5. Berapa Persen?

7 1 0
                                    

"Berapa persen perasaan Jeremi kepadaku? Kuharap kau bisa memberitahuku secara pribadi sehabis ini."

Lagi-lagi Ian menangguk, "Enjoy your drinks," ujar Ian dengan nada tenangnya kemudian menyerahkan secangkir latte dan milkshake pesanan milik wanita itu.

"Terima kasih dan aku berharap banyak pada bantuanmu," balad wanita itu lagi kemudian pergi dari area meja konter khusus pembuatan kopi dengan membawa pesanannya.

Entah kenapa pembicaraan mereka berhasil menimbulkan rasa penasaran dalam dirinya, membuat Abel terus memperhatikan wanita itu. Hingga pacarnya, Jeremi bangkit dari duduknya dan membantu wanita itu untuk mengambil ahli lattenya. Kemudian mereka tampak mengobrol biasa, tidak ada yang terkesan aneh sampai Abel menangkap eprgerakan wanita itu yang terus menancapkan pandangannya pada cangkir latte yang berada di atas meja. Seakan sengaja mendorong sedikit cangkir latte itu mendekat ke arah Jeremi dan akhirnya pria itu meraih cangkir latte kemudian meminumnya. Wanita itu terus memperhatikan dengan lekat saat Jeremi membuka mulutnya untuk menyesap sedikit dan berakhir meneguknya dengan satu suapan besar, terlihat dari jakunnya yang bergerak sedikit. 

Wanita itu tersenyum kecil.

Alis Abel tertaut setelah menyaksikan hal itu, kemudian menoleh ke arah Ian yang ternyata juga ikut memandangi sepasang kekasih yang tampak sedang menikmati kencan mereka. Tanpa disangka, Ian tiba-tiba mengalihkan fokusnya ke arah tempat Abel duduk membuat Abel seketika menahan napasnya. Matanya bertemu dengan tatapan dingin milik Ian. Tertangkap basah sedang mencuri pandang ke arahnya, Abel jadi malu sendiri. Ia langsung meraih kopinya dan meminumnya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Memangnya dia siapa? Dukun?" Abel bergumam pelan, tidak mengerti dengan jalan pikiran si wanita yang memastikan pertanyaan semacam itu kepada seorang barista kafe. Abel masih ingat bagaimana nada memohon wanita itu kepada Ian, seolah ia menaruh harapan besar pada prediksi Ian mengenai berapa besar perasaan Jeremi, pacarnya itu.

Tidak masuk akal dan Abel juga menyadari keanehan dalam dirinya ketika ia juga sedikit penasaran dengan jawaban seperti apa yang akan diberikan oleh Ian.

Berusaha untuk mengenyampingkan insiden itu, Abel menggeleng kepalanya sekali untuk mengembalikan pikirannya pada masalah perihal lamarannya yang ditolak oleh Ian. 

Abel segera bangkit dari duduknya dan kembali menghampiri meja konter khusus untuk para barista meracik kopi mereka disana.

Abel menarik napas sekali, "Ian."

Jantung Abel berdegup gugup sedetik setelah mengeluarkan kata pertamanya. 

Bastian yang berdiri dibalik meja kasir mengamati dengan tatapan bingung terhadap interaksi Abel dan Ian. Berangkat dari Abel yang memberanikan diri untuk memanggil Ian dengan nama pria itu, seolah mereka saling kenal dengan dekat? Memang terlihat aneh bagaimana Ian terus menatap Abel dengan sangat intens di awal. 

Merasa kehadirannya akan menganggu obrolan mereka, Bastian menggeser tubuhnya agak jauh dengan mempertahankan ketajaman pendengarannya. Jangan salahkan tindakan Bastian itu, ia hanya penasaran.

Bagaimana pria kaku dan dingin seperti Ian ini menghadapi seorang wanita?

"Kau masih ingat kepadaku?" tanya Abel dengan nada hati-hatinya, menyadari kembali bagaimana cara Abel memanggil nama Ian beberapa waktu lalu.

Seharusnya ia tidak melakukannya. 

Itu terdengar memalukan.

"Tidak," jawab Ian singkat.

Posisi Ian yang tengah membelakangi Abel sebab pria itu sedang menyuci gelas yang ia gunakan tadi untuk membuat kopi membuat Abel membayangkan bagaimana raut wajah Ian sekarang dalam benaknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Latte You (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now