6. Gue Sayang Lo Ka

35 23 116
                                    

Hai, Vi balik lagi
Share cerita ini ke semua kenalan kalian (Vi maksa, Wkwk)
Bercanda guys 😆
Happy reading 😉





























Leisya menghela napas, menahan lapar yang menderanya. Ingin ke kantin pun, ia sedikit enggan, karena pasti akan menjadi pusat perhatian. Karena itulah, ia memutuskan untuk menghindar dari jangkauan murid Pelita Harapan. Dan rooftop sekolah menjadi pilihan gadis itu.

“Astaga perut... berhenti berisik deh,” omel gadis itu pada perutnya, yang terus berbunyi.

Sedangkan seseorang yang sejak tadi menatap gadis itu dari kejauhan hanya mendengus. Posisi gadis itu, yang membelakanginya dengan menelungkupkan kepalanya di meja yang memang tersedia di rooftop tersebut, jelas membuatnya tidak menyadari keberadaan pria itu.

“Kalau lapar itu makan,” ujar Gavian, meletakkan makanan yang ia bawa ke atas meja. Lalu mengambil posisi duduk di hadapan gadis itu.

Keadaan rooftop yang memang di atur seperti gazebo, mengakibatkan murid-murid sering menggunakan tempat tersebut untuk bersantai. Dan beruntungnya Leisya, karena saat ini tidak ada orang lain, selain ia dan pria yang baru saja menempati kursi di hadapannya.

Melihat keterdiaman gadis di hadapannya, Gavian menghela napas, dan kembali mengulang perintahnya.

“Makan. Lo enggak akan kenyang hanya karena liatin gue,” dengus pria itu, lalu memainkan ponselnya.

“Makasih,” gumam gadis itu, mulai memakan makanan yang dibawa pria itu. Dibalas deheman oleh sang pria, yang diam-diam memperhatikan gadis yang kini pipinya menggembung, karena penuh dengan makanan.

Pria itu menggigit pipi bagian dalamnya, akibat tingkah gadis di hadapannya yang terlihat menggemaskan.

Bagaimana tidak? Ia hanya memberikan sebungkus roti, susu rasa strawberry kesukaan gadis itu, beserta satu botol air mineral. Tetapi berhasil membuat gadis itu merasa senang, terbukti dari tingkahnya yang menutup mata, disertai anggukan-anggukan kecil dari kepalanya, tingkah yang sering kali gadis itu perlihatkan jika mendapatkan sesuatu yang ia sukai.

“Makannya bisa biasa aja? Enggak usah kaya orang enggak dikasih makan berbulan-bulan,” tegur pria itu. Sontak membuat Leisya, terbatuk-batuk.

Sehingga, gadis itu menepuk-nepuk dadanya, yang terasa sesak akibat tersedak makanan yang sedang ia kunyah. Lalu menerima uluran air mineral yang telah dibuka oleh Gavian.

“Lo ikhlas enggak sih, kasih gue makan?” sungut gadis itu, dengan mata mendelik.

“Gue bilang enggak pun, lo udah habisin makanan yang gue kasih,” saut pria itu acuh, dibalas cibiran oleh Leisya.

“Giwi biling inggik pin, li idih hibisin mikinin ying giwi kisih,” nyinyir gadis itu, mengulang perkataan Gavian. Di balas sentilan di keningnya.

“Sakit, Vian,” protes gadis itu mengelus-elus keningnya, dengan bibir mengerucut.

“Salah sendiri kenapa ngeselin,” balas pria itu, sembari bersedekap dada.

“Dih, lo tuh yang ngeselin. Bisa-bisanya tinggalin gue sendirian,” sungut gadis itu. Mengungkit-ungkit kejadian tadi pagi.

“Enggak usah merajuk gitu,” sahut Gavian.

“Enggak, siapa juga yang mau merajuk,” bantah Leisya, menatap geram Gavian yang tidak berniat membujuknya.

Lihatlah, bahkan pria itu sudah beranjak berdiri.

“Mau di sini sampai pulang?” tanya pria itu, saat melihat Leisya tidak kunjung beranjak.

At CloseOnde histórias criam vida. Descubra agora