28 : Kebahagiaan itu Bukan Aku

98 18 16
                                    

Sudah lama Alam tidak aku up2. Terlalu fokus ke Sadewa jadi agak lupa sama Alam😞. Love you Al❤️.

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^

••••Selamat Membaca!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Selamat Membaca!!!








Kisah kilas balik yang diceritakan Markus kepada Cinta cukup memakan waktu. Sembari mengisi perutnya dengan sepotong roti dan sekotak susu coklat, Cinta mendengarkan dengan saksama. Dia sampai tidak merasa mereka telah duduk di depan minimarket selama tiga jam. Kisah tentang Alam membuat Cinta sadar dia tidak tahu cukup banyak perihal lelaki itu.

"Semenjak kepergian Mamanya, Alam semakin ditekan sama Papanya. Orang itu semakin leluasa menguasai Alam. Jadi kalau lo bingung selama ini Alam tiba-tiba hilang, dia pulang ke rumah keluarga Papanya. Itu pun atas dasar paksaan dan ancaman. Gue ingat Alam pernah cerita. Papanya bilang, ikuti omongan saya kalau kamu tidak mau hidupmu dipersulit."

Cinta mengernyit dalam. "Seorang ayah ngomong begitu?" tanyanya dengan nada tidak percaya.

Kedua bahu Markus terangkat. "Yah ... nyatanya nggak semua orang tua di dunia itu baik. Dari cerita Alam barusan pun udah nunjukin poin utamanya. Orang itu cuma memikirkan status dan hak warisan. Tentang Alam yang disuruh menjadi orang nomor satu, sekaligus harta warisan dari Kakeknya."

Cinta terdiam sejenak. Perkataan Markus ada benarnya sedikit.

"Emang Papanya Alam kerja apa?"

"Gue kurang tau. Yang gue tau Alam cuma bilang Papanya adalah mafia tanah, itu rahasia. Orang lain taunya Papanya Alam bisa kaya karena sering nanam saham di mana-mana."

Cinta tidak lagi lanjut bertanya. Sepertinya menguak lebih lanjut informasi tentang keluarga Alam adalah hal yang cukup sensitif. Lagi pula bukan di situ fokus utamanya.

"Kalau tentang penyakit Alam, apa aja yang lo tau?"

Markus menghela napas sejenak. Kemudian menatap orang yang berlalu lalang di depan mereka. "Gue juga kurang tau masalah itu. Alam nggak pernah cerita. Dan kayaknya Alam sendiri juga nggak sadar sama penyakitnya. Tapi gue cukup sadar sama perubahan fisik Alam dari waktu ke waktu. Gue udah curiga ada yang nggak beres sama anak itu. Tapi begonya gue nggak nanya apa pun ke dia karena takut dikira ngorek-ngorek masalah dia lagi."

Dari nada bicaranya, sangat kentara bahwa Markus merasa bersalah. Dia sudah menganggap Alam lebih dari kata teman atau keluarga. Namun terkadang, cara ia memberi perhatian disalah artikan oleh Alam. Karena itu, dia berhenti mengulik permasalahan Alam, demi mempertahankan pertemanan mereka.

Sejenak, Cinta berusaha mengingat-ingat. Dia baru sadar Alam mengalami perubahan yang cukup signifikan. Lelaki itu terlihat sedikit lebih kurus, tapi tidak begitu mengundang mata karena dia selalu mengenakan baju dua lapis seperti kaus dan jaket denim. Yang sempat membuat Cinta cemas hanyalah bibir Alam yang sempat pucat kala itu. Tapi Alam mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

MasaWhere stories live. Discover now