Bab 5

94 21 2
                                    

Sudah berbulan-bulan keduanya berteman hingga Anka sangat akrab dan sangat dekat dengan Daren. Tapi karna kedekatan keduanya, Anka semakin was-was dan selalu cemas tanpa alasan. Takut jika kejadian 4 tahun yang lalu terjadi lagi.

Flashback

Saat itu Anka berumur 14 tahun dan menduduki bangku sekolah menengah pertama kelas dua. Saat itu Anka juga seorang pribadi yang pendiam dan menyendiri. Tapi dia memiliki teman, ketiganya sudah berteman setahun lamanya. Ketiganya juga sangat dekat hingga Anka berani menceritakan semua masalah yang dialaminya dirumah, bahkan dirinya yang memiliki trauma akan suara pecahan kaca. Dirinya dan kedua temannya satu kelas hingga ketiganya sangat akrab. Saat itu Anka menganggap kedua sahabatnya adalah rumahnya, rumah yang mampu membuat tertawa dan tak mempedulikan kehidupannya sementara.

Hanya saja rumahnya lagi-lagi runtuh karna perasaan yang sering disebut cinta itu. Salah satunya dari temennya jatuh hati pada seorang siswi pindahan dari luar kota. Anka senang mendengarnya dan berusaha untuk menjodohkan keduanya, tak ayal Anka akan menggoda temannya itu, hingga hubungan mereka semakin dekat.

Tapi hal yang tak pernah Anka banyangkan terjadi. Saat mengantar temennya untuk menyatakan perasaannya di belakang sekolah siswi Tersebut menolak pernyataan temannya dengan dalih karna sudah jatuh hati pada pria lain. Anka dan temannya cukup kecewa, hingga pria tadi menanyakan siapakah orang yang disukai siswi tersebut. Dengan malu-malu siswi tersebut menyebut nama Anka. Kedua temennya menatap Anka tak percaya hingga salah satunya menuduh Anka berkhianat.

Anka berusaha menjelaskan bahwa ini diluar kendalinya hanya saja kedua temennya tak menggubris Anka dan hubungan mereka merenggang. Setiap hari Anka memohon untuk memaafkannya. Bahkan Anka rela menjadi budak kedua temennya agar mereka kembali bersama seperti sedia kala.

Ketiganya pun kembali bersama, hanya saja Anka bener-benar dianggap sebagai budak disini. Tak ayal pun Anka sering di aniaya secara verbal. Tapi karna Anka benar-benar menyayangi mereka Anka tak peduli dan menganggap jika teman-temannya hanya marah padanya.

Hingga suatu lari, Anka diajak kebelakang sekolah untuk makan siang bersama. Anka sangat senang bahkan mentraktir kedua temannya itu. Anka sangat senang karena sikap temannya juga berubah, temannya berbicara dengan baik Dengan. Sungguh senang hati Anka sangat itu.

Sesampainya di belakang sekolah entah kenapa tiba-tiba saja tubuhnya didorong hingga tengkurap. Belum sempat bangun, tubuhnya ditendang hingga terbentur dengan tembok pembatas sekolah.

Anka menatap keduanya dengan perasaan sedih, Anka juga bertanya kenapa mereka melakukan hal ini. Bukannya mendapat balasan, Anka lagi-lagi di tendangi secara bergantian oleh keduanya. Salah satu dari mereka mencengkram kerah baju Anka membuat Anka tercekik.

Anka berusaha untuk melepaskan cengkraman tersebut tapi dirinya malah di beri bogeman mentah dari lainnya. Tak sampai disitu, Anka dikata anak tak berguna dan pembawa sial. Temannya juga mengatakan jika alasan kedua orang tuanya pisah itu karena Anka, Anka adalah dalang dari kemalang orang terdekatnya. Kakaknya pun mati karna dirinya. Dirinya adalah benalu sebenernya di kehidupan orang-orang terdekatnya.

Air mata anka jatuh begitu saja mendapatkan perlakuan yang begitu kasar dari kedua, orang yang dianggapnya rumah kini malah menjadi duri dalam langkahnya. Rumah tempatnya singgah saat terluka kini terbakar rasa cemburu hingga melukainya.

Tepatnya berkeluh kesah, tempatnya menceritakan semua kekejaman dunia kini berbalik menyakitinya. Anka hany bisa menangis dan meminta maaf berharap rumahnya bisa kembali seperti semula.

Tak peduli pada tangis Anka, kedua orang tersebut semakin menghajar Anka hingga tak bisa bergerak, Tubuhnya remuk tak tersisa. Tubuh Anka yang lemas di seret begitu saja bak menyeret karung.

Anka ditempatkan di sebuah gudang dan gudang tersebut dikunci dari luar. Anka hanya bisa menangis kenapa hal ini terjadi padanya? Kenapa semesta tak membiarkannya memiliki seseorang untuk disandari?

Anka hanya memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya didalam sana, memikirkan kesalahan apa yang pernah dirinya lakukan hingga semesta begitu membencinya.

Flashback end

Anka melamun mengingat kembali kenangan yang membuatnya cukup takut untuk berteman hingga mengabaikan Daren yang sedari tadi memanggilnya. Keduanya kini sedang berdiri di pembatas rooftop, sekedar memandangi pemandangan.

"Ka... Anka? Woii." Panggil Daren menggoyang tubuh Anka pelan.

Lamunan Anka terbuyar san berkedip pelan mencerna apa yang terjadi. Hingga setetes air mata lolos dari pelupuk mata.

"Lo kenapa?" Tanya Daren khawatir, karna tiba-tiba saja Anka menangis.

"Gak, mata gw panas aja gak kedip tadi." Ucap Anka datar dan menghapus air matanya.

"Ka... Dengerin gw, kalo lo ada masalah cerita. Gw gak mau kalo lo nanggung derita lo sendirian." Ucap Daren memegang kedua bahu Anka.

Anka hanya diam dan menatap Daren datar, kemudian memalingkan pandangannya. Jika memang dirinya bercerita, apa Daren juga akan mengatainya? Sepertinya kejadian 4 tahun silam?

"Lo belum mau cerita? Oke gapapa, gw bakalan tungguin lo buat cerita. Asal lo inget ini, gw bakalan selalu ada disisi Lo selamanya! Selamanya! Apapun yang terjadi." Ucap Daren menekan kata selamanya membuat Anka lagi-lagi terdiam.

"Mereka juga bilang gitu." Ucap Anka membuat hari Daren mencelos.

"Mereka itu mereka, gw ya gw. Gw sama mereka beda ngerti!!" Tekan Daren lagi dan memeluk tubuh Anka yang masih setia menunduk.

"Katanya pelukan juga bisa bikin tenang tau. Gw juga kalo lagi sedih suka banget kalo dipeluk mommy." Ucap Daren dan mengelus kepala Anka lembut.

"Anka... Semua orang itu beda, jadi jangan samain gw sama dia ya..."

"Gw gak tau apa yang lo alami di masa lalu tapi gw harap lo bisa move on dan berusaha buat berdiri lagi." Daren masih setia mengelus rambut Anka pelan.

"Lo itu kuat, lo hebat karna udah sampe di titik ini. Jika lo ngira kalo lo sendiri itu salah. Karna sekarang semesta ngirim gw buat ada disamping lo." Dalam pelukan Daren, Anka terdiam dan menggigit bibir bawahnya, menahan agar dirinya tak menangis.

"Sesekali menangis gak ada salahnya Anka. Lo juga manusia yang punya perasaan. Please jangan tanggung perasaan lo sendirian, setidaknya peluk gw dan nangis tampa diketahui dunia. Jadiin gw tempat lo berlindung dan tempat lo bersembunyi pas lo lagi di keadaan paling bawah. Jadiin gw sebagai tempat lo bergantung Anka." Daren mengelus rambut dan punggung Anka dengan lembut, membawa kedua tangan Anka kebelakang membalas pelukannya. Perasaan Anka semakin tak karuan mendengar perkataan Daren.

Anka memeluk Daren erat, diri memang butuh tempat bergantung, tempatnya mengeluarkan keluh kesahnya, semuanya.

Tak lagi menahan semuanya. Anka menyembunyikan kepala di dada Daren, membiarkan air matanya turun membasahi seragam dan pipinya. Daren langsung membalas pelukan Anka tak kalah erat. Mengelus punggung dan rambutnya lembut, berusaha membuat pria dalam pelukannya merasa nyaman.

Daren memejamkan mata, air matanya juga ikut luruh, hatinya rasanya terkoyak, melihat bahu Anka bergetar karna menangis tampa suara. Entah apa yang telah hal apa yang telah dilalui remaja ini.

"Lo kuat Anka, gw yakin lo bisa tetap berdiri walaupun udah banyak duri yang nancap di kaki lo, gw yakin. Jadiin gw sandaran lo. Jadiin gw Betadine yang bakalan obati luka Lo walaupun bakalan berbekas." Gumam Daren, juga ikut menangis.

To be continue

Zanka Mahardhika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang