4. D'Special Latte

10 1 0
                                    

Sudah ratusan pesan dan panggilan dari Zee yang berakhir diabaikan oleh Abel. Merasa masih kesal dengan insiden Zee yang meninggalkannya kemarin, hingga tiba-tiba pagi ini Zee mengiriminya sebuah foto.

Abel membukanya, awalnya ia berniat mengabaikannya karena mungkin Zee hanya mengirim foto selfie dirinya dengan pesan suara nada manja wanita itu untuk say-sorry, tetapi nyatanya itu adalah sebuah poster lowongan di The Dating's Cafe.

Abel menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menatap poster itu secara serius dan sebuah ide terbesit dalam benaknya.

Apa dia harus memanfaatkan kesempatan ini?

Dan setelah itu kilas balik memori ketika wanita asing itu memegang ponsel Rio kembali menyergap Abel dalam sisi buncahnya.

Tiba-tiba ponsel Abel bergetar sekali, menghancurkan lamunan singkatnya. Abel menekan pesan notifikasi itu dan terlihat pesan balasan dari Rio.

Maaf sayang, aku ada urusan. Kapan-kapan saja pergi lunch-nya.

Lagi-lagi Abel memandangi layar ponselnya untuk waktu yang cukup lama.

Benar, dia harus memanfaatkan kesempatan ini.

Terletak di sudut jalan yang tenang diantara pusat kota, The Dating's Cafe sangat cocok dikunjungi oleh para penggila kafein. Melalui desain minimalis yang sederhana namun elegan, kafe ini menampilkan sentuhan modern yang hangat dan ramah.

Begitu kita melewati pintu masuk kafe, kita akan melihat furnitur kayu dengan pencahayaan alami dari jendela besar yang tertimpa sinar matahari dari luar. Dengan suasana yang tenang serta penuh dengan aroma kopi yang menggoda, kafe ini adalah tempat sempurna untuk berkencan, berbaur obrolan dengan teman atau sekedar menikmati waktu sendiri dari hiruk piruk kota yang ramai dan padat.

Abel menatap pintu masuk kafe itu untu beberapa saat sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalamnya. Seolah takdir menariknya kembali pada kafe ini, memori manis Abel kembali muncul dalam benaknya. Ia hanya berharap kasus Rio ini tidak mengantarkannya pada pengalaman yang buruk di kafe ini.

Hari ini kafe tidak terlalu ramai. Barangkali memang selalu dalam keadaan tenang seperti ini sebelum gerombolan anak geng seperti Rio dan teman-temannya datang untuk mengacaukan hening yang menjadi identitas kafe ini bagi Abel.

Abel berjalan masuk sembari mengenggam erat kertas cv-nya seolah menaruh harapan besar didalamnya agar kehadirannya dapat diterima disana. Sebab dipikir-pikir, selain mendapatkan uang masukan tambahan, Abel juga dapat menjangkau kegiatan Rio dengan mudah.

Abel berjalan ke area kasir, dimana terdapat seorang pria disana. Melirik ke arah name tag-nya, Bastian.

"Ingin memesan apa?" tanyanya dengan nada ramah kepada Abel.

Melainkan menjawab, Abel malah menyipitkan matanya, kerutan terpatri jelas pada pelipisnya sekarang. Pria bernama Bastian ini memiliki wajah berbeda seperti yang terakhir kali ia lihat.

Berusaha mengenyahkan kebingungan singkat itu, Abel kembali pada tujuan awalnya. Ia menyerahkan cv-nya ke atas meja dan berujar, "Aku datang hari ini untuk mengisi posisi waitress yang kosong di kafe ini," kemudian menunjuk ke arah poster lowongan yang ada di dekat meja kasir.

Abel menatap serius reaksi Bastian setelahnya dengan perasaan gugup, tetapi pria itu malah menggantung jawabannya dengan menatap Abel untuk beberapa saat.

Bastian mengeluarkan tawa canggungnya dan berujar, "Maaf sebelumnya, tetapi kafe kami tidak menerima pegawai perempuan."

Abel menautkan alisnya, tidak bisa berbohong jika ia penasaran dengan alasan dibalik pernyataan ini.

I Latte You (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now