Hari demi hari dilalui dengan rasa sakit luar biasa, ada kalanya Livory menangis sesenggukan di ruangannya, begitupun dengan Suga, setiap harinya ia menghitung waktu, ada kalanya pula mereka mencuri waktu bersama di ranjang medis untuk memenuhi hasrat satu sama lain.
Seperti saat ini, mereka bercumbu diatas kasur ruang medis setelah Suga berhasil melacak penyadap yang dipasang oleh bongus nakal itu. Akan jadi hal yang sangat memalukan apabila keseruan adu desah mereka didengar oleh orang lain
"Siapa yang berani meletakkan itu?" Tanya Livory terkejut melihat sebuah penyadap berhasil Suga cabut.
"Kau tidak perlu tau sayang, dan tidak perlu meributkan hal-hal kecil, waktu kita hanya sedikit" ucap Suga sembari memagut bibir Livory, ia tidak mau kehilangan waktu sedetik pun karena baginya itu sangat berharga.
"Aku mencintaimu" ucap Livory setelah mereka mengambil nafas.
"Aku jauh lebih mencintaimu, sayangku"
Suga mengecup bibir Livory sensual, sementara Livory memejamkan mata, menikmati sentuhan yang diberikan kekasihnya. Tangan Suga pun tak berhenti bergerak, mencari-cari benda kesukaannya yang selama ini sudah ia rindukan bagai tak bertemu ribuan bulan.
"Jangan keras-keras, sakit" tuturnya memberitahu, pasalnya selama hamil, Livory merasa payudaranya nyeri.
"Maaf sayangku"
Selagi memagut bibir manis Livory, Suga melucuti kancing-kancing baju kepolisian yang kekasihnya kenakan. Katakanlah fantasi Suga amat liar saat melihat kekasihnya itu bertambah berisi sejak terakhir pertemuan mereka.
"Aku tidak berekspektasi bercinta dengan seorang polisi di ruang medis penjara" godanya.
Lalu turun untuk menangkup pucuk sintal yang menggodanya sejak tadi, diremaslah satu gundukan milik sang kekasih lembut tanpa bermaksud menyakiti, satu mulutnya pun sibuk mengulum dan menyusu rakus.
Livory hanya bisa mendesah kecil dan lirih, mengingat kawasan itu bukan kawasan bebas, Livory bisa saja langsung dipecat secara tidak terhormat apabila ada yang menemukan mereka bercinta apalagi dengan narapidana, tetapi lagi-lagi nafsu sudah diatas kepala, siapa yang perduli resiko kalau sudah terlanjur terkepung birahi.
Tidak butuh waktu lama untuk membuat keduanya telanjang, suara decapan dan kecupan bibir pria Torucelli diatas tubuh molek sang kekasih terdengar benar-benar menggairahkan, sebelum menuju inti, Suga sempat menciumi perut rata kekasihnya itu.
"Jaga ibumu, jangan biarkan dia menangis sendirian, katakan ayah akan selalu bersama kalian" katanya penuh kasih.
Hati Livory teriris mendengar kalimat tersebut, siapa yang sanggup menahan beban duka dan simalakama untuk memilih sang ayah atau pria yang di cintainya? tidak ada yang tau seberat apa beban yang dirasakan Livory, ketika cinta datang terlambat dan semua sudah terlanjur basah.
Suga melebarkan kedua kaki sang kekasih, tersenyum sekilas melihat benda yang ia rindukan itu, benda yang akan memberinya kehangatan dan kenikmatan saat menelan miliknya nanti. Tanpa basa basi, Suga lanjut menjulurkan lidahnya untuk memanjakan benda merah merkah yang tampak mengkilat karena cairan bening itu. Livory berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendesah terlalu keras. Ia meremas-remas rambut prianya sembari menggigit bibirnya sendiri.
"Eummhh.."
"Call my name, sayangku"
"Sugahh.."
Pria itu memainkan lidahnya semakin cepat, melamuti dari atas sampai kebawah, bawah ke atas, seolah itu adalah ice cream yang akan mencair, memutar ujung lidahnya di inti syaraf yang membuat Livory semakin merancau tak terkendali. Suga menyodorkan jarinya di mulut berisik puannya itu agar setidaknya bisa membuat sang kekasih tidak terlalu bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Lust [✓]
Fanfiction°Dark romance° 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧𝐚𝐧 🔞 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐠𝐚𝐝𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐛�...