Gita memasuki rumah dengan lesu, bibirnya pucat pasi meski sudah ia olesi dengan lipbalm sekalipun, dadanya sesak dengan tangan kanan yang berkali-kali menggosok pergelangan tangan kirinya secara kasar.
Ia gemetar hebat, ingatannya tertuju pada peristiwa lima tahun silam saat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai.
Saat itu ia belum cukup paham arti perceraian, karena yang ia tau hanyalah ia yang dipaksa berpisah dengan saudarinya.
Gita selalu menyesali hal itu, bahkan sampai sekarang pun ia menyesal karena membiarkan saudarinya ikut dengan ibu kandungnya.
Harusnya ia saja yang disana, harusnya dia yang bertukar tempat dengan saudarinya, lagi-lagi Gita menangis, air matanya selalu saja mengalir tanpa permisi.
"Li, gue capek"
Gadis itu menangis sesegukan, ia berkali-kali meneriaki nama satu orang yang masih menjadi alasan ia menjadi seperti saat ini, satu-satunya alasan yang membuat Gita sulit menjalani hidup.
"Arlitaaa... kenapa harus lo?!!!! kenapa bukan gue?!!.... Arghhhhh"
"Kenapa, Li? kenapaaaaa?!!!!"
Ditengah hebatnya tangisan gadis itu, ada hati seorang pemuda yang tercabik mendengarnya, Jidan ada disana, sudah 2jam lamanya ia berada dibalik pintu rumah Gita, pemuda itu merasa harus menemani gadis itu sampai ia terlelap dalam tidurnya.
Jidan khawatir, ia takut ada hal buruk yang menimpa gadis itu.
Pemuda tampan nan tegas itu mengepal, ia sudah tidak tahan lagi mendengar tangisan pilu gadis yang ia cintai sampai tanpa sadar ia sudah berlari masuk kedalam rumah gadis itu dan apa yang Jidan liat?
Anggita yang sudah kembali berusaha mengoyak pergelangan tangannya dengan cutter, Jidan langsung menggenggam tangan kanan gadis itu kemudian perlahan menarik cutter dari tangannya lalu ia hempaskan.
Gita masih sesenggukan, namun ia sedikit tertegun karena pemuda dihadapannya, jujur Gita malu, ia malu karena pemuda itu melihat keadaannya saat ini, ia malu karena Jidan melihat dirinya pada titik terendahnya saat ini.
"Ji..."
Jidan menggeleng, ia menyunggingkan senyuman termanisnya kemudian memeluk gadis itu dengan erat.
"Ssstttt... udah ya..." katanya berusaha menenangkan.
Namun bukannya tenang, gadis itu malah semakin menjadi, tangisnya makin kencang.
Jidan menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu sampai ia kembali tenang, kamudian melepas pelukan saat dirasa tangisnya sudah mereda, Jidan menuntun gadis itu menuju sofa kamudian mengambil kotak p3k didalam mobilnya.
"Gi, sini deh liatin.." Jidan manarik pergelangan tangan kiri gadis itu dengan perlahan, kemudian menunjuk satu persatu sayatan disana.
"Ini namanya jalan lurus, terus yang ini namanya jalan bercabang.. nah nah kalo yang ini namanya tangga... Sini deh gue gambar ularnya" katanya pelan-pelan seperti sedang menjelaskan kepada seorang anak kecil.
Jidan perlahan mulai mengobati luka sayatan itu sambil terus mengoceh membicarakan ular tangga, "Nanti kalo lukanya udah sembuh, gue janji bakal gambar ular, tangga, dadu sama elo nya sekalian ya.. haha.... makanya harus sembuh dulu ya awas aja kalo digalakin lagi lukanya"
Gita hanya fokus mendengarkan, tapi satu celetukannya mampu membuat Jidan melotot kaget.
"Lo punya rokok gak?"
Jidan masih melotot kaget, pemuda itu menggeleng kemudian menepuk pelan puncak kepala gadis itu, "Lo biasa ngerokok?" tanyanya.
Gita menggeleng, "Mau nyoba, katanya bisa ngilangin stress" ucapnya santai.
Jidan mendecak, "Siapa yang bilang? mau gue robek mulutnya, rokok itu bahaya Gi, enggak baik buat kesehatan lo" katanya kesal.
"Tapi lo ngerokok"
Jidan mengernyitkan dahi, "Sejak kapan?" tanyanya balik.
Gita menggeleng.
"Gue enggak ngerokok kali" katanya.
-G
Maaf ya guysss, aku udah lama banget ngga update bcs book ini tuh beneran susah banget entah dari alur nya yang maju mundur, plus karakter merekanya juga.
Aku jadi takut kalian bingung bacanya karena alur maju mundur:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
G
Teen Fiction[2A1 Series] Macan ganas pengendali Genzz yang takluk pada kucing pemalu nan labil. "Gue tunggu sampai yes" "Padahal dari awal enggak pernah no" -G; from Geovan to Gisella Start: 13 Januari 2023 End :