5.| ALEA NATHALEA

64 32 4
                                    

           H A P P Y_ R E A D I N G

"Mengejar kebahagiaan adalah ungkapan yang paling konyol, jika lo mengejar kebahagiaan, lo gak akan pernah menemukannya. Yang lo perluiin adalah menciptakan kebahagiaan itu sendiri."

             - Aditya Wijaya -

Brian, cowok yang memakai baju renang itu menatap benda pipih yang ada ditangannya resah. Nomor yang ada dilayar handphonenya memang sudah tidak Brian blok lagi, tapi apa cowok itu berani menanyakan kabar dari sang pemilik nomor? Ah tidak, jangankan menanyakan kabar menghubungi nomor itu saja Brian tidak berani.

Brian melempar benda pipih itu kearah tasnya yang ada disamping tempat dia duduk, ia mengusap kasar wajahnya sambil menatap kearah kolam renang. Dia tidak boleh seperti ini terus, ia harus melanjutkan hidupnya. Ia harus menerima orang baru masuk kedalam hidupnya, bukan terikat dengan masalalu terus-menerus seperti ini.

Tak jauh dari sana, kelima cowok yang memakai jaket HS itu, menatap kearah Brian sambil mengerutkan kening mereka. "Si Ryan kenapa sih? Udah kayak anak perawan aja dari kemarin?" Adit menatap kearah Brian yang tak henti-hentinya menatap handphone miliknya.

"Tuh orang kalau punya masalah gak pernah cerita ke kita-kita, heran gue." tutur Anggar sambil berkacak pinggang.

"Gak semua masalah itu harus diceritain, setiap kita ada privasi masing-masing." Nando, cowok itu menatap kearah Brian sambil tersenyum simpul.

"Samperin gak?" tanya Adit sambil menatap para sahabat-sahabatnya.

Mereka mengangguk, lalu berjalan pelan kearah Brian. "Kenapa sih bos?" tanya Adit sambil mendudukan dirinya disebelah Brian.

Brian menatap kelima sahabat-sahabatnya itu, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Gak papa."

"Udah kayak cewek aja lo, bilangnya gak papa." saut Ladzi sambil melipat tangannya didada.

"Cerita kalau ada apa-apa Yan, kita sahabat lo. Siapa tahu kita bisa bantu." Brian menatap Ucup, sambil tersenyum tipis.

"Thanks, tapi gue bener-bener gak papa." Ucup menganggukkan kepalanya mengerti.

"Tapi kalau ada apa-apa lo cerita ke kita, kita sahabat lo." Brian menganggukkan kepalanya, sambil menepuk pelan lengan Ucup yang berdiri disebelah Ladzi.

"Hai." mereka semua menatap kearah Alea, yang tersenyum sambil memegang kotak bekal ditangannya.

"Eh hai juga neng Ale." sapa Adit sambil tersenyum mengoda kearah Alea.

"Gak usah senyum kayak gitu jijik gue." jijik Ladzi sambil mendorong pelan kepala Adit.

"Kita duluan ya bos, kan neng Alea udah ada disini. Yoklah cabut." Adit menepuk bahu Ladzi, sambil berlalu dari sana diikuti oleh yang lain.

Brian menghela nafas kasar, cowok itu menatap Alea yang tersenyum kearahnya sambil mendudukkan diri disebelah Brian. "Kamu udah makan?" Brian tidak menjawab, cowok itu hanya diam sambil mengamati gerak-gerik Alea yang dari tadi sibuk membuka kotak bekal yang dia bawa.

"Cobain deh, ini Mama yang masak." Brian menatap bekal yang berisi nasi goreng dengan toping lengkap diatasnya. Lalu beralih menatap Alea, yang tersenyum lebar kepadanya.

"Gue gak lapar." Brian mengalihkan pandangannya kearah kolam, ucapan Brian membuat senyum Alea seketika luntur.

"Sedikit aja." mohon Alea, sambil menatap berharap Brian.

"Buat lo aja." Alea tersenyum tipis, sambil menatap bekal itu.

"Yaudah gak papa." saat tangan Alea ingin menutup bekal itu, Brian langsung menahan tangan Alea.

ARBIAN [ ON GOING ] √Where stories live. Discover now