1. Kutukan 3 bulan

23 2 0
                                    

Menurut Abel, tahapan sebuah hubungan asmara itu ada tiga.

Pertama, ketika masa pendekatan (PDKT). Maka si pria akan berusaha penuh untuk medapatkan hati sang pujaan. Kerap kali di fase ini, segala rayuan gombal dikerahkan, ucapan manis mengalahkan permen kapas, janji setia mengalahkan kerasnya pohon jati.

Kedua, ketika masa pacaran. Saat pernyataan cinta berhasil tersampaikan, maka jarak mulai terkikis secara perlahan. Saling mengirim pesan hingga gelap menjemput serta postingan tautan tangan adalah sebuah keharusan dalam sosial media mereka.

Ketiga, ketika menjelang tiga bulan. Ini merupakan fase keramat bagi sebuah hubungan asmara pada umumnya. Dimana pelepasan topeng jati diri masing-masing pasangan terungkap, rasa penasaran yang bergairah diawal mulai redup, hingga pertanyaan bertahan atau berakhir juga turut melintas dalam benak.

"Jadi, kau sedang berada di tahap yang mana?"

Abel menoleh ke arah Zee, sahabatnya yang sibuk mengambil sejumput keripik kentang dari bungkusan jajan dalam genggamannya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya. Raut wajah Zee yang kelewat santai, entah kenapa membuat Abel kesal.

Sebab niat hati ingin menginap di rumah sahabatnya untuk menceritakan keluhkesah kisah percintaanya, tetapi tampaknya potongan video drama yang terputar melalui layar laptop Zee sudah berhasil merenggut fokus wanita itu sepenuhnya.

"Minggu depan, itu adalah peringatan tiga bulan kita berpacaran," ujar Abel dengan nada lemahnya, sebelum sebuah helaan napas ringan berhasil lolos dari bibirnya.

Seketika Abel melakukan kilas balik memori dalam benaknya. Belakangan ini hubungan Abel dan Rio merenggang, seolah terpaut jarak dan kekosongan yang mulai terasa diantara mereka. Biasanya mereka akan saling bertukar pesan hingga larut malam, kini ruang obrolan mereka hanya meninggalkan pertanyaan klasik.

'Sudah makan?'

'Selamat pagi.'

'Nanti lagi ya balasnya.'

"Apa yang terjadi dengan Rio memangnya? Dia sudah mulai bekerja?" tanya Zee, mulai menaruk sedikit perhatian pada cerita Abel seraya menyampingkan bungkusan jajannya.

Faktanya jika Rio sedang mempesiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja mengingat mereka baru saja lulus bulan kemarin, maka Abel tidak akan cemas seperti ini. Tetapi kabar yang Abel dapati dari Rio bertolak belakang dari keinginannya itu, Rio berkata bahwa dia masih ingin menikmati masa kosongnya dengan bermain dengan teman-temannya sebelum mulai bekerja nantinya.

"Dia tidak membalas pesanku," jawab Abel yang kembali teringat oleh perkataan Dewi, teman kuliah mereka dulu yang sempat melihat Rio membonceng seorang wanita pulang.

Zee menggeleng sembari melempar tatapan melasnya seolah turut prihatin terhadap kondisi Abel, "Angka keramat berpacaran itu tiga bulan. Kalau kalian bisa melewati jangka waktu itu, maka katanya hubungan kalian bisa lancar. Tetapi kalau ada masalah, kemungkinan besarnya akan pu..." ucapan Zee terhenti ketika Abel secara mendadak melempar tatapan tajam ke arahnya.

"Zee, jangan ngomog sembarangan," ujar Abel yang kemudian segera mengepalkan tangannya dan memukul pelan kepalanya beberapa kali sembari mulutnya sibuk berkomat-kamit, berusaha mengenyahkan pernyataan aneh Zee dari benaknya.

"Oke sorry, tetapi faktanya kasus seperti ini memang sering terjadi."

"Kau mau kemana?" tanya Zee bingung ketika menyadari kasurnya berdecit pelan.

Abel terlihat bangkit dari kasur dengan cepat sebelum dengan sekali gerakan menyambar jaket denimnya dan kunci motornya dari atas meja belajar Zee.

"Membuktikan bahwa kutukan tiga bulanmu itu tidak akan terjadi kepadaku," ujar Abel sembari mengarahkan layar ponselnya ke arah Zee.

I Latte You (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now