74. Pantai

1K 164 32
                                    

Minal aidzin wal faidzin guys🙏🙏
.
.
.
.

Obrolan dengan bahasa baku, anggap saja sedang berbahasa inggris.
.
.
.
.

Karena cuaca panas, Mayuno melepas cardigan yang menutupi t-shirt putih di dalam dan mengikatnya ke pinggang. Melirik ke arah Hildan yang sibuk berselfie ria, Mayuno merasa bersyukur telah mengganti celana lelaki itu dengan celana selutut yang nyaman sesaat sebelum pergi ke stasiun kereta.

Kini mereka berdua telah sampai ke tempat tujuan dengan Hildan menjinjing keranjang dan Mayuno memeluk tikar yang tadi mereka sewa di dekat gerbang. Tidak seperti dugaan Mayuno, gerbang masuk tidak langsung mengarah ke tepi pantai.

Pertama-tama, mereka disambut oleh berbagai jenis toko. Ada toko buah, eskrim, makanan, minuman, serta toko yang menjual berbagai barang yang berhubungan dengan pantai dan laut, seperti alat pancing, baju renang, kacamata, dan lain-lain. Selain itu tersedia juga tempat penyewaan.

"May, sini bentar." Hildan mengajak Mayuno singgah ke sebuah toko kecil. Di depan toko itu terpajang beberapa jenis barang yang salah satunya topi. Hildan meletakkan keranjang makanan di atas meja yang tersedia. Lalu mengambil dua macam topi.

"Kamu pilih yang mana? Ini atau ini? Tenang aja, aku yang bayar. Cuaca lagi terik, biar nggak silau."

"Eh? Nggak usah." Mayuno menggelengkan kepala, menolak tawaran lelaki itu yang sudah mengeluarkan cukup uang untuk membayar biaya transportasi mereka dan sewa tikar. Mayuno tidak mau Hildan menghabiskan uang lebih banyak lagi. "Kamu aja yang beli."

"Halah." Hildan mendengus sambil memasangkan satu topi bucket berwarna merah jambu ke kepala Mayuno. "Ini cocok. Mas, saya ambil yang ini. Oh, sama iket rambut yang itu."

"Udah dibilang nggak usah!" Penolakan Mayuno tidak diacuhkan oleh Hildan yang langsung masuk ke dalam toko bersama si penjual. "Hildan!" panggil Mayuno lagi.

Tak lama setelah itu, Hildan keluar dalam keadaan telah memakai topi yang sama dengan warna yang sama pula sampai beberapa orang yang lewat melirik lelaki itu dengan tatapan aneh.

"Sekarang kita couple!" ucapnya riang dengan senyum cerah. "Oke, kamu balik badan."

Alis Mayuno terangkat, mempertanyakan perintah barusan. Namun, dengan tidak sabar Hildan memutar tubuh Mayuno lalu menyisir rambut gadis itu dengan tangan.

"Mau ngapain?" tanyanya, tetapi tidak mendapat jawaban.

Hildan mengumpulkan rambut Mayuno dalam satu genggaman usai menyisir cukup rapi. Kemudian lelaki itu menggigit bungkus ikat rambut hingga terkoyak lalu mengikatkan benda itu ke rambut Mayuno.

"Kalo gini 'kan nggak gerah," katanya sembari mengelap keringat yang mengucur membasahi tengkuk serta leher Mayuno dengan sapu tangan. "Balik badan lagi."

Tubuh Mayuno diputar lagi sehingga kini mereka saling berhadapan. Topi yang Mayuno kenakan dilepas, poninya disilak ke belakang menggunakan jepit rambut sederhana.

"Oh, dahi Mayuno lebar!" ledeknya gemas, menyentil pelan kening Mayuno sebelum mengeringkan titik-titik keringat di sana. "Kenapa manyun? Mau dicium?" Bibir Mayuno yang maju satu inchi ditarik sampai gadis itu memperotes dengan memukul lengan jahil lelaki yang hanya tertawa kecil menanggapinya. "Done. Ayo, kita ke lokasi piknik."

Mereka pun melanjutkan langkah yang sempat terhenti, berjalan lebih jauh mendekati area pantai di mana suara deburan ombak bercampur dengan segala aktivitas manusia terdengar.

"Wah ...." Mayuno berseru senang, matanya berbinar melihat keramaian orang yang berlalu lalang di hadapan mereka, serta dekorasi outdoor berupa balon warna-warni yang ditata menjadi berbagai bentuk.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now