BAB 13: Kilas Masa Lalu

3.2K 575 152
                                    

Sebagian bab ini aku tulis bersama KillMill. Jangan lupa mampir juga ke cerita Dikejar Jodoh di lapaknya killmill77, ya ^.^

"Bonsoir (selamat malam), everyone! Selamat datang di blind date Rumah Jodoh," sapa Juni, siap memulai acara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bonsoir (selamat malam), everyone! Selamat datang di blind date Rumah Jodoh," sapa Juni, siap memulai acara.

Perempuan itu tampil tidak kalah memesona dari para peserta lainnya. Dengan sequin mini dress berwarna orchid, dipadu heeled boots berwarna putih gading, sosoknya seakan mampu menjadi pusat mata memandang tanpa perlu menarik perhatian.

"Tak kenal maka tak sayang. So, sebelum kita sayang-sayangan, mari kita kenalan." Juni sedikit mengangkat dagunya sebelum melanjutkan, "Aku Junifer Tan, yang akan memandu kalian untuk bersenang-senang malam ini."

Juni pun menjelaskan sedikit tentang teknis blind date kali ini meski tidak ada yang berbeda dengan blind date sebelum-sebelumnya. Tapi demi profesionalitas, perempuan itu kembali mengulang hal yang seminggu sekali ia omongi secara template tersebut.

Sesi pertama, perserta akan memperkenalkan diri satu per satu. Dan sesi itu telah dimulai dari peserta yang duduk di kursi pertama dengan memberi tahu nama, serta beberapa informasi yang ingin dibagikan pada peserta lainnya.

Sampai tibalah sang musuh bebuyutan yang mendapatkan giliran. "Arsenal, 29 tahun, lawyer."

Singkat, padat, dan nggak jelas! Hal yang membuat Juni nyaris mengeluarkan kalimat kebencian saking kekinya. Rasanya, Juni ingin sekali menggaruk wajah sok dingin itu dengan kuku panjangnya. Sayang sekali, ia tidak boleh menakuti peserta lain dan harus jaga image sebagai CEO Rumah Jodoh. Bagaimanapun, orang-orang yang tengah bersamanya saat ini adalah mereka yang percaya pada Juni...

Uang-uang Juni.

Alhasil, Juni hanya menampilkan ekspresi kecut saat kedua matanya bertemu dengan Arsenal yang juga mengisyaratkan perang dingin.

Enek melihat wajah Arsenal lama-lama, Juni pun fokus melanjutkan tugasnya sebagai pemandu hingga acara sampai pada sesi bincang berdua di mana setiap peserta mendapat giliran untuk mengenal masing-masing peserta, tanpa terkecuali. Hanya saja, saat Juni memberi perintah untuk peserta bergulir, tidak semua menurutinya kali ini!

Siapa lagi kalau bukan Arsenal? Dan mendapati Kamilea melemparkan tatapan seperti meminta tolong, Juni jadi berasumsi jika lelaki itu masih jadi "tukang ngatur"!

Oh, Kamilea yang malang. Hatinya terlalu lembut dan sopan untuk seseorang berkepala batu! Tapi, tunggu...

Apa ia sedang mendeskripsikan William dengan dirinya sendiri?

Baru saja dirinya berpikiran tentang Kamilea yang sopan, gadis itu pun membuktikannya dengan berpamitan pada Juni usai acara selesai dan peserta lainnya sudah lebih dulu meninggalkan tempat.

Mengejar JodohWhere stories live. Discover now