50

41.8K 5.1K 783
                                    

Lorong Rumah Sakit—menjadi keberadaan ustadz Fikri bersama laki-laki yang sepertinya seumuran dengan Zidane. Dia diliputi rasa khawatir, sekaligus merasa bersalah dengan menatap ruangan dimana Zidane ditangani. Dia tidak berhenti berdoa, dan berharap Zidane akan baik-baik saja di dalam.

"U—ustadz? Boleh saya bertanya?"

Fikri menoleh. Ah, dia baru ingat, laki-laki remaja inilah yang membantunya untuk membawa Zidane ke Rumah Sakit, dan menemaninya hingga sampai disini. "Ah ya, maaf. Saya lupa ada kamu, terimakasih ya sudah membantu. " Fikri menepuk bahu laki-laki remaja itu. "Ada apa? Kamu temannya Zidane ya? Sepertinya kamu seumuran dengannya. "

"Iya, nama Thala, Ustadz. Saya temen sekelas Zidane, temen deket juga. " Thala membalas ramah, dia sebenarnya tidak menyangka jika hal ini terjadi, tujuan awalnya dia ingin melakukan shalat ashar di Masjid, karena jarak rumahnya masih lumayan jauh. Dia juga teringat akan perkataan Zidane yang selalu mengingatkannya akan keutamaan shalat di awal waktu, itulah salah satunya yang membuat hatinya tergerak.

"Oh iya iya, kamu nggak mau pulang? Saya bisa menjaga Zidane disini sendiri. "

"Nggak Ustadz, saya mau nunggu Zidane juga. " Thala membalas, kemudian terdiam sesaat."Kalau boleh tau, kenapa Zidane tiba-tiba pingsan? Dan maaf, Ustadz sendiri siapanya Zidane?"

Fikri menghela nafas. "Perkenalkan, saya Fikri. Saya pernah menjadi guru Zidane di salah satu TPA, mungkin saat dia menginjak sekolah dasar. " Dia membalasnya, kemudian menarik nafasnya dalam-dalam. "Dan kenapa Zidane pingsan, saya tidak tau persis apa yang terjadi. Saya dan Zidane hanya mengobrol tadi, dan dia bercerita ke saya, kemudian pingsan setelah memegang kepalanya. "

"Mengobrol? Kalo boleh tau mengobrol apa Ustadz?"

"Apa kamu mempercayai adanya transmigrasi jiwa?" Spontan Thala menggelengkan kepalanya. "Itulah yang Zidane katakan sebelum dia pingsan, dia bercerita ke saya sambil menangis. Dia mengatakan dirinya bukanlah Zidane, tapi orang lain yang mengalami transmigrasi jiwa ke tubuh Zidane yang namanya adalah Zain. Dan di saat itu, tentu saya tidak percaya, saya mengatakan jika tidak ada yang namanya transmigrasi jiwa, dan setelah itu, Zidane terlihat kesakitan memegang kepalanya dan kemudian pingsan. "

Thala tertegun, mengapa hal itu bisa terjadi? Dia seakan mengingat hal lain, yang berhubungan dengan kondisi mental seseorang. Namun bisakah hal itu terjadi dengan Zidane? Padahal yang dia lihat, Zidane mungkin menjalani kehidupan layak selama ini. "Apa, apa psikis Zidane bermasalah?" tanyanya sedikit ragu, namun rasa ingin tahu itu mengalahkan keraguannya.

Fikri sempat terdiam. "Saya tidak tau persis, tapi kemungkinan iya. Dulu, Zidane pernah bercerita sedikit tentang kehidupannya ke saya. " Suara Fikri terdengar serak, bahkan nyaris tidak terdengar. "Saya merasa bersalah karena terlalu gegabah tadi. "

Di tengah keterdiaman keduanya, suara pintu ruangan terbuka. Fikri buru-buru menghampiri, diikuti oleh Thala yang mengekornya dari belakang. "Dokter, bagaimana keadaan putra saya?" Mendengar hal itu, Thala sempat menoleh ke arah Fikri, namun kemudian dia mengalihkan pandangannya dan fokus ke arah Dokter tadi. "Dia baik-baik saja kan?"

"Anda walinya?" Fikri mengangguk. "Kita berbicara di ruangan saya saja, ada hal sedikit sensitif yang ingin saya bicarakan. "

"Ada apa memangnya Dokter?" Thala langsung menyerobot dengan pertanyaan, hal itu membuat Dokter tersebut menghela nafas sambil mengusap dadanya karena sempat terkejut. "Saya juga mau denger, temen saya baik-baik aja kan? Dokter disini aja ngomongnya, dikit-dikit apa gitu, saya penasaran. "

Dokter tersebut menghela nafas berat, kemudian membuka suara, "Dia kelelahan, kemudian pingsan. Dan menurut pemeriksaan, pasien mempunyai riwayat anemia. Dia sudah sadar. " Perkataan itu, membuat dua orang yang mendengarnya itu tertegun sesaat. "Dan juga—mentalnya, saya belum bisa memastikan tentang itu, saya rasa ada hal mengganjal. "

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang