Bab 28

19 4 5
                                    

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

Lenora mengemas buku-bukunya dan bersiap untuk pulang. Angel sudah pulang lebih dulu karena ada janji dengan Aldo, katanya Aldo ingin mengajak Angel makan malam dengan keluarga Aldo. Seketika Lenora merasa iri. Sahabatnya sudah siap dibawa ke jenjang yang lebih serius oleh kekasihnya, sedangkan Lenora masih meratapi nasibnya dengan kisah cintanya padahal ia dan Angel sama-sama menyukai pria yang lebih tua daripada mereka. Bedanya Aldo adalah mahasiswa S2 yang sedang menyiapkan tugas akhirnya dan Kaiden adalah seorang guru, lebih parahnya lagi adalah guru di sekolah Lenora. Bahkan wali kelasnya Lenora.

“Len, balik bareng gue mau enggak? Mumpung gue bawa motor.” Denis yang juga masih ada di kelas karena baru selesai menyelesaikan piket pun menawarkan kepada Lenora. Biasanya Lenora akan pulang bersama dengan Angel atau memesan gojek, tapi hari ini ponsel Lenora kehabisan baterai dan Angel juga sudah pulang jadi Lenora tidak bisa meminta Angel untuk memesankan gojek untuknya.

“Hm, gimana ya? Enggak ngerepotin lo emang? Rumah lo sama gue ’kan enggak searah, Den. Kesian lo bolak-balik.” Lenora menjawab dengan ragu.

“Gapapa sih, tapi abis gue nganterin lo, gue mampir mau minta minum. Ya, es sih kalo bisa. Mayan deh buat ngatasin capeknya gue.” Denis menjawab dengan senyuman lebar yang membuat Lenora terkekeh kecil.

“Oke deh. Maaf ngerepotin ya, Den.” Denis mengangguk dan mengajak Lenora ke parkiran motor. Sesampainya di parkiran, mereka tak sengaja melihat Kaiden dan Camila sedang bersitegang. Denis yang kepo pun menarik Lenora untuk bersembunyi di balik tembok, menguping apa yang menjadi pertengkaran antara kedua guru muda mereka itu. Lenora juga sebenarnya penasaran, walaupun perasaan cemburu lebih mendominasi.

Kaiden mengembuskan napas berat dan berkata, “kapan sih lo mau ngertiin gue? Kita tuh cuma temen, Mil. Gue enggak anggap lo lebih. Tolong pahamin itu. Lo berhak dapet yang lebih dari gue. Lo berhak dapet orang yang emang cinta sama lo.”

“Gue enggak butuh orang lain. Gue cuma butuh lo!” Camila dengan keras kepala membalas.

“Ugh! Mil, tolong jangan kekanakan deh. Cinta enggak bisa dipaksa. Gue enggak bakal bisa suka sama lo dengan cara yang sama gimana lo suka sama gue.”

Camila menangis dengan pilu. “Apa kurang gue, Den? Gue berusaha sekuat yang gue bisa. Gue mati-matian belajar biar bisa lulus bareng sama lo. Gue juga mati-matian biar bisa lulus sertifikasi guru dan keterima di tempat kerja yang sama dengan lo. Gue lakuin semuanya buat bisa deket sama lo. Gue bahkan nolak banyak orang-orang mapan lainnya yang nembak bahkan ngelamar gue cuma gara-gara lo. Apa yang kurang dari gue, Den? Apa?”

“Mil, apa yang lo rasain itu bukan cinta. Lo terobsesi sama gue.” Kaiden mencoba menjelaskan.

I AM NOT OBSESSED WITH YOU!!! I LOVE YOU!!!” bentak Camila yang tak terima perasaannya disebut obsesi alih-alih cinta.

“And how many times do I have to freaking tell you? I did not like the way you like me. Tolong, ngertiin gue. Perasaan gue bukan buat lo,” balas Kaiden yang sudah lelah.

Air mata mengalir dari sudut mata Camila. Perasaannya terluka. Bagaimana bisa semua yang sudah ia lakukan tak ada artinya bagi Kaiden? Ia bertanya, “siapa? Buat siapa perasaan lo? Buat anak yang bahkan umurnya jauh di bawah lo. Iya?! Jawab gue, Kaiden!”

Kaiden menatapnya tak mengerti. “Gue enggak ngerti lo ngomong apa.”

Camila meraih tangan Kaiden yang ada gelang pemberian dari Lenora. Wanita itu menatap bengis gelang itu dan bertanya dengan nada ketus, “orang yang ngasih gelang ini, kan? Dia yang lo suka. Iya, kan? Gue tau. Lo nolak hadiah dari gue, tapi lo terima hadiah dari dia.”

Kaiden menarik tangannya agar lepas dari genggaman Camila. “Lo enggak ngerti apa-apa.”

