Bab 15 : Dendam Rassya [END]

12 5 0
                                    

Setelah beberapa saat bersama Hans di ruang keamanan, Edzhar berpisah dengan laki-laki itu. Ia berjalan masuk ke dalam studio musik, kakinya terhenti, ketika mendapatkan pesan dari Nizam di grup Shining Star.

Shining Star

Nizam
> Kalo gak mau kehilangan satu teman lo lagi
> Lebih baik lo ke rooftop kampus sekarang

Pesan itu menggemparkan Gema dan Edzhar, kedua laki-laki itu bertemu di tangga. Mereka menyiapkan mental sebelum membuka pintunya. Edzhar membuka pintu secara perlahan, mendapatkan Nizam yang tengah diacungkan pisau di lehernya.

Gema terkejut ketika melihat laki-laki yang berani mengancamnya itu. "Rassya! Lo ngapain, sih? Gila lo, ya, nodong Nizam kaya gitu? Ada masalah apa, sih?" ucap Gema dengan suara yang agak keras.

"Ras, jangan kaya gitu lah, lepasin Nizam, ya. Kita omongin baik-baik, kita perbaiki kesalah pahaman ini." Edzhar melangkah maju secara perlahan, laki-laki itu takut jika Rassya akan menggores leher Nizam.

"Kesalah pahaman apa? Ini bukan salah paham, semua ini terjadi emang gara-gara dia!" Rassya mendekap Nizam semakin erat. "Kalo seandainya, lo sebagai ketua bisa mengendalikan temen-temen lo, semua ini gak akan terjadi, gue gak akan ngelakuin semua ini."

Kedua lelaki itu terkejut bukan main, mereka tak menyangka, bahwa dalang dibalik semua ini adalah Rassya. Rassya yang selalu ada di samping mereka, diam-diam melakukan semua teror ini. "Maksud lo, lo yang udah ngebunuh Adam, ngeberantakin toko nyokap gue, ngancem Edzhar dan motong rem Nizam?"

"Lo pinter banget, Gema. Upss, Bang Gema maksudnya," ucap Rassya, laki-laki itu mengukir senyum yang menyeramkan di bibirnya.

"Apa jangan-jangan, orang yang kita kejar-kejar di rumah lo, itu palsu?" tanya Gema lagi.

"Hahaha lo terlalu bodoh, Bang, buat percaya semua itu. Asal lo tau, gue sengaja lompat dari lantai 2 rumah gue dan ngacak-acak rumah gue, biar kalian gak curiga kalo pelakunya itu, gue."

"Hah? Terus orang yang nusuk lo di atas tangga juga palsu?"

"Bingo, gue nusuk diri gue sendiri, dan orang yang di atas sana, cuma orang lewat yang gak sengaja liat gue nusuk diri sendiri."

Edzhar menggelengkan kepalanya. "Gue gak nyangka lo sampe nyakitin diri sendiri demi menjalankan aksi lo itu. Gue kecewa sama lo, Ras. Gue rasa lo udah gak waras."

Merasa dirinya direndahkan, Rassya mendorong Nizam, lalu mengacungka pisau itu tepat di depan Edzhar. Gema membantu Nizam untuk bangun, agar jauh dari orang itu.

"Lo gak tau alasan gue ngelakuin ini, Zar. Semua ini bermula karena dia maksa kita buat adain konser di kampus, kita sampe bela-belain gak ngeband di kafe, padahal nyokap gue lagi butuh uang buat bayar utang renternir, dan yang paling nyebelinnya, usulan lo itu gak membantu, lo malah makin bikin gue kesel."

Edzhar menghelakan napasnya. "Kalo dari awal lo bilang kalo lo gak setuju, gue bakal yakinin Nizam buat gagalin acara itu."

"Bullshit, kalo lo bilang bisa gagalin dia. Orang kaya, kayak dia gak akan mau dengerin orang lain, egoisnya gede," ucap Rassya.

"Kalo lo gak suka Nizam, kenapa bunuh Adam! Adam orang baik."

Rassya terkekeh mendengar ucapan Gema, laki-laki itu menurunkan pisaunya. "Lo penasaran, kenapa gue bunuh Adam? Asal lo tau, ya, Adam itu, munafik."

"Apa? Berani lo bilang Adam munafik!" Gema melangkah maju, tapi dihentikan oleh Edzhar.

"Kenapa? Gak terima gue bilang sahabat lo itu munafik? Padahal emang kenyatannya dia munafik! Apa perlu gue buka kelakuan busuknya yang orang-orang gak tau?" Rassya tersenyum, menantang Gema.

Panggung Pertunjukan [END]Where stories live. Discover now