BAB 2 : Rumah Van Blommestein

24 8 9
                                    

Abimanyu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, sementara Juni masih sibuk membayar makanan di warung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abimanyu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, sementara Juni masih sibuk membayar makanan di warung. Hujan telah reda, meninggalkan suasana yang segar dan tenang. Mereka tidak lagi melihat ke belakang ke masa lalu, tetapi memandang ke depan, menuju kota impian mereka, Cimahi.

Saat Abimanyu menyebutkan bahwa rumah mereka berdekatan dengan sekolah, Juni merasa antusias. Namun, pikiran yang mengganggunya muncul.

"Apakah itu tidak akan membuat kita sering bertemu dengan anak-anak sekolah?" tanyanya khawatir.

Abimanyu tersenyum mengingatkan Juni akan kenangan lucu masa SMA mereka, saat Juni kejatuhan mangga saat melewati rumah kosong di sekitar sekolah. Juni pun merasa sedikit malu.

Rumah yang mereka tuju terletak di daerah Cibeureum, berseberangan dengan SMAN 13 Bandung, yang dulunya dikenal sebagai SMA Negeri Cimindi. Arsitektur bangunan tersebut masih memancarkan nuansa kolonial yang kental. Rumah itu dulunya milik seorang Belanda yang memiliki perkebunan bernama Van Blommestein, dan konon memiliki banyak istri pribumi.

Meskipun banyak orang mengatakan bahwa rumah tersebut tidak layak huni, broker properti memberitahu mereka bahwa bangunan tersebut masih bisa direnovasi, kecuali bagian belakang yang masih dirahasiakan. Intrik ini menambah misteri seputar rumah tersebut, dan Juni tidak bisa menahan rasa ingin tahu untuk segera mengetahui lebih banyak tentang bangunan tersebut.

****

Polemik sengketa lahan di Cibeureum masih menjadi perdebatan hangat hingga saat ini, terutama antara keturunan para istri Van Blommestein yang merasa memiliki hak atas tanah di Kawasan Cibeureum. Di tengah konflik yang belum terselesaikan ini, berdiri sebuah rumah tua yang angker dan penuh aura mistis.

Rumah tersebut memiliki penampilan yang megah, kental dengan nuansa kolonial yang khas dari zaman tuan tanah tempo dulu. Atapnya yang menjulang tinggi menambah kesan misterius, sementara enam pilar kokoh di depan rumah serta balkon di atasnya memberikan kesan anggun dan berwibawa. Terletak di daerah Kebon Kopi, tepat di pinggir jalan raya Cibeureum, Cimahi, rumah tua ini memiliki daya tarik yang unik.

Namun, meskipun memiliki pesona yang menawan, rumah tersebut juga terkenal karena kesan angker yang melekat padanya. Sejak dijadikan lokasi perusahaan taksi, sebidang lahan di depan dan di sebelah kiri rumah telah menjadi terang dan lapang. Bahkan, jalan masuk menuju rumah itu pun kini sudah diperkeras dengan paving block, menghilangkan kesan sepi dan suram yang sebelumnya ditimbulkannya.

Sebelumnya, sekitar rumah itu selalu tertutup oleh pepohonan dan semak-semak yang lebat, menambah aura mistis dan menyeramkan. Namun, dengan adanya perubahan tersebut, kesan angker itu sedikit demi sedikit mulai mereda, meninggalkan misteri yang masih menggelayut di sekitar rumah tua tersebut.

Pembelian rumah menjadi tanggung jawab Juni, yang lebih paham dalam hal perhitungan. Meskipun memiliki kepercayaan diri, Juni sempat meragukan keputusannya ketika melihat postingan tentang rumah yang sama di media sosial seperti Instagram dan Facebook. Namun, rasa ragu tersebut pudar ketika Juni mengetahui bahwa kedua postingan itu dimiliki oleh admin yang sama.

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [End✓]Where stories live. Discover now