu buat bersinar. You deserve everything in this world, Nora. Kamu mau bersinar, maka jangan biarin siapapun buat madamin cahaya kamu," ucap Kaiden.

Lenora tersenyum lebar mendengar itu. "Makasih, Kak. Nora seneng deh dengernya."

"Nora, jangan biarin orang-orang yang enggak peka itu bikin kamu murung. Your smile is the best smile in the world that I've ever seen. I don't like it when I can't see it. Salah satu motivasi Kakak buat belajar saat ujian adalah denger kamu muji Kakak dan tersenyum lebar kayak begini. It makes me feel better even though I'm not in a good mood," ungkap Kaiden.

"Makasih, Kak. Ucapan Kakak tuh berarti banget buat Nora," ucap Lenora.

Kaiden tersenyum dan mengusap lembut kepala Lenora. Ia rapikan rambut berantakan Lenora yang mana membuat wajah gadis itu memerah malu. Sial, ia lupa mengenai penampilannya.

"No biggie. Lagian, jangan sia-siakan waktu kamu buat cowok enggak peka itu. If I were him, I'll never take my eyes off you." Kaiden berujar tanpa menyadari kalau sejak tadi laki-laki yang dimaksud Lenora adalah dirinya.

"You'd do that?" tanya Lenora mencoba meyakinkan dirinya. Kaiden mengangguk kecil. "Lagian siapa sih yang enggak suka sama kamu? Coba bilang sama Kakak biar Kakak jitak orangnya," ucap Kaiden.

Lenora menggeleng kecil dan tertawa geli. "Enggak boleh main jitak. Kata Papa nanti kepala orangnya benjol," ucapnya yang mana membuat Kaiden tertawa terbahak-bahak.

"Oh, gosh! Kamu masih selucu waktu kecil, ya? Always listen to your parents. Itu bagus. Bagus banget kok. Lagipula kamu bener. Enggak boleh main kekerasan kecuali itu benar-benar diperlukan dan buat membela diri dari bahaya," ucap Kaiden.

Lenora tersenyum malu. "Ih, Nora udah gede tau. Bukan lucu lagi harusnya, tapi cantik!" ucapnya menolak, tapi pipinya merona.

Kaiden tersenyum geli dan menunjuk ke pipi Lenora yang memerah. "Trus kenapa tuh pipinya merah kayak tomat? Malu, 'kan? Hayo ngaku!"

"Ih, enggak! Nora enggak malu tau!"

"Hahahahaha!"

"There you are. Udah baikan rupanya."

Lenora dan Kaiden menoleh hanya untuk mendapati Alisha dan Ervan telah kembali. Keduanya membawa dua bungkus plastik besar berisi banyak camilan dan barang-barang belanjaan Alisha.

"Nih, Papa belikan camilan banyak-banyak. Ada berbagai rasa sampe rasa yang pernah ada pun enggak ketinggalan," ucap Ervan sambil meletakkan plastik berisi camilan dan minuman ke atas meja.

"Lawakan Papa garing tau. Enggak lucu," balas Lenora dengan nada malas. Kaiden yang mendengar itu langsung tersenyum geli.

"Enak aja. Kamu nih, ya. Jadi anak muda sekarang ngeselin orang tua aja. Enggak Papa kasih uang jajan baru tau," balas Ervan tak mau kalah.

"Aku minta Mama dong. Lagian uang Papa tuh uang Mama. Uang Mama tetep uang Mama. Wleee!" ejek Lenora.

"Lenora! Kamu nih, ya!"

"Jangan berantem deh. Mending kamu bantuin aku nyimpen ini ke ruang penyimpanan daripada gangguin anak kita begitu. Enggak malu kamu diliatin Kaiden?" tegur Alisha kepada sang suami.

Ervan pun berdiri dan membantu sang istri menyimpan belanjaannya. Kaiden menatap Lenora yang malah asyik menyantap camilan yang dibelikan oleh orang tuanya.

Kaiden tersenyum kecil ketika melihat bagaimana leluasanya Lenora mengekspresikan perasaannya. Ia menyukai bagaimana Lenora yang bisa tersenyum dan tertawa lepas tanpa ada perasaan sedih. Ia menyukai senyuman gadis itu, sejak dulu bahkan ketika Lenora masih kecil. Ia tak ingin senyuman itu luntur dari sana.

"Nora ..."

Lenora menoleh dan menatap Kaiden dengan tatapan bertanya. Kepalanya sedikit ia miringkan. "Hm?"

Kaiden tersenyum dan melanjutkan ucapannya, "... terus tersenyum oke? Kakak suka senyuman kamu. Like I said before, that's the best smile that I've ever seen."

Lagi, pipi Lenora memerah malu dibuatnya. Kaiden ini benar-benar bisa membuat hatinya jungkir-balik dari Merkurius sampai Pluto.

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

⊂◉‿◉つ Bab 19
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin

[05] Puppy Love ✔Where stories live. Discover now