Tidak Menyadarinya

23 6 0
                                    

"Sakit banget ..."

Tubuhnya menggeliat dalam keadaan tidur, ia memaksakan untuk gerak meskipun sekujur tubuhnya sangat sakit sekali.

Dengan perlahan netranya terbuka, dan yang pertama ia lihat langit-langit kamar yang sangat mewah. Namun tidak lama, ia kembali memejamkan matanya.

Hal itu terulang sampai entah berapa kali, karena ia merasakan ada sesuatu yang janggal. Akan tetapi untuk sekadar bangun saja tubuhnya sakit sekali, lantas apakah ia harus terbaring di atas ranjang selamanya?

"Perasaan kemarin gue baik-baik aja deh ..."

"Berangkat sekolah aja badan gue sehat, pulang sekolah pun seingat gue gak ada luka apapun. "

"Kok ini bangun-bangun, badan gue udah sakit aja ya?"

Brak!

Tubuhnya terlonjak mendengar gebrakan pintu, ia nengok dengan badannya yang masih terlentang. Ada pria paruh baya yang menatap dirinya dengan penuh amarah. Terlihat jelas dari tatapannya, bahkan aura sekitar menjadi suram.

Dengan cepat mendekatinya dan, "Bangun!!"

Tangannya di tarik, dengan satu tarikan yang mampu membuat ia duduk sambil merintih kesakitan.

"Cepat turun! Anak lemah!"

Tidak ada pergerakan membuat pria itu semakin marah dan menarik kembali pergelangan tangan remaja itu sampai berdiri, lantas di dorongnya tubuh ringkih itu sampai terjatuh.

Rintihan kesakitan menggema di kamar, namun remaja tersebut tidak melihat belas kasih pada wajah pria itu yang justru senyuman mengerikan terbit di wajahnya.

Amarah dalam diri remaja itu bergejolak namun tubuhnya menolak, alhasil ia hanya tergeletak tidak berdaya.

"Saya tunggu sepuluh menit lagi di bawah, jika tidak maka siksa menantimu!" ucapnya penuh penegasan dan meninggalkan kamar remaja itu.

"Mimpi apa gue ini! "

Plak!

Plak!

Kedua pipinya ia tampar sendiri agar sadar keadaan, namun sangat terasa sakit. Apakah ini bukan mimpi? Ia tidak mengenal sama sekali pria tersebut, dan malah berani-beraninya melukai dirinya bahkan mengancam.

Tanpa banyak omong, remaja itu bersusah payah untuk bangkit dan berdiri di depan kaca-

"ANJ- APA INI!" pekiknya.

Kedua pipi ditangkupnya dan menatap dirinya yang asli dan pantulan kaca secara bergantian, untuk memastikan takutnya ia salah lihat.

"Ini bukan diri gue, bangsat! "

"Gak! Gak mungkin ini pasti mimpi!"

Brak!

Tubuhnya terlonjak kaget, pria itu datang kembali dengan aura yang semakin gelap, "Mikara! Sudah saya bilang cepat turun!" Meskipun suaranya pelan namun penuh penekanan.

Dan siapa Mikara, hey! Dirinya bernama Batura! Enak saja pria ini mengganti nama orang begitu saja. Kini Batu melawan dengan menatapnya kembali pria itu.

"Siapa Mikara? Saya Batura, dan jangan berani-berani anda mendekati saya!"

"Batura? Hah?! Kau mimpi kah? Kau itu Mikara! Jangan coba-coba mengelabui ku. "

"Pria bodoh! Keras kepala! Saya Batura bukan Mikara, pulangkan saya!"

"Dasarnya sudah gila, malah makin gila kau ini!"

Keduanya saling adu mulut dengan perkataan yang penuh penekanan yang membuat beberapa orang datang ke kamar tersebut, dan semakin membuat Batu frustasi. Orang-orang yang ia lihat sekarang itu asing semua.

BaturaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang