BAB 24 : Malam Kelam di Makam

5 1 0
                                    

"Kalian sudah tahu siapa kami?" tanya orang itu, membuat keduanya menoleh kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian sudah tahu siapa kami?" tanya orang itu, membuat keduanya menoleh kembali.

Sosok Nenek Nariswari kini telah berubah menjadi sosok Mbok Rahma dan Mas Hasan. Keduanya terlihat memusuhi pasangan tunangan itu. Namun, keduanya perlahan menghilang dari pandangan. Hari mulai gelap, tanpa bintang dan bulan yang kembali menerangi malam. Kabut yang mulanya berhenti, kini muncul kembali.

"Mas, lebih baik kita bongkar makan mendiang Ndoro Nirmala," saran Juni. "Aku yakin ada sesuatu di sana. Kita bisa menemukan jawaban dari ini semua, bagaimana?"

Perasaan ketakutan menyelimuti keduanya. Tidak ada tanda-tanda bahaya, hanya saja suasana semakin mencekam. Cukup berbahaya jika ingin dilakukan. Keadaan rumah membuat segalanya semakin waspada.

"Nenek?" tanya Abimanyu, menyadari kedatangan Nenek Nariswari.

"Iya, ini Nenek!" seru Nenek Nariswari, membawa catatan kecil yang dititipkan kepadanya. Abimanyu tersenyum tipis pada Juni. Namun, kali ini, Nenek Nariswari yang mendekati keduanya adalah yang asli.

"Apa yang ingin kalian lakukan? Kenapa wajah kalian begitu ketakutan?" tanya Nenek Nariswari, mengelus tangan Juni.

"Mbok Rahma dan Mas Hasan menampakkan diri di depan kami. Keduanya menghilang. Kami yakin akan ada sesuatu jika kita tidak bergerak cepat," jelas Abimanyu, membuat Nenek Nariswari mengerutkan dahinya serius.

Nenek Nariswari langsung menyembunyikan catatan kecil di balik bajunya. Sepertinya catatan itu sangat penting dan tidak ingin diambil siapa pun.

"Abimanyu, pergilah mengambil cangkul atau apa pun yang ada di rumah untuk menggali kuburan. Cepatlah!" perintah Nenek Nariswari.

Abimanyu segera bergegas melaksanakan perintah Nenek Nariswari. Sedangkan Juni membersihkan rerumputan liar dibantu Nenek Nariswari. Wajahnya menahan rasa sedih melihat makam cucunya.

Juni tahu jika Nenek Nariswari tidak mungkin hidup sampai selama ini, apalagi ada kejadian yang membuatnya terus berpikir. Usianya mungkin mencapai 100 tahun.

"Apa yang aku pikirkan?" bisik Juni, mencoba menghilangkan prasangka buruknya.

****

Saat Abimanyu kembali dengan cangkul di tangan, suasana semakin mencekam. Kabut tebal yang kembali menyelimuti area pemakaman membuat segalanya terasa semakin gelap gulita. Hawa dingin mulai menusuk ke tulang belulang mereka.

Sorotan lampu senter membuat makam itu terlihat samar-samar. Tidak ada sumber lampu penerangan lain. Lampu pendopo juga tidak mampu menerangi keadaan makam di sebelahnya.

"Untung saja Mas bawa senter. Kami kesulitan membersihkan makam ini tadi," kata Juni mengambil alih senter dan memberikannya pada Nenek Nariswari.

"Kita harus cepat," kata Nenek Nariswari dengan suara pelan namun tegas.

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [End✓]Where stories live. Discover now