Bagian 3

282 24 19
                                    

Book yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan piyamanya kini sedang ditatap oleh pamannya yang masih mengenakan handuk. Dengan segera, remaja pemalu itu menundukkan kepalanya karena tentu rasa malu itu masih ada. Paras cantiknya memerah karena teringat kejadian beberapa menit yang lalu, perlahan ia meremas ujung piyamanya.

"Hei." Panggil pamannya pada remaja manis itu.

Book semakin berdebar dengan masih menundukkan kepalanya di saat pamannya itu melangkah semakin dekat padanya. Lalu seketika ia merasa sangat terkejut di saat pamannya itu menyentuh daun telinganya.

"Umurmu berapa?. Mandi saja tidak becus." Ejek pamannya sambil memperlihatkan busa shampoo yang tertinggal di daun telinga keponakannya setelah ia menyentuh dengan jemarinya.

Book segera menyentuh kupingnya dengan wajahnya yang semakin memerah, ia semakin malu karena mandi tidak bersih dan juga karena sentuhan dari pamannya itu.

"T-terimakasih." Ucapan Book membuat Force menertawakannya. Itu adalah tawa yang mengejek. Karena bagi Force tentu itu adalah ungkapan sindiran tetapi kenapa keponakannya itu malah berterimakasih.

"Sekarang kau minggir sana. Kau menghalangi jalan. Atau mungkin kau ingin mandi bersamaku?." Book tersentak, ia segera menjauh. Tawa pamannya itu terdengar kembali disaat dirinya masuk ke dalam kamar mandi. Book terdiam, ia sempat terpaku. Dia masih mengatur degup jantungnya karena ucapan pamannya itu.

_____________

Remaja manis itu memperhatikan jam dinding sambil duduk di sebuah sofa single, karena menurutnya pamannya itu sudah lama berada di kamar mandi. Ia sudah merasakan kantuk apalagi malam semakin larut. Ia sudah sangat ingin tidur, tetapi ia tidak berani mendahului pamannya untuk membaringkan tubuhnya di ranjang milik pamannya itu.

Beberapa saat kemudian, Force keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang menutupi bagian bawahnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang berukuran lebih kecil.

"Bocah, kau belum tidur?." Tanyanya sambil memperhatikan Book yang duduk di sofa.
Book menjawab dengan hanya menggelengkan kepalanya. Lalu ia kembali menunduk karena tidak mampu melihat ke arah pamannya yang sedang tidak mengenakan pakaiannya itu.

Force dengan santainya, dirinya memakai pakaiannya di depan Book. Paras Book kembali memerah, meskipun Force ternyata sudah mengenakan pakaian dalam tetapi tetap saja bagi Book yang memang menyukai sesama jenis, hal itu sangat membuatnya malu.

"Hei, naiklah ke tempat tidur."

"Kau harus segera tidur."

"Aku tidak mau kau terlambat besok, karena bisa-bisa ibumu memangkas uang bulanan jika ketahuan kalau aku mengurusmu tidak baik."

Ucap Force yang terdengar seperti sebuah omelan, Book yang merasa takut dengan sikap pamannya itu membuat dirinya sedikit berlari menuju tempat tidur.

Force berjalan ke arah ranjang setelah ia mematikan lampu kamarnya, Book yang masih saja belum berbaring membuat Force berdecak.

"Hei, kau santai saja."

"Aku ini pamanmu."

"Hubungan kita sama saja seperti ayah dan anak."

Force menarik selimutnya setelah ia berbaring di ranjangnya. Perlahan, Book menoleh dan bersiap untuk berbaring.
Book berbaring dengan kaku sambil menatap langit-langit kamar milik pamannya itu.

Force melirik ke arah Book yang masih belum memejamkan kedua matanya. Karena melihat Book yang nampak tegang, Force merasa kesal.

"Haahh, sialan." Rutuk Force sambil membawa bantal miliknya lalu melemparnya ke atas karpet.

My Safe ZoneWhere stories live. Discover now