“Apa yang enggak gue ngerti? Apa? Lo suka sama murid lo sendiri, Kaiden. That's illegal. Lo tuh guru. Tugas seorang guru tuh membimbing bukan malah suka sama muridnya sendiri!” bentak Camila.

“CAMILA, ENOUGH!”

Denis dan Lenora yang menguping pembicaraan itu pun terkejut. “Njirr, Pak Kaiden naksir sama murid? Wah, berita heboh nih.” Denis bergumam tak percaya. Ia bahkan mulai merekam pertengkaran Camila juga Kaiden.

Lenora, di sisi lain malah tak percaya. Ada secercah harapan dalam hatinya. Gelang yang dipermasalahkan oleh Camila adalah pemberiannya dan Camila yang mengatakan bahwa Kaiden menyukai muridnya membuat Lenora teringat bagaimana Kaiden mengatakan padanya bahwa ia tak menyukai kalau Lenora berpacaran dengan orang lain. Apakah ini artinya perasaannya bersambut?

Lenora menoleh ke arah Denis dan merebut ponsel pemuda itu. “Jangan direkam. Ini privasi mereka.” Gadis itu menegur.

“Ih, gapapa. Buat kelas kita aja. Pasti heboh anak-anak yang lain apalagi mereka banyak naksir Pak Kaiden juga. Pasti pada patah hati tuh mereka.” Denis mencoba mengambil ponselnya lagi dari Lenora, tapi gadis itu dengan tegas menolak apapun yang Denis usulkan.

“Tch, iya deh. Balikin HP gue. Enggak bakal gue rekam kok,” ucap Denis dengan nada pasrah. Lenora pun mengembalikan ponselnya Denis yang langsung disimpan oleh pemuda itu.

Kedua murid itu pun kembali memusatkan perhatian mereka kepada Camila yang masih menangis dan Kaiden yang mengembuskan napas kasar. Pertengkaran mereka seperti tak menemukan titik temu.

“Camila, tolong ngertiin gue. Perasaan gue biar jadi urusan gue. Lo enggak harus peduli dengan perasaan gue dan tolong ingat dengan baik, gue enggak bakal bisa ngebales perasaan lo. Sebaiknya lo cari orang lain yang juga sama-sama suka sama lo. Cinta sepihak itu sakit, Mil. Lo harusnya tau itu kalo emang bener apa yang lo rasain ke gue itu adalah cinta,” ucap Kaiden.

Camila mengusap air matanya dengan kasar dan menatap Kaiden dengan tatapan kecewa. “Kalian mungkin saling cinta, tapi dunia punya norma. Negara punya peraturan. Hubungan lo sama dia enggak bakal bisa berhasil. Kalian terlalu jauh. Dia terlalu muda buat lo. Bahkan dia masih bocah. Lo berhak dapet yang setara sama lo dan itu adalah gue, Den. Gue punya penghasilan sendiri. Gue juga guru. Gue juga seumuran sama lo. Harusnya lo pilih gue bukannya anak kecil yang baru puber!”

“Well, that's my problem not yours to handle. Gue bisa ngatasin masalah gue sendiri tanpa harus lo ikut campur di dalamnya, Mil. Setelah ini, tolong bersikap selayaknya rekan kerja dan jangan ikut campur sama kehidupan gue lagi. Gue rasa pertemanan kita cukup sampe di sini aja. Gue enggak akan ngerespon lo apapun itu kecuali urusan kerja,” ucap Kaiden sambil berlalu.

Camila yang melihat itu mengerang kesal dan melemparkan tasnya ke tanah. Ia bahkan menginjak tas itu sebagai luapan rasa kesalnya. Wanita itu kesal dan jengkel.

“SIALAN!” geram Camila.

Denis menatap Camila dengan tatapan tak percaya. “Wah, kalo dari sini Miss Camila keliatan kayak cewek enggak bener deh. Masa ngejar-ngejar cowok sampe begitu. Kayak enggak ada cowok lain aja di dunia ini selain Pak Kaiden,” ucap Denis dengan nada miris.

Lenora hanya diam. Ia bisa merasakan betapa patah hatinya Camila ketika ia selalu ragu dengan perasaannya yang akan disambut oleh Kaiden atau tidak. Hanya saja Lenora tak seperti Camila yang mendekati Kaiden terang-terangan dan berjuang begitu gigih. Lenora masih memiliki rasa ketidakpercayaan pada dirinya sendiri dan itu sering membuatnya ragu untuk mengejar Kaiden lebih jelas.

⊂◉‿◉つ Puppy Love  ⊂◉‿◉つ

⊂◉‿◉つ Bab 28
⊂◉‿◉つ ditulis oleh girlRin

[05] Puppy Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang