BAB 22 : Bantu Aku

6 1 0
                                    

Juni tidak ingin diganggu lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juni tidak ingin diganggu lagi. Ia benar-benar ketakutan. Di kamarnya, sosok Nirmala terus menghantuinya. Namun, setiap jejak yang ditinggalkan membuatnya penasaran.

Jejak itu mengarahkan Juni menuju pendopo. Di sana, Juni bisa mendengar alunan gamelan yang indah, dan melihat sosok penari di sana. Namun, perhatiannya kembali tertuju pada anak kecil yang pernah dilihatnya sebelumnya.

Tangan anak itu mengarah ke sebuah rumah yang tidak lain adalah rumah dua asisten rumah tangganya. Juni kembali memperhatikan arah jari telunjuk anak itu, yang menunjuk sebuah kuburan.

Juni memberanikan diri mendekati dua batu nisan yang sudah ditumbuhi tanaman liar yang tumbuh tinggi. Saat membersihkan batu nisan itu, ia terkejut. Dua asisten rumah tangga itu ternyata sudah meninggal belasan tahun yang lalu.

Dugaannya tentang Mbok Rahma yang begitu tahu soal masakan Jawa kuno dan lainnya semakin kuat. Juni mengelus perutnya, mengingat semua itu membuatnya ingin muntah. Juni berlari ke dalam rumah.

Abimanyu yang baru keluar, terkejut melihat Juni yang mencoba memuntahkan isi perutnya.

Dengan hati-hati, Abimanyu menegur kekasihnya. "Sayang, apa yang kamu lakukan? Kamu gila! Hentikan!" bentak Abimanyu, menyadari ada yang salah dengan Juni.

Juni terhuyung ke belakang ketika berhasil memuntahkan gumpalan rambut. Abimanyu memeluk Juni yang tiba-tiba menangis.

"Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya penuh kekhawatiran.

Juni berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Dengan terbata-bata, ia mulai menjelaskan kepada Abimanyu.

"Aku menemukan ... dua batu nisan ... Mas Hasan dan Mbok Rahma... Mereka sudah meninggal belasan tahun yang lalu," katanya, air matanya masih mengalir deras.

Abimanyu menatapnya dengan mata terbelalak.

"Apa maksudmu? Bagaimana mungkin? Mereka bekerja di sini."

Juni menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kebingungan dan ketakutan yang menghantuinya.

"Aku tidak tahu, tapi aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rumah milik mereka ... sudah terlihat seperti tidak berpenghuni selama bertahun-tahun."

Abimanyu menghela napas dalam-dalam, mencoba mencerna informasi yang baru saja disampaikan Juni.

"Baiklah, kita harus menyelesaikan ini. Kita akan pergi ke rumah mereka dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Dengan tekad yang bulat, mereka berdua menuju rumah tua itu. Pintu rumah tersebut berderit saat mereka membukanya, memperlihatkan interior yang sudah lama terbengkalai. Debu tebal menutupi hampir segala permukaan, dan sarang laba-laba menggantung di sudut-sudut ruangan.

"Lihat ini, Bi," kata Juni, menunjuk ke arah sebuah meja tua yang dipenuhi dengan barang-barang lama.

"Sepertinya tidak ada yang tinggal di sini selama bertahun-tahun."

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [End✓]Where stories live. Discover now