5. Hukuman

74 28 104
                                    

Hai, Vi balik lagi 🙌
Hayuk share cerita ini ke doi, crush, keluarga, sahabat, pokoknya kemana aja deh guys (Vi maksa hihihi 😆)
Canda guys ✌️
Janlup vote + komen
Happy reading semua 😉
























Gadis itu mematung, melihat pemandangan beberapa meter di hadapannya. Tidak berbeda jauh, dari orang-orang di sekelilingnya, yang juga bereaksi sama seperti dirinya. Hanya saja, orang-orang di sekelilingnya memandang takjub penampakan keluarga cemara itu. Berbeda dengannya, yang merasa sesak meskipun sudah terbiasa dengan hal ini.

Tatapan pria itu, yang seolah-olah melihatnya bagai orang asing, saat beradu tatap dengannya, hanya dibalas rutukan untuk dirinya sendiri, yang masih saja merasa kecewa, karena pengabaian yang ia dapatkan.

Kemudian ia tersentak, saat seseorang menggenggam tangannya, lalu menariknya untuk pergi dari sana, melewati begitu saja, keluarga yang tampak harmonis itu.

“Vian...” teriak seseorang, menghentikan langkah mereka.

“Kenapa?” tanya pria itu, datar.

“Em, lo mau ke kelas, kan? Kalau gitu bareng gue, yuk,” ajak gadis itu.

“Vian bareng sama gue,” ujar Leisya, mengeratkan pegangan tangannya dan Gavian.

Tetapi respon yang didapatkan gadis itu, membuatnya terbelalak di tempat. Akibat Gavian yang tiba-tiba saja melepaskan tautan tangan mereka.

“Lo bisa ke kelas sendiri,” acuh pria itu, melangkah terlebih dahulu menaiki tangga. Meninggalkan Leisya dan Milea.

“Enggak bisa, enak aja,” ujar gadis itu, memberikan pelototan pada Gavian.

“Lo bukan anak kecil yang harus dituntun,” ujarnya berlalu pergi begitu saja. “Lagian gue enggak suka, kalau gadis gue manja,” lanjutnya dengan gumamam, yang hanya dapat ia dengar sendiri.

“Heh, mana bisa gitu. Lo enggak bisa tinggalin gue gitu aja, Vian...” teriak Leisya, tetapi diabaikan oleh pria itu.

Sementara itu, Milea menatap penuh ejekan kepada Leisya, lalu berlari mengejar Gavian.

Leisya yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mendengus jengkel. Pasalnya Gavian yang pertama kali menggenggam tangannya, lalu pria itu juga yang melepaskan.

***

Melihat sosok yang berdiri di depan kelasnya, gadis itu hanya menatap malas. Karenanya, ia memilih menatap luar melalui  jendela yang tepat berada di samping kirinya.

Rasanya orang-orang di sekitarnya hari ini benar-benar berhasil merusak mood gadis itu.

“Lei, are u oke?” tanya Arkel, yang setelahnya disesali oleh pria itu. Karena menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

Terkekeh, “lo lucu,” saut gadis di sebelahnya. Entah di sengaja atau tidak, gadis itu menjawab pertanyaannya dengan intonasi yang cukup keras. Sehingga menjadikan mereka pusat perhatian di kelas. Mengakibatkan lawan bicaranya memelototi gadis itu.

“Ada apa itu, di belakang?” saut guru yang baru beberapa menit lalu, memulai pembelajaran, setelah sebelumnya memperkenalkan diri.

“Mampus Lei, lo kok bisa-bisanya sih berisik di jam pelajaran. Padahal baru beberapa menit yang lalu, bu Anin bilang kalau dia enggak suka murid yang ribut, di jam dia,” bisik Cakra, yang duduk di depan meja mereka.

“Ada yang bisa jawab pertanyaan saya?” tanya wanita itu lagi, dengan nada dingin. Karena baru menyadari sosok yang membuat keributan di kelas pertamanya.

At CloseTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon