Four.

306 46 16
                                    

Happy reading!!!

Terlihat Khaotung, dan dua minionnya berjalan menuju kantin dengan terengah-engah.
Ketiganya baru saja menyelesaikan hukuman karena terlambat, Phuwin dan Marc sih hanya di suruh berkeliling lapang saja saat jam istirahat, tapi karena Khaotung datang juga dengan kaos kaki sebelah, hukumannya juga di tambah dengan memungut sampah, dia jadi yang paling lelah dari semuanya.

Tapi, walaupun begitu Khaotung tidak bisa melepaskan dahaganya.
Khaotung tidak mau meminta uang jajan pada ibunya, dan uang yang diberikan First sudah habis.

"Kau mau minuman apa?" Tanya Phuwin, ia dan Marc sudah memutuskan ingin minuman apa.

"Kalian saja, aku tidak bawa uang."

Mark kemudian memberikan sepuluh lembar uang kertas pada Khaotung. "Maaf, aku lupa."

Khaotung terlihat terkejut dengan uang sebanyak itu, Mark bilang tadi First menitipkan uang jajan Khaotung padanya, karena Khaotung langsung berlari menuju kelas.

"Cih, cari perhatian."

"Kau tidak mau?" Tanya Phuwin.

"Kalau tidak mau, biar.." Phuwin baru saja akan meletakkan tangannya ke atas tumpukan uang tersebut, tapi Khaotung segera mengambil dan memasukan uangnya ke dalam saku.

"Aku mau jeruk," katanya sambil memberikan satu lembar uang dari First itu pada Phuwin.

-----

Hari ini, First terlihat sedang sibuk-sibuknya. Dia juga sedang di kantin saat ini, baru selesai makan siang bersama Force yang memperhatikannya.

"Kau masih belum bisa mengajaknya berbicara?" Tanya Force.

"Kau pikir aku akan berhasil?" Tanya First balik sembari meraih gelas minimnya.

"Aku tidak tahu akan membujuknya malam ini atau tidak," sambung First.

Hari ini First akan pergi lembur, ada beberapa hal yang harus ia kerjakan dan harus selesai hari ini juga.
Bahkan First tidak mengirim pesan banyak pada Khaotung, walaupun sang kekasih tidak membalasnya setidaknya dia ingin Khaotung tau jika dia berusaha untuk meminta maaf.

"Sudahlah, biarkan saja. Selama kau sudah meminta maaf." Force memang tidak akan pernah membiarkan Khaotung pergi ke dunia dewasa milik First, tapi untuk sikapnya yang ini Force juga agak muak jadi dia minta semua orang untuk mengabaikannya saja.
Khaotung itu pencari perhatian, dia marah dan ingin semua orang membujuknya tapi bukannya membaik, Khaotung tipe orang yang akan melunjak saat tahu banyak orang yang peduli padanya.
Maklum, anak bungsu yang dimanja.

"Tidak bisa, bagaimana bisa aku melakukannya?"

First sangat mencintai Khaotung, dia mengambil resiko apa yang telah dia lakukan.
Lebih baik Khaotung merajuk padanya tentang jajan dan waktu yang kurang daripada marah diam membisu seperti ini.
Lain kali, First tidak akan melakukannya lagi.

"Apa aku harus melepaskannya? Benar-benar membiarkannya masuk ke dalam dunia dewasamu?"

First menghela napas kemudian meminta Force untuk tidak terlalu terbebani. "Jika kau belum siap, jangan lakukan."

First menepuk-nepuk bahu Force sebelum akhirnya pamit pergi lebih dulu, dia harus kembali bekerja agar nanti setidaknya bisa menjemput Khaotung dan memberitahunya soal lembur.
.
.
.
.

Khaotung, Phuwin, dan Marc terlihat sedang menunggu di depan gerbang sekolah.
Sudah hampir 15 menit lamanya, bahkan sekolah mulai terlihat sepi.

"Apa kau akan pulang dengan paman itu?" Tanya Phuwin.

He is 30 years old.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang