It Was Always Bali

0 0 0
                                    

Setahun sudah ku lewati sejak patah hati yang terakhir. Aku tidak ada niatan untuk mencari yang baru, aku fokus pada pekerjaanku. "Ka Bulan. Ada telfon dari Francis" ucap Tiara, staff ku dikantor. Francis adalah boss ku yang hampir tidak pernah ada di kantor, karena ia menganut sistem 'Work From Anywhere'. Setelah ku mengangkat telfon dari Francis, Tiara masuk ke ruangan ku "Kenapa Kak, Bu Francis?" tanya Tiara "Gapapa, dia minta kita ke Bali untuk cek toko baru disana" "Aku juga ikut kak?" "Kamu gamau ikut?" "Mau banget dong Kak, kabarin yah" Tiara keluar ruanganku dengan kegirangan.

Setelah pulang kantor, aku pergi ke rumah Mara. Sesampainya disana ada seseorang yang tak ku kenal. "Hi Mar. Itu siapa?" tanyaku kepada Mara "Cakep ya? Bumi namanya. Saudaraku dari Ibu, dia lagi ada urusan di Bali, tapi mampir ke Jakarta dulu. Bum, sini, kenalin sahabat ku, Bulan" "Halo Bulan. Aku Bumi" "Lucu banget ini Bulan sama Bumi, hahaha" ucap Kila sambil tertawa kecil. Tak lama, Bumi duduk bersama kita di teras. "Jadi Bum, lo kerja dimana?" tanya Kila "Aku kontraktor La" "Based nya di Bali?" "Tidak La, aku based nya di Singapore. Tapi kalau ada projects di Indonesia, aku yang jalan biasanya" "Ohh gitu. Bulan besok ke Bali ada buka toko, jangan-jangan kamu kontraktornya lagi?" ucap Mara, aku hanya tersenyum sambil memegang rokok ku "Memang nama tokonya apa Lan?" "Namanya sih soon to be 'Perubahan' retail gitu" lalu Bumi membuka handphone nya seperti mencari sesuatu "wah betul, aku besok ketemu sama head marketing nya" jawab Bumi "Ya head marketingnya, si Bulan ini" ucap Kila "Sampai ketemu besok kalau gitu Lan" "Bisa gitu ya, lucu" ucap Mara, aku terlalu lelah untuk mengikuti obrolan mereka. Tak lama, aku pun izin pulang karena terlalu lelah. "Bulan, naik apa?" Tanya Ibunya Mara "naik ojek online paling tante" jawab Bulan "Eh, sudah malam. Bumi anterin Bulan saja. Kasian" "Iya gapapa Lan, Saya anterin" "Gapapa aku udah dapet ojeknya juga kok, ojek langganan kok jadi aman tante. Aku pamit ya".

Keesokan hari,

"Ti, makan dulu yuk. Masih lama boardingnya. Aku laper" ucap ku ke Tiara "Ayo kak, aku juga laper banget" akhirnya kami memutuskan untuk mencari sarapan di bandara. "Bulan!" ternyata Bumi yang memanggilku "Hi Bum. Bum, kenalin ini Tiara, nanti dia bantuiin marketing 'Perubahan'. Ti, ini kontraktor kita, Bumi." "Halo Kak" ucap Tiara sambil menjabat tangan Bumi dan Bumi hanya memberi senyum "Kalian mau kemana?" "Kita mau makan dulu nih Bum, pesawat kita masih agak lama" "Aku boleh ikut? pesawatku juga masih lama" "Boleh, yuk" saat kita berjalan ke restoran, Tiara berbisik "kamu udah kenal ka?" "sodaranya Mara" "oalah. Cakep" "hus udah, kontraktor kita ini nanti" "hehe okeoke kak". *pengumuman pesawat* "Ka Bulan, ini pesawat kita" ucap Tiara "Eh pesawatku juga sama nih" ucap Bumi, Bulan hanya tersenyum lalu membereskan barang-barangnya dan pergi.

Saat di pesawat, aku dan Tiara terpisah duduknya, ternyata Tiara bersebelahan dengan Bumi.

"Tiara. Bulan tuh emang orangnya pendiem gitu ya?" tanya Bumi kepada Tiara "Sebetulnya tidak sih kak, dia habis ada masalah tahun lalu, setelah itu dia jadi pendiem banget. Tapi kadang aku masih liat Ka Bulan kayak biasanya" "Oalah, Mara juga bilang hal yang sama sih" lalu mereka melanjutkan obrolan hingga pesawat mendarat kembali.

Sesampainya di Bali, kita langsung terpisah dengan Bumi, karena Bumi ada meeting terlebih dahulu dengan partnernya di dekat airport.

"Ka Bulan. Pergi jalan-jalan yuk" "Wah Ti, aku banyak yang harus dikerjaiin nih buat preparation besok. Besok kan pagi, aku stay-in aja. Tapi you're welcome to go. Telfon aja supirnya, nanti kamu dianterin dia" "Gapapa kak, aku ada temen di Bali, nanti aku dijemput dia" "Okay Ti, hati-hati ya" "Ka Bulan. Sebetulnya Kakak masih kepikiran Ka Saka, gak sih? Maaf kalau lancang" "Ya gimana ya Ti, even though it was a short relationship, it doesn't go away that quickly. Of course aku masih kepikiran. Tapi yaudah just the memories. Kamu gimana? ini pacar kamu yang di Bali?" "Iyaaa Kak. Ayo dong ikut, aku pingin kenalin kakak sama dia" "liat nanti deh ya Ti, siapa tau aku nyusul. Oiya kalau kamu kebawah, sekalian tolong bilangin supirnya, pulang aja, tapi besok jam 7 sudah sampai di hotel lagi" "Oke kak. Aku pergi dulu yaa". Sebetulnya aku tidak ada pekerjaan, semua pekerjaan ku sudah selesai sebelum aku landing tadi, tapi akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke coffee shop dibawah.

"Lan. I thought I saw you" ucap Saka . Hatiku berhenti sejenak mendengar suara yang tak asing itu, mencoba menahan rasa bahagia ku dan menutup senyum "Hi Saka" hati ku kembali hidup, berdetak sangat amat kencang "Aku duduk ya" "Silahkan" "Kamu apa kabar? How's work?" tanya Saka, sungguh aku ingin menjawab bahwa hidupku jauh lebih baik tanpa kamu, I grew up so very well, I again found myself, I am not worried about everything except for work, tapi yang ku jawab hanya "Ini lagi kerja. Besok mau liat proyek di Ubud" "That's good. Gimana udah ada pacar?" aku hanya memberikan senyuman manis ku dan meminum kopi ku, lalu aku melihat Bumi sedang berbicara di front table "Bum, sini" Bumi berjalan ke arahku dan aku berdiri dan mencium pipinya dan berbisik "Bumi. Ini mantanku, maaf banget" Bumi tidak terlihat kebingungan, lalu ia memegang pinggangku dan mencium pipiku "Bum. Ini Saka, mantan ku" Saka berdiri dan menjabat tangan Bumi "Kebetulan, Saya, eh Aku baru mau check in. Kamu udah check in?" tanya Bumi ke Bulan "Sudah, aman kok" "Yasudah. Aku mau ke sebrang dulu, beli rokok. Sebentar ya" lalu Bumi pergi. Aku pun kaget, Bumi mengikuti alur dengan baik, tapi sudahlah, daripada aku harus berbincang dengan bajingan ini. "Ditanya sudah punya pacar,malah senyum, pantesan dia senyum. Sudah berapa lama kamu sama dia?" "Sak. Jangan terlalu banyak basa-basi, capek jawabinnya. Aku mau naik dulu" "Ga ditungguin itu pacar kamu?" Aku berdiri dan menaruh uang di meja "Bisa naik sendiri dia" lalu aku pergi. Saat aku sampai di kamar, aku tentu sangat tidak enak dengan Bumi, jadi aku menelfon Bumi. "Bumi. Aduh sorry banget ya tadi, gue mati gaya banget" "hahaha gapapa Lan. We're still on for tomorrow right?" "Of course" "Wanna have a drink or something? Maybe talk about kejadian tadi? hahaha, you owe me one" "hahaha boleh boleh. Give me 20 minutes, I'll be right down". Jujur, sudah lama aku tidak berdandan untuk pergi bersama laki-laki.

Bumi ternyata sedang menunggu di lobby, sambil merokok. "Yuk Bum" "You look pretty" "Thank you" , Bumi membuka pintu mobilnya untuk ku dan kita berkendara. "Lan. Sebenernya Saya juga jebak kamu nih. Aku ada acara sama temen-temen ku. Saya sih sudah bilang, kalau saya ajak kamu. Gapapa kan?" "Ya mau gimana lagi? masa gue lompat dari mobil" "hahahaha" kita bercanda bercanda di mobil hingga sampai di tujuan. Saat aku mau membuka pintu, ia bergegas untuk membukakan pintu untukku. "Thank you" ucap ku. Tempatnya tidak terlihat seperti restoran atau cafe, malah seperti rumah. "Bumiiiii" Seorang wanita berlari ke arah Bumi dan memeluknya "you must be, Luna" wanita itu mengulurkan tangannya, dan aku menjabatnya "It's Bulan" "Bulan stands for Luna, right? I'm Annie. Bumi's best friend, if he wants to admit that. Come on" ia merangkul ku dan memperkenalkan aku ke yang lain "you can sit here. and enjoy the show" ucap Annie dan aku hanya duduk kebingungan bersama dengan senyum karirku "Hi Luna. Aku Sarah. Masih inget gak?" "yaampun Sar. Apa kabar?" Sarah adalah adik Mara yang sudah lama tak mau pulang, karena ia punya hubungan buruk dengan ayahnya Mara "Baik dong Lan. Kamu sama Bumi nih sekarang?" "hahaha engga. Kebetulan kita ada project bareng, terus dia ajak aku kesini" "Ohh gitu. Masih sama Saka kamu?" "sudah engga Sar" "That's good. Because, he's not that good" aku hanya membalas Sarah dengan ketawa kecil. Ternyata 'Show' yang dimaksud Annie adalah Bumi memasak dan yang lain mengganggu nya memasak. Lalu, Kami berbincang-bincang sambil makan. Saat mereka sedang mengobrol, aku berdiri dan pergi ke taman untuk merokok. "Lan. Ga nyaman ya?" tanya Bumi "hahaha engga kok. Seru. Sudah lama juga ga ketemu Sarah" "Sarah pacaran sama Annie, mereka tinggal di sini sekarang" "oh gitu" "Iyaaa. Jadi gimana kamu dengan Mas yang tadi itu?" Aku pun terpaksa menceritakan semuanya kepada Bumi. "If that's the case, he doesn't deserve you" ucap Bumi. Tak lama, Sarah keluar "Guys. I'm sorry to be the party pooper, Annie's a little bit drunk, would you guys mind going home?" "Of course Sar. We'll see you again okay" Bumi memeluk Sarah "Sar. Ketemu lagi ya. Sama Mara juga" Sarah tersenyum dan memeluk Bulan.

Saat diperjalanan pulang, aku berfikir, Bumi sangat santai orangnya dan membuatku sangat nyaman dengannya. *telepon berdering* "Halo? Sebentar Saya kesana. Bum, sorry banget, boleh engga jemput Tiara. Dia ditinggal temennya di Seminyak" "Kenapa dia?" "Mabuk", Bumi bergegas untuk menjemput Tiara.

"Tiara!" Aku turun dari mobil dan mengangkutnya "Lan, kamu nyetir aja, aku angkut Tiara" akhirnya aku menyetir mobil dan Bumi mengangkut Tiara dan memasukkannya ke mobil. "Ti, Ti. Kok bisa sih?" tanya Bumi "Ka Bulan. Jangan pecat aku ya. I'm good at my job kok Kak. Ka Bumi, this is not me ya Kak" Bumi tertawa dan aku pun yang sedang marah akhirnya tersenyum. Kami bergegas ke kamar untuk menidurkan Tiara. "Bum thank you so much. Maaf ngerepotin gini" "Ga ngerepotin sama sekali. Thank you juga ya. Good night, see you tomorrow" "Good night. Bye"

Caught Up In The MomentWhere stories live. Discover now