Mikara, Batura

20 6 0
                                    

Dari ingatan yang di dapat, Mika ini anak yang tidak diketahui asal usulnya sampai ia remaja pun keluarga ini tidak memberitahu informasi sedikitpun mengenai keluarga kandung Mika.

Tapi di keluarga ini meskipun Mika diperlakukan berbeda, tetap saja ia di sekolahkan bahkan makan pun masih bersama satu meja dengan keluarganya.

Yang membuatnya bingung itu, kenapa ia tidak diusir dari rumah ini sedangkan perlakuan mereka seakan ingin Mika pergi dari rumah ini. Bahkan Mika tidak tahu kesalahan dirinya apa sampai diperlakukan seperti ini.

Atau memang keluarga kandungnya yang memiliki masalah, sehingga Mika yang harus menanggung semuanya. Entahlah Mika hanya berharap kepada Tuhan ini semua segera berakhir, dan pada akhirnya ia menyerah lantas Batu datang.

"Bagus banget seragamnya "

"Dia di sekolah kayak gimana ya, di rumah aja dia gak ada perlawanan "

Mika memakai seragamnya, setelah rapi ia turun untuk sarapan dan sudah ada keluarganya juga.

Brak!

Ferdi, kepala keluarga menggebrak meja melihat Mika, "Kenapa memakai pakaian pendek?" tanyanya dengan nada yang rendah.

"Loh emang kenapa? Suka-suka Mika lah "

"Ganti!"

"Enggak!"

"Saya bilang ganti, Mika!"

Mika menggeleng, dan ia melenggang tanpa sarapan terlebih dahulu. Tidak mengindahkan teriakan Papanya. Lagi pula kenapa Mika harus banget memakai pakaian panjang, kan gerah juga kalau di siang bolong.

Meskipun ia tahu, hal itu untuk menutupi luka-luka yang ada di tangan dan kaki Mika. Tapi ini bukan Mika, ini Batu yang memang memiliki sifat Batu.

Sekarang yang menjadi tanda tanyanya adalah, bagaimana ia berangkat ke sekolah? Tidak ada ingatan yang diberikan Mika akan hal ini.

Pada akhirnya ia mendekati supir yang ada di pos satpam rumah itu, "Pak anterin saya ke sekolah dong "

Awalnya tidak ada jawaban.

"Papa yang nyuruh kok, Bapak gak percaya?"

"Eh, oh Tuan Besar yang menyuruh. Baik Tuan ayo saya antar "

Mika tersenyum, "Ini Batu yang pintar, bukan Mika yang bego "

Ia masuk ke mobil dan duduk disamping kemudi, hal itu membuat sang supir kaget dan khawatir, "Maaf Tuan, kenapa-"

"Jalan aja pak, emang gak boleh duduk di depan? Ini kan juga mobil punya