04. Dipermalukan

114 15 2
                                    

"Cuih, dasar sampah."

"Dia belom mati juga?"

"Anjir lah, udah tau anak haram ngapain masih sekolah?"

"Tau tuh, jaman sekarang anak haram mana ada yang sukses. Paling juga pas tamat sekolah langsung dibuang sama nyokap, bokap nya."

"Haha, teros tinggal di kolong jembatan, iye kannn?"

"Iya lah, emang mau tinggal dimana lagi? Istana semut? Oh ayolah, manusia saja jijik melihatnya apalagi binatang."

"Hahaha, sialan lo gue ketawa kocak."

Halilintar hanya diam. Sepanjang dirinya berjalan melewati koridor sekolahnya, hanya sebuah cacian dan tatapan hina yang diberikan oleh seluruh siswa SMA Aloera padanya.

Lagi dan lagi seperti ini. Astaga Tuhan, kenapa 17 tahun gue hidup selalu saja mendapatkan pandangan dan hinaan yang sama dari mulut–mulut manusia biadab ini?

Gue juga manusia kali, bukannya binatang. Menjengkelkan, cih.

"Juju!" Halilintar spontan menoleh kearah samping saat ada yang memanggil namanya, dia Aliora, teman satu–satunya dirinya dari dulu.

"Ra, jangan lari–larian entar jatoh baru tauu lho," Cibir Halilintar saat melihat gadis itu ngos–ngosan.

"Hehe maaf, soalnya tadi gue buru–buru nyamperin lo, pas tau lo udah disekolah." Katanya membuat Halilintar mengangguk.

"Habis dari mana, Ra?"

"Dari ruang PMR, habis nyiapin beberapa makanan sama minuman disana, ada obat–obatan juga."

"Buat apa?"

"Siaga aja siapa tau ada anak–anak yang pingsan, biasanya pagi Senen selalu aja ada yang pingsan." Gerutu Aliora.

"Ya udah, mending sekarang lo temenin gue ke kelas udah itu kekantin bentar, ya?"

"Siap, komandan Ju–"

"Lho Ora, lo masih aja berhubungan sama nih anak haram?" Potong Keemas saat melihat Aliora asik mengobrol dengan Halilintar.

Keemas menatap jijik Halilintar yang hanya menatap datar dirinya. Lalu beralih menatap Aliora yang menatapnya jengkel.

"Masalah buat lo?" Tanyanya ketus.

Keemas terkekeh pelan. "Ya masalah dong cantik. Lo gak liat level lo sama dia itu jelas tinggian lo lah dari pada dia." Kata Keemas membuat Aliora terdiam.

"Liora, dengerin gue. Lo cantik, lo pinter, lo anak dari kalangan atas, lo juga salah satu anak famous sekaligus most wanted SMARA disekolah ini. Seharusnya lo sadar dong lo harus bergaul sama orang–orang yang setara sama lo. Bukannya sama anak haram ini, yang asal–usulnya gak–"

"Heh mulut ember hubungannya lo sama gue apa? Apa hak lo larang–larang gue buat deket sama siapapun? Gue mau deket sama dia kek sama orang gila kek itu urusan gue bukan urusan lo."

"Lagian gue nyari temen bukan atas mandang kasta atau kalangan. Tapi gue nyari orang yang tulus berteman sama gue. Gue gak peduli mau dia dari jalanan mau dia orang gila kaloh itu yang bikin gue ngerasa nyaman sama dia kenapa enggak coba?"

"Lagian, lo cowo apa cewe sih? Mulut kok lemes banget. Makannya Mber kaloh berteman tuh jangan suka berteman sama tukang gosip jadinya lemes kan mulut lo?" Kata Aliora remeh.

"Lo kenapa sih Ra belain tuh orang mulu? Suka lo sama dia? Apa lo dibeli lagi sama dia sampe–sampe bikin lo nempel mulu sama dia?"

"BUKAN DI BELI KEEMAS TAPI KAYAKNYA ALIORA DISANTET DEH SAMA TUH HARAM, SAMPE–SAMPE DIA MAU AJA SAMA SIH HARAM."

"WAHAHA ANJIR PARAH BANGET LO RAM!"

"UDAH HARAM GAK TAU DIRI LAGI! KALOH GUE JADI ELO AUTO GAK SEKOLAH–SEKOLAH GUE!!"

"AELAH GOBLOK LO? DIA KAN UDAH PUTUS URAT MALUNYA MANGKANYA MASIH BISA MASUK SEKOLAH!"

"MAU CAPER TADI YA GITU, WKWK!"

"KATA GUE SIH YA LIO MENDING LO SAMA ZAYDEN AJA DIA MAH MOST WANTED SMARA COCOK BERSANDING SAMA LO DARI PADA SAMA SIH HARAM ITU, YA GAK GUYS?!"

"YOII BENER BANGETT!!"

"Tuh Liora lo liat kan anak–anak sini aja pada kagak suka ngeliat lo sama dia. Ngapain lo masih betah sama dia?"

"Atau jangan–jangan bener lagi lo dipelet sama dia sup–"

Plakk

Aliora yang kesal pun, langsung menampar wajah Keemas.

"Jadi cowo mulut tuh jangan lemes banget bisa kan? Lo gak pernah ngeliat dia jauh dari dalamnya, yang lo pada pandang dari Halilintar cuman haram, haram dan haram."

"Emangnya kenapa kaloh semisalnya dia lahir dari hubungan terlarang? Toh juga yang salah orang tuanya! Bukan anaknya."

"Heran gue, katanya Aloera punya siswa–siswi yang pinter–pinter tapi ini mana coba? Mereka itu bodoh, gak bisa bedain yang mana haram yang mana halal. Yang mana berdosa yang mana suci."

"Mikir woii, lo pada udah SMA bukan anak TK lagi. Badan doang gede tapi pikirannya gak sesuai sama umurnya!"

"Ohh satu lagi, gue gak pernah tertarik sama cowo manapun terkecuali Justin. Jadi mau lo pada jodohin gue sama Zayden kek sama siapa pun kek gue gak akan pernah peduli."

"Dijual? Dibeli? Dipelet? Disantet? Heh mulut ekor babi, kaloh ngomong tuh dijaga. Gue temenan sama Justin itu tulus! Malahan gue yang mulai deketin dia dari awal! Dan itu bermula dari kami masih kelas 2 SD!"

"Ohhh satu lagi, kaloh punya mulut dijaga ya manusia biadab. Lo manusia bukan binatang yang gak punya otak. Mungkin cewe masih bisa gue maklumin ya mulutnya, lah ini cowo mulut kok lemes banget."

"Apa lo pada? Kenapa diem aja? Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Gue salah ngomong? Oh tentu pasti mikirnya gitu kan lo pada."

"Dasar gak punya hati. Katanya saudara tapi pas saudara nya dihina malah diem aja. Situ saudara atau iblis hah? Sama–sama satu rahim, sama–sama sedarah tapi perilaku kok beda banget."

"Miris banget." Sindir Aliora saat melihat enam orang remaja itu hanya diam saja.

"Udah yuk Ju, balik aja kekelas males gue disini." Katanya lantas menarik tangan Halilintar keluar dari kerumunan orang–orang.

Halilintar hanya bisa pasrah, jujur saja cowok itu risih harus terus berada didalam kerumunan manusia–manusia kepo.

Maafin gue Iora, gara–gara gue, lo harus ke bawa–bawa dalam masalah gue.

Makasih Lio, makasih karna hadir sebagai rumah gue disaat gue kehilangan seluruh peran keluarga gue.

–IC–

Udah udah anying, gue ngetik sampe kebawa emosi njay 🤣

Ya udah segitu dulu ya sayy, gue pamit dadahhh!

By : @AqueeneIntan.

00.00 | Illegitimate Child Where stories live. Discover now