chapter 8

23.2K 1K 5
                                    

Utamakan pencet vote sebelum membaca ⚠️!!

Happy reading

•••••

Elara tersenyum saat melihat kue buatannya terlihat sangat perfect

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elara tersenyum saat melihat kue buatannya terlihat sangat perfect. Elara mulai berjalan dengan jantung yang berdegup kencang menuju ruang kerja Erland.

Ceklek..

Elara dapat melihat siluet pria yang sedang memandang jalanan yang ramai mobil yang berlalu lalang dari jendela kaca yang besar.

Elara meletakkan kue itu di atas meja dan berjalan ke arah Erland. Posisi elara tengah membelakangi Erland.

"Sayang, masih marah ya?." Tanya elara, namun Erland hanya diam tak menjawab pertanyaan elara.

Karena Erland tidak membuka suara elara berjalan lagi mendekati Erland, elara kini berdiri di hadapan Erland yang masih fokus menatap jalanan.

"Apa indah nya jalanan depan, padahal aku di depannya loh, ngeri juga kalau marah berasa jadi makhluk ghaib." Batin elara.

"Sayang maafkan elara. elara hanya memeluknya sebatas teman saja tidak lebih kok."

Hening...

Elara menghela nafas panjang..

"Ayolah jangan diamkan elara terus." Lesu nya.

"Sayang." Panggil elara lagi.

Elara menghembuskan nafas nya kasar.

"Aku tadi hany-

"Hentikan, aku tak peduli dengan alasan mu El." Ucap Erland kemudian pergi meninggalkan elara tanpa sepatah katapun menyisakan elara seorang diri.

"Aku yakin Erland sudah tak percaya lagi kepadaku." Lesu elara. Ia membawa kembali kue tersebut ke dapur.

"Kau bodoh letta, harus nya kau menolak pelukan Theo. Sekarang aku harus bagaimana, padahal hubungan elara dan Erland sudah membaik." Batin elara.

"Tapi ini salah Theo juga, kenapa pria itu harus datang sih." Batin nya beralih mengumpati Theo.

Elara menghembuskan nafas nya kasar. Ia kemudian naik ke atas untuk beristirahat. Erland? Ia tak tau kemana pria itu pergi, sudahlah mungkin erland masih membutuhkan waktu.

Hari sudah menunjukkan pukul 02.00 malam. Elara terusik saat merasakan sebuah tangan memeluk pinggang nya. Ia menoleh dan mendapati Erland dengan rambut acak-acakan, bau alkohol menyeruak dalam hidung elara.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang