47

44.1K 5K 452
                                    

"Lo habis ngapain sih? Kenapa kaki lo gini?"

"Puas lo balapan ujung-ujungnya kek gini? Mau patah sekalian hah?!"

"Gue udah bilang sama lo, balapan sama Alta lo nggak bakal aman!"

Zidane—pemuda itu mengusap telinganya yang terasa panas, ini sudah ke sekian kalinya Feri mengomelinya. Setelah kejadian tadi, Feri menyeretnya untuk pulang bersamanya, namun lebih dulu Feri memutuskan untuk ke Markas Dark Blue untuk mengobati luka-luka yang ada di kaki Zidane. Dan Zidane, dia hanya dibuat pasrah, padahal ingin sekali rasanya dia ke Markas Black Wolf saja, namun Feri kekeuh dengan keinginannya.

"Ngapa lo diem hah?! Mana yang tadi katanya ini itu?!"

"Lo tadi berisik banget juga kan lawan gue? Sekarang lawan gue kayak tadi! Biar gue nekan luka lo, atau gue nambahin biar lo kagak bisa jalan sekalian!"

Zidane menggeplak tangan Feri, dia merasakan nyeri di kakinya akibat ulah Feri yang menekan lukanya dengan sengaja. Feri memanglah saat ini mengobati beberapa luka yang ada di kaki Zidane, dan tempat keduanya saat ini pun—ada di Markas Dark Blue. Awalnya Zidane sendiri pun tak ingin kemari, namun Feri memaksanya dengan kasar. "Sakit, Fer. "

"Biarin, biar patah sekalian!" sahutnya tak mau kalah.

"Fer, Fer. Muka Adik lo tuh udah kasian banget, " celetuk Sandi sambil meletakkan secangkir kopi yang dia dapatkan dari dapur. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kedua saudara yang dulunya tidak akur, mendadak akur—ya walaupun ada yang tersiksa disini, seperti Zidane. "Jangan dimarahin lagi. "

"Iya nih Fer, aduh. " Tiko ikut menimpali sambil menyikut lengan Feri, namun dibalas tatapan tak bersahabat dari laki-laki itu. "Santai, jangan ngamuk lah, serem amat Bang. " Dia terkikik geli setelahnya.

"Gue baru tau lo bisa balapan Zid. " Sandi kembali membuka suara. "Keren, mana langsung ngalahin Alta, padahal gue sempet was-was soalnya udah tau tabiat Alta gimana, dia suka curang. " Sandi menyeruput kopi miliknya

"Curang? Btw, lo abis dicurangin apa gimana? Kaki lo tuh luka-luka kek abis jatuh dari motor, itu gara-gara Alta apa gimana?" Tiko menatap ke arah Zidane sekilas.

Zidane menatap sekilas ke arah Sandi, kemudian mengangguk singkat. "Motor gue ada yang sabotase nggak tau siapa, jadi gue sempet jatoh. " Dia ingat jelas bagaimana kejadian beberapa menit lalu, saat tiba-tiba motornya oleng dan berakhir dia menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Dia benar-benar berusaha keras untuk melanjutkan balapan itu, karena memikirkan nasib anggotanya. Walaupun dengan kondisi kaki yang luka-luka akibat hal tersebut.

"Lah sabotase? Gue yakin Alta. " Sandi berdecak pelan. "Terus Alta kenapa? Dia jatoh juga jadi keduluan lo sampainya? Harusnya kan lo kalah?"

Zidane mengangkat bahunya acuh. "Nggak tau, tiba-tiba dia jatoh nabrak tiang listrik setelah ketawain gue, mungkin kena karma. Jadi gue bales ketawa pas lewat. "

Sandi menahan tawa, sama halnya dengan Tiko yang tertawa ngakak. "Lu lawak juga ya Zid, haha. Muka lo kek orang bener padahal. "

"Lawak lawan apaan? Nggak ada yang lucu, " ketus Feri ikut nimbrung. Melihat ketidaksukaan itu, membuat Sandi dan Tiko saling pandang menahan tawa. Dasar manusia tsundere!

"Itu juga karena lo sendiri! Gue udah bilangin, lo ngeyel. Sekarang gini kan jadinya? Alta nggak pernah main bersih kalo balapan, mau aja menang sendiri, kalo lawannya menang kagak terima. " Feri berdecak pelan saat mengingat tabiat laki-laki itu sejak dulu, dan dia rasa tidak pernah berubah. Itulah sebab mengapa dia melarang keras Zidane untuk mengikuti balapan.

"Udah Fer, jangan dimarahin lagi elah. Lo kalo mau ngamok, bagusnya ke Alta, untung nih Zidane jatoh dari motor aja, kalo nabrak anak orang gimana? Atau nggak malah nabrak truk gitu? Atau—" Ucapan Tiko langsung terhenti saat Feri melemparkan sekotak tisu ke arahnya, emosi nampak menggebu-gebu tak suka.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang