24 : Setitik Tinta Hitam di Atas Secarik Kertas Putih

153 21 16
                                    

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^

Ini cuma opsi, tapi kalau mau lebih ngefeel play lagu "Sempurna" ya^^

Ini cuma opsi, tapi kalau mau lebih ngefeel play lagu "Sempurna" ya^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Selamat Membaca!!!





Di dalam kamar yang kini Cinta tempati, terdapat sebuah lemari baju berbahan kayu dengan sebuah cermin persegi panjang di daun pintunya. Cinta kira lemari itu akan lapuk saat dia membersihkannya. Tapi lemarinya masih tampak kokoh, mungkin karena berbahan kayu jati.

Gadis itu termenung, duduk di tepi ranjang sembari menatap pantulan dirinya di atas cermin sejak lima menit yang lalu. Cinta tidak pernah menyangka, kehidupan di umurnya yang menginjak 20 tahun ini lebih rumit dari apa yang dia bayangkan dulu. Rasanya dia menyesal pernah ingin cepat menjadi orang dewasa, agar bebas dan tidak dikekang seperti anak kecil.

Mulai dari perginya ayah yang masih terasa berat, perlakuan ibu dan Wulan padanya, fakta tentang keluarga asli, dan juga Alam Putra Semesta.

Melihat Alam menangis kemarin, Cinta berfirasat bahwa lelaki itu memang memiliki masalah yang serius. Pasalnya itu kali pertama dia melihat Alam menangis begitu hebat. Tidak ada sepatah kata yang keluar sebagai penjelasan dari mulut lelaki itu selain suara isaknya. Cinta pun juga tidak memaksa agar Alam mau bercerita.

Entah apa yang sedang Alam hadapi, tapi Cinta yakin hal itu ada sangkut pautnya dengan lelaki itu yang tiba-tiba hendak menjauhinya tempo hari. Bisa jadi Alam lebih memilih menyakiti Cinta dengan dusta daripada harus menyakiti dengan fakta.

Alam sudah kembali, tapi semuanya masih samar.

Mengulum bibir, Cinta menatap pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini. Kaus putih dilapisi outer cokelat sebagai atasan, juga celana beige yang begitu sepadan sebagai bawahan. Cuaca hari ini tampak cerah sehabis hujan kemarin, membuat Cinta memilih untuk menguncir kuda rambutnya.

Beberapa menit yang lalu, Cinta mendapatkan pesan singkat dari Alam. "Hai. Kalau lagi nggak sibuk, jadi mau ketemu Mama?", kira-kira begitu isi pesannya. Itu mengapa Cinta berpenampilan sedikit berbeda sekarang. Aneh, padahal dia yang meminta ingin dipertemukan dengan Mama Alam. Tapi dia malah seketika gugup.

Cinta berdeham singkat, kemudian berbicara di depan cermin, "Selamat siang, Mama Alam-" Gadis itu menggeleng, lalu mengulang perkataannya, "Selamat siang, Tante. Saya Cinta Rembulan Purnamasari, temannya Alam. Boleh dipanggil Cinta, tapi kalau mau manggil yang lain juga boleh."

Cinta menyengir sendiri, namun hanya sebentar karena tersadar dia sudah mirip seperti orang gila. Gadis itu menepuk kedua pipinya sendiri, lalu menghembuskan napas ke udara. Tidak apa-apa. Tidak perlu menjadi orang lain, cukup jadi diri sendiri. Cinta yakin dia bisa memberikan kesan yang baik. Ingin sekali dia berterima kasih karena telah melahirkan Alam ke dunia.

MasaWhere stories live. Discover now