[ chapter iii ] cerebral cortex

116 18 2
                                    

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

kerangka berpikir yujin adalah sesuatu yang cepat beradaptasi, itulah alasan mengapa tidak ada lagi kekerasan yang bisa menyakiti mentalnya, karena dia sudah terbiasa. namun tetap saja, dengan tubuh manusiawinya, fisik yujin tak dapat beradaptasi secepat mentalnya.

saat kukunya dicopot, ketika jemarinya sengaja dijepit hingga patah dengan kusen pintu, atau saat darah menetes dari pelipisnya setelah dibenturkan ke ujung meja, yujin bisa merasakan sakit. dan amarah, tentu saja─── seringnya terhadap mama yang menjadi lima kali lebih merepotkan setelah mengkonsumsi obat-obatan, saat ini contohnya.

selama 15 tahun yujin hidup, yujin menyadari───

yujin mengerang saat ia merasakan kepala belakangnya bertubrukan dengan benda tumpul. "yujin, ingat, nggak? dua tahun lalu yujin kalah lomba biologi, dan sebulan setelah mama turun tangan ngajarin yujin, yujin langsung menang lomba selanjutnya. yujin itu quick learner, cuma butuh ajaran mama, ngga butuh quanrui. yujin pasti bisa lebih pinter dari quanrui dan nerusin bisnis mama." wanita itu mengoceh dengan tubuh yang terhuyung tak stabil, kemudian tertawa lepas.

───bahwa selama ini keluarganya hanya pernah mengajarkan satu hal; kebencian.

papa yujin tidak pernah mencintai istrinya dan mereka menikah karena keterpaksaan, mungkin masih mencintai mantan kekasihnya. sementara itu, mama yujin terobsesi pada suaminya, dan terobsesi membuat yujin menjadi produk yang lebih unggul dari quanrui.

mamanya adalah pecandu sekaligus pengedar, dan papanya tak tahu apapun. saat papanya lembur sebagai budak korporat, sang mama yang seharunya menjadi ibu panti yang baik malah mengkonsumsi obat-obatan. berceloteh bagai orang gila, kebanyakan tentang quanrui. quanrui ini, quanrui itu.

lantas siapa quanrui?

───bagi yujin sekarang, quanrui adalah produk gagal sang papa bersama mantan kekasihnya. produk gagal yang karena satu dan dua hal bisa membuat yujin kalut saat mendengar kabar kematiannya. produk gagal yang entah bagaimana bisa menyenggol empatinya.

tapi semua itu tak penting lagi. toh, quanrui sudah mati. sekarang, yujin hanya berambisi untuk bebas dari jeratan wanita gila yang ia panggil 'mama'.

"yujin, minum, nak. biar tambah pinter," cecar sang mama sambil memberikan tiga pil ke tangan yujin dengan senyum lebar tergambar pada wajahnya.

"ngga mau," jawab yujin dengan ketus, membuat sang mama melotot.

"yujin! nurut sama mama, apa susahnya?!" wanita yang sedang terpengaruh obat-obatan itu kemudian memaksa yujin untuk menelan tiga pil sekaligus kedalam mulutnya. "telan, yujin! biar pinter! biar papa kamu sayang sama mama!"

yujin merasa pusing bukan main saat ia tak sengaja menelan salah satu pil itu. dengan cepat, yujin bergegas ke dapur dan berusaha memuntahkan isi perutnya dengan latar belakang suara mamanya yang terkikik puas.

pandangan yujin memburam, ia bahkan tak bisa merasakan kakinya lagi seolah tengah terbang bebas di langit ketujuh. "sialan." yujin mengumpat sambil menatap jemarinya yang bergetar.

mama yujin berjalan mendekat dan dengan lembut membelai rambut gelap yujin. "ngga apa-apa, yujin. harus terbiasa. nanti juga kamu lupa."

sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, yujin menatap mamanya dengan tajam, seakan merencanakan skema berbahaya sambil mengarahkan jari-jarinya naik keatas kitchen set dan mengambil sebilah pisau daging yang besar. cukup besar untuk bisa mengoyakkan isi perut seorang individu.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

“ ollie? ”

genius | 𝙃𝘼𝙉 𝙔𝙐𝙅𝙄𝙉Where stories live. Discover now