Bagian 2

238 23 8
                                    

Remaja laki-laki berparas cantik itu terlihat canggung dan bingung, sejak tadi ia hanya dibiarkan duduk di sofa ruang tamu seorang diri dengan koper besarnya yang berdiri tak jauh dari tempat ia duduk. Ia terlihat gelisah sambil meremat celana pendek selutut berbahan katun yang ia kenakan.

Dirinya yang memang memiliki kesulitan dalam beradaptasi membuatnya meneteskan keringat dinginnya. Terpikir oleh dirinya untuk menghubungi ibunya tetapi itu percuma karena dipastikan jika ibunya sudah berangkat dan mungkin tidak menyalakan ponselnya.

Berulang kali ia memperhatikan ke arah tangga, berharap jika pamannya menemui dirinya dan sebagai seseorang yang masih ada hubungan darah dengan dirinya, pamannya itu mau bersikap ramah padanya. Tetapi sepertinya harapannya itu salah, ia merasa jika pamannya itu adalah orang yang tidak menyukai akan kedatangan keponakannya sendiri.

Ia menghembuskan nafasnya pelan, sudah lebih dari satu jam ia dibiarkan begitu saja. Dan ia mulai merasakan lapar, karena ini memang sudah waktunya untuk makan siang. Sepertinya, ia harus pasrah, dan menunggu pamannya mau berbincang lebih dulu padanya.

____________

Force menguap dan meregangkan kedua lengannya setelah ia bangun dari tidurnya. Tadi setelah menyambut kedatangan kakaknya, dirinya memang melanjutkan acara tidurnya karena dirinya yang sempat begadang semalaman merasa perlu tambahan tidur di siang hari seperti ini.

Ia menyibak bedcover yang sempat menutupi sebagian tubuhnya, lalu ia bergegas untuk masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengambil sikat gigi dan membubuhkan pasta gigi diatasnya. Ia menggosok giginya sambil bercermin. Jika bertanya apa alasan dia bangun kesiangan, itu karena semalaman ia melakukan kegiatan seorang pria dewasa. Karena semalam penyaluran hasratnya pada seorang wanita jalang dibatalkan oleh kakaknya, maka dengan terpaksa dirinya menggunakan film dewasa untuk membantunya hingga ia merasa terpuaskan.

_____________

Force baru saja selesai membersihkan tubuhnya, dirinya sudah berganti pakaian. Ia berjalan menuruni tangga bermaksud untuk menyiapkan sarapannya yang sudah sangat terlambat.

Saat ia akan menuju dapur, ia baru tersadar jika dirinya tidak sendirian di rumah. Ia bersitatap dengan seorang remaja laki-laki yang duduk di sofanya.

"Hah.. Sialan.. Aku sampai lupa." Gumamnya, ternyata dirinya lupa jika ia dititipi keponakan, putra dari kakaknya itu.

"Book." Panggilnya, dan keponakannya yang bernama Book itu menoleh dan karena ia adalah anak yang pemalu, maka ia segera mengalihkan pandangannya setelah dipanggil oleh pamannya itu.

"Sejak tadi kau duduk disini?." Tanya Force sambil mendekat pada Book, dan Book hanya mengangguk. Kecanggungannya begitu jelas terlihat.

"Bocah, kau belum menaruh pakaianmu?." Book kembali menggelengkan kepalanya, tapi kalau dipikirkan dirinya mau melakukan semuanya bagaimana jika Force tidak menunjukkan dimana kamar untuk Book dan lain sebagainya.

"Kau bisa berdiri tidak?." Tanya Force lagi dan hal itu membuat Book tersentak, dengan segera Book berdiri dari duduknya.

"M-maaf, paman." Book menganggap jika Force memarahi dirinya.

"Kau.. Ikut aku." Ajak Force, sepertinya ia akan menunjukkan dimana kamar Book dan tentunya Book mengikuti pamannya itu.

Sesampainya di lantai atas, Force membukakan pintu kamar untuk Book tetapi Book terlihat ragu saat Force menunjukkannya.

"Paman.. Tapi.. Sepertinya, kamar ini bukan kamar kosong." Ucap Book sambil memperhatikan kamar yang pintunya baru dibukakan itu.

"Memang bukan." Jawab Force sambil melipat kedua lengannya.

My Safe ZoneWhere stories live. Discover now