MPLS | ALISTA

39 10 6
                                    

"Oh ... tidak. Aku bakalan telat ke sekolah nih."

Pagi ini cukup sibuk, karena hari ini adalah hari pertama Alista masuk SMA. Di hari pertama MPLS, sepertinya Alista akan datang terlambat, terhadap apa yang akan terjadi Alista berharap tidak seburuk apa yang dia bayangkan.

Kakak-kakak panitia, tolong jangan hukum aku dengan hukuman yang berat, ya ...

Mama yang kemarin lembur di Rumah Sakit, dia rela bangun pagi hanya untuk mempersiapkan apa yang perlu Alista bawa untuk kegiatan ini.

"Alista, jangan lupa bekalmu, Sayang!"

***

"Pah, bisa ngebut dikit nggak?" ucap Alista dengan cemas.

"Lista ... Papah kan bawa mobil. Jadi nggak bisa ngebut, takut nabrak orang," ujar Papa.

"Tau gini kita pake motor aja, Pah."

Ngebut dikit gak ngaruh ... Hehe

Papanya juga, dia rela mengundur meeting-nya hanya untuk mengantar Alista pergi ke sekolah.

Alista merasa sangat beruntung memiliki orang tua seperti mereka.

***

"Lista, sini! Itu rambut kamu sedikit berantakan, Papa rapihin ya." ucap Papa.

Alista yang awalnya bergegas menuju gerbang kini berbalik, karena Papa memanggilnya. Saat Alista menghampirinya, Dia dengan terampilnya mulai merapikan rambut Alista yang berantakan.

"Nah, sekarang kan keliatan cantiknya," ucap Papa yang terhenti sejenak menghembuskan napas.

"Gak kerasa yah, sekarang kamu udah gede aja, tinggal beberapa tahun lagi kamu ninggalin rumah dan tinggal bersama pria yang kamu cintai." Papa menatap haru Alista.

Entah apa yang dibenak Papa saat itu. Alista hanya menanggapi perkataan Papanya dengan mengatakan "Ish ... Papa, Lista nggak mau nikah dulu. Lagian, nggak ada pria terbaik selain Papa," sedikit kesal.

Papa hanya tersenyum, lalu memelukku.
"Mau gimana pun juga, kamu kan bakalan nikah."

"Udah udah, Papa jangan bahas tentang nikah lagi, Lista udah telat," ujarku bergegas memasuki gerbang.

"Semangat ya, Alista!"

***

"Baiklah, hari ini adalah bab baru dari cerita hidupku, kuharap bab ini bisa lebih baik dari kemarin." batin Alista.

Baru saja Alista memasuki gerbang, salah seorang panitia menghampirinya.

Alista sedikit terkejut dengan hal tersebut "Apakah kakak ini akan menghukumku?"

"Dek, kamu kelas berapa?" Tanya panitia tersebut.

Aku pun menjawabnya, "10 Mipa 4, Kak."

Panitia tersebut pun langsung memberikan arahan kepada Alista untuk memasuki ruang kelas sementara yang ditentukan. Mengetahui hal tersebut, dia langsung mengikuti arahannya.

NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang