1. Hari Pertama Ajaran Baru

80 29 104
                                    

Halo, semoga kalian suka dengan cerita ini.

Jangan lupa tekan vote dan komen ❤️

Gadis itu menghela napas jengah, melihat ramainya barisan murid yang datang terlambat, di hari pertama ajaran baru. Gadis yang hari ini mengenakan almamater OSIS dengan rambut panjang yang sengaja ia ikat bentuk bun itu berdecak gemas karena hampir seluruh murid yang terlambat hari ini adalah kelas XII yang seharusnya menjadi contoh. Gadis itu merasa kesal, melihat sebagian teman sekelasnya menghuni barisan yang diperuntukkan bagi murid yang terlambat.

“Ck, sebanyak ini yang terlambat?” decak pria di sampingnya, sembari berkacak pinggang.

Mengakibatkan sebagian siswi memekik senang, akibat ekspresi yang ditampilkan sang ketua OSIS yang terkenal jarang berekspresi.

“Mending lo atur kelas X sana,” usir gadis itu, semakin kesal karena pekikan heboh para siswi, mengakibatkan mereka tidak kondusif.

“Sebenarnya siapa sih, yang jadi ketua,” dumel pria itu, sembari beranjak pergi.

Sementara itu, di bagian barisan belakang, terdapat dua siswi yang menganga, karena melihat sang ketos yang tampan.

“Gila... ganteng banget tu cowok,” hebohnya.

“Ya elah Le, diem deh lo. Enggak usah bertingkah. Lagian Arkel udah punya pawang,” peringat sahabatnya.

“Ck, ya selama janur kuning belum melingkar ya enggak papa kali gue pepet tu cowok,” ujar gadis yang dipanggil ‘Le’ itu cengengesan.

“Serah lo deh. Lagian ya yang benar itu melengkung, bukan melingkar,” ujar temannya gemas, akan tingkah sang sahabat yang hanya cengengesan.

Setelah kepergian siswa yang didapuk sebagai ketua OSIS yang akan pensiun tahun ini, gadis itu kembali memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswi yang terlambat.

“Sekarang kalian semua baris ke lapangan basket ya,”

“Siap mbak Lei,” seruan kompak para siswa, memancing delikan dari gadis itu.

Sedangkan gadis yang berdiri di belakang sejak tadi hanya mendelik sedikit tidak suka. Entah kenapa ia merasa akan bersaing dengan gadis itu. Ah ralat, bukankah sejak dulu mereka memang sudah bersaing?

***

Sesampainya di lapangan basket, kembali siswi-siswi memekik heboh karena melihat seseorang bermain basket, di lapangan indoor yang kini mereka gunakan untuk berbaris.

Astaga, demi apa, masih pagi gue udah disuguhi pemandangan yang masya Allah.”

“Gila, tu cowok ganteng banget La. Fix gue harus bisa jadian sama dia,” jerit Lea memukul-mukul lengan sahabatnya.

Mendelik, “heh, enggak usah ke-pedean ya lo. Dia itu cowok yang paling disegani di sekolah ini. Dan enggak sembarangan orang bisa masuk ke circle tu cowok, dan saran gue kalau lo mau tenang dan enggak bermasalah, mending hindari tu cowok,” jelas Lula, yang sayangnya tidak didengarkan oleh Lea.

“Siapa yang ijinin lo bawa mereka masuk kesini?” tanyanya dingin, menghentikan pekikan para siswi. Seketika keadaan hening, mereka merasa gugup, karena aura yang dikeluarkan pria itu.

“Yaelah Lei, kenapa kita harus kesini sih, gue belum siap untuk serahin nyawa kali, gue masih pengen nikmatin malam pertama,” ujar rekan gadis itu dramatis.

“Gue rasa selama masih menjadi murid di sini, gue bebas mau ke bagian mana aja yang ada di sekolah ini,” ujar Leisya, mengabaikan perkataan rekannya.

“Oke, fine. Jangan salahi gue kalau sampai mereka luka kena bola,” desis pria itu, dengan senyum miring. Tetapi di mata para gadis, pria itu terlihat seksi.

At CloseWhere stories live. Discover now