One.

632 56 23
                                    

Namanya Khaotung Thanawat, dia adalah siswa tahun terakhir.
Anak laki-laki periang dan memiliki banyak teman itu menjalin kasih dengan seorang pria pengusaha berusia 30 tahun.
Pria itu adalah teman kakaknya, dimana sang kakak pun usianya lebih muda dari kekasih Khaotung.
Force Thanawat adalah karyawan biasa di perusahaan tersebut, sedangkan kekasih Khaotung menjabat sebagai ketua divisi.
Anehnya, mereka berteman dekat setelah sering satu meja di meja kantin perusahaan.
Suatu hari, si ketua Divisi itu bermain ke rumah Force dan Khaotung yang saat itu di rumah disuruh Force melayaninya.
Khaotung disuruh mengambil air minumnya, disuruh membuat makananlah, bahkan disuruh menemani si ketua saat Force pergi melakukan sesuatu.
Hingga suatu hari, Khaotung sudah terbiasa dengan kedatangan ketua divisi di tempat Force bekerja itu, setiap kali beliau datang maka Khaotung akan langsung ke dapur untuk membuatkannya minuman.

Kini, hubungan Khaotung dengan pria itu sudah setengah tahun lamanya.
Khaotung masih tidak terbiasa, ya karena perbedaan umur mereka yang lumayan jauh.
Si ketua divisi itu sangat dewasa dan kehidupannya begitu teratur, berbeda sekali dengan Khaotung yang masih acak kadul.

"Aku harus punya pacar supaya saat panas panas begini aku tidak perlu pergi ke halte bus yang sialannya sangat jauh itu." Phuwun mengeluh di sebelah Khaotung yang sudah duduk cantik menunggu kekasih dewasanya datang menjemput, berbeda sekali dengan Phuwin yang harus ke halte.

Dulu pun Khaotung sering pergi bersama Phuwin ke halte, marah-marah sepanjang jalan karena halte sangat jauh.

"Cepatlah bangsat!" Phuwin memaki temannya yang begitu lelet di belakang, namanya Marc. Mereka berdua kehilangan satu personil untuk pergi ke halte, Khaotung naik derajat.

"Kita duluan ya!" Marc langsung menarik Phuwin meninggalkan Khaotung yang masih duduk di samping gerbang sembari bermain ponsel.
Terlihat Khaotung juga bercanda ringan dengan beberapa teman sebayanya, hingga tidak sadar sebuah mobil putih sudah berhenti di depannya.

"Hei, kekasihmu."

Khaotung lalu melepaskan tangannya dari bahu salah satu siswa, kemudian berlari menuju mobil dan masuk ke kursi penumpang disamping kemudi.

"Maaf ya, sedikit terlambat."

Bahkan parfum yang digunakan terasa kuat kedewasaannya.

"Ini, saya belikan minuman ini untukmu."

Pria ini bernama First Khanapan.
Terlihat begitu dewasa dengan setelan jas yang bersih, mobilnya pun bersih dan memiliki wangi yang menenangkan. Namun, kini tercemar oleh bau keringat Khaotung. Ciri khas anak remaja yang kesehariannya di sekolah bermain bersama teman sebaya, bahkan seragamnya tidak Serapi pagi tadi saat First mengantarkannya kemari.

"Terimakasih," ucap Khaotung membawa es teh tersebut dari tangan First dan langsung meminumnya, ia haus bukan main. Selain cuaca begitu panas, Khaotung juga banyak bergerak.

"Pasti sangat sejuk jika aku langsung mandi setelah sampai di rumah," ujar Khaotung, kemudian ia melepas  tas punggungnya dan melemparkannya ke bangku penumpang di belakang.

"Tidak boleh, sebaiknya biarkan keringatmu hilang lebih dulu baru mandi. Tidak baik untuk kulitmu jika kau langsung mandi dalam keadaan berkeringat."

Ah, Khaotung baru tahu. Pantas saja, dia selalu gatal-gatal setiap kali habis mandi selepas pulang sekolah, mungkin itu panu, xixi.

"Hia, apa kau akan beristirahat di rumah?" Tanya Khaotung.

First menggelengkan kepalanya, lalu maju mendekatkan setengah badannya pada Khaotung, anak ini tidak pernah belajar untuk memasang Sabuk pengamannya sendiri.

"Saya hanya menyempatkan waktu untuk menjemput, nanti setelah pulang dari kantor baru ke rumah, tidak apa-apa?"

Khaotung menganggukkan kepalanya, terlihat senang karena sebenarnya hari ini dia ingin pergi bermain dengan Marc.

He is 30 years old.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang