299 - [Puncak SiSheng] Tidak Pernah Berhenti

182 20 0
                                    


Melihat wajah Chu Wanning memucat, Shi Mei tertawa gila dan mengulang, "Ya, ayahku memakan ibuku hidup-hidup. Hidup-hidup... Aku berada di sekitar saat itu. Mendengar itu, aku berlari. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, jadi aku bergegas berlari menggedor pintu. Aku meminta Ibu mengatakan padaku apa yang terjadi... tidak ada yang menjawab. Dia hanya menjerit di balik pintu."

Bibir tipis Shi Mei terbuka, dan berkata, "Pintunya terbuka."

Diam.

Ini mungkin sama dengan keheningan yang mati ketika pintu dibuka saat itu.

Mulut ayahnya penuh darah. Lengannya mengoyak potongan daging ibunya yang hancur.

Dia seperti anak kecil yang roh dan jiwanya telah terpisah.

Sembilan tahun.

Ayahnya sudah gila. Daging dan darah Kecantikan Tulang Kupu-Kupu dapat membantu kultivasi seseorang. Ayahnya di ambang kematian karena ibunya, inilah yang harus ibunya bayar padanya!

Bersama dengan makhluk jahat di depannya ini! Makhluk jahat yang akan membuatnya menderita kutukan! Iblis!

Ayahnya mengulurkan tangan lengket dan berlendir ke arahnya.

Shi Mei mematung seperti pahatan tanah liat, tidak bisa mengatakan sepatah kata pun, matanya liar dan kacau. Pada saat itu, dia bahkan sama sekali tidak bereaksi. Menatap kosong segala sesuatu di depannya tanpa kesedihan atau ketakutan. Seolah-olah dia telah terkuras hingga kering dalam sekejap mata, meninggalkan cangkang kosong yang menancap di tanah.

Tangan lelaki itu bergerak semakin dekat, dan setetes darah hangat jatuh di pipinya, seperti air mata.

Dia mengangkat kepala dan menatap kosong pada hantu yang tidak dikenal ini.

Ayah...?" "

"Lari!" Di belakangnya, teriakan Hua Gui menusuk dan menembus awan, "A Nan, lari!"

Salah satu lengan ibunya terkoyak oleh pisau, otot-otot dan tulang kakinya putus dan patah, dan wanita itu dengan gila menggeliat-geliat di tanah seperti belatung, tetapi dia mencoba naik ke atas suaminya dan ingin memegangi kakinya. "Lari!!! Lari! Jangan melihat ke belakang! Jangan kembali! AHΗΗ!"

💜
Menanggapinya, lelaki itu tiba-tiba berbalik dan menginjak wajahnya dan menendang.

Hua Gui memiringkan kepala, air mata emas mengalir dari sudut matanya.

Dia mencoba yang terbaik untuk mengatakan, "Lari..." KRAK.

Pipi dan tenggorokannya pecah... Lari, katanya.

Jadi sejak itu, Shi Mei telah berlari sepanjang waktu. Setiap hari, setiap jam, setiap siang, setiap malam, dia akan berlari dengan gila. Keluar dari Paviliun Tianyin ke pegunungan dan hutan belantara. Dia berlari, jika tidak tahan lagi dia akan pingsan.

Dia pingsan.

Ke manapun dia melarikan diri, tidak peduli berapa tahun telah berlalu, dia bisa mendengar jeritan tajam ibunya yang mengerikan, "LARI! LARI!"

Dia berlari dari kedalaman gang ke padang belantara yang luas, melalui gelombang gandum keemasan, dari kedalaman kegelapan hingga panah fajar merobek alam semesta, hingga dunia ini redup dan memerah.

Seperti darah.

Darah mengalir keluar dari tubuhnya, perlahan menetes dari sudut mulutnya.

Ah.AHHH!

Tanpa sadar dan tanpa disengaja dia berteriak. Sepatunya sudah lama terlepas, kakinya aus dan busuk, kerikil sudah masuk dan banyak gelembung berdarah.

Air mata emas akhirnya mengalir di pipinya. Dia meraung seperti binatang buas yang terpojok dan berlari melintasi rerumputan mati dan semak-semak kering, kaki dan pahanya tergores- gores.

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now