[ chapter iv ] creutzfeldt-jakob disease

67 15 6
                                    

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

apa yang terjadi setelah malam itu merupakan hal yang ternyata biasa saja. saat yujin menginjakkan kaki dengan gugup di depan pintu rumahnya dan menunggu seseorang mendengar bel dari dalam rumah, mama yujin keluar dalam keadaan utuh, tanpa luka maupun cacat, dan kakinya masih bisa menapak lantai.

sang mama yang tampaknya tak mengingat apapun hanya menyilangkan tangan dan menatap yujin dengan sorot tak ramah. "kamu bikin mama kecewa."

isi pikiran yujin berkelana, menebak-nebak apakah yang dimaksud mamanya. "yujin ngga kabur dari rumah," balas yujin, mencoba membela diri.

"bukan itu!" sang mama membentak, memijat pelipisnya dengan desahan frustrasi. "mama ngga peduli kamu pergi kemana atau pulang kapan."

pada keadaan normal, seorang anak akan merasa sakit hati, paling tidak sedih ketika mendengar ibu sendiri menyatakan ketidakpeduliannya dengan begitu terang-terangan. namun tidak dengan yujin. ia tak dapat merasakan apapun selain rasa penasaran. kening yujin membentuk kerutan samar. "terus?"

mama yujin menghela napas panjang. "kamu ngga kompeten. kalah lagi sama leeseo?"

mendengar nama itu, yujin langsung menatap sang mama dengan tanda tanya besar dalam sorot matanya. "apa maksud mama?"

sang mama menyodorkan ponselnya, menunjukkan sesuatu yang tak yujin sangka melalui benda pipih tersebut. data peringkat dan nilai rata-rata hasil tes planet private high school.

dalam sistem sma planet, terdapat kelas A yang menjadi kelas unggulan yang siswanya mendapat privilege lebih besar di setiap angkatan. siswa kelas 10 A merupakan siswa dengan nilai tes masuk paling besar, sementara kelas 11 dan 12 ditentukan melalui peringkat persemester.

salah satu privilege yang didapat adalah wali murid bisa mengakses data nilai pribadi dan peringkat kelas yang akan dibagikan wali kelas sebulan sekali.

yujin berhasil masuk kelas A, namun peringkat pertama didapatkan oleh leeseo dengan selisih 0,7 poin dari yujin.

"leeseo ikut tes?" mata yujin masih dengan tajam menatap layar ponsel sang mama. "tapi kan orang tuanya───"

"jangan anggap remeh musuh kamu, yujin," potong sang mama, membuat yujin terhenyak dari lamunannya. "kamu pikir dengan kamu bakar kios dagangan keluarga leeseo, mereka bakal nyerah gitu aja? kamu pikir kamu kenal betul sama musuh yang kamu hadapi? mama selalu bilang jangan angkuh! jangan anggap remeh lawan kamu!"

yujin menggeleng dengan kepala tertunduk. isi pikirannya berkecamuk layaknya belasan untaian benang yang kusut setelah dijadikan satu . "bukan yujin...."

sang mama mengernyit. "kamu denger apa kata mama ngga, sih?" tanyanya dengan ketus.

"yang bakar bukan yujin tapi───"

"mama ngga peduli!" sang mama meninggikan nadanya, tak terlihat tertarik untuk mendengar penjelasan sang anak. "mama ngga peduli, yujin," ulangnya dengan penekanan di tiap kata.

"kamu tau sepenting apa nilai rapor sma dan baru masuk aja kamu udah kalah! quanrui ngga pernah kalah, kenapa kamu kalah?!"

jika J. Robert Oppenheimer bisa bangkit dari kematian, mungkin ia bisa berpendapat bahwa kepala yujin bisa menjadi bahan bakar bom atom saking meletup-letupnya.

genius | 𝙃𝘼𝙉 𝙔𝙐𝙅𝙄𝙉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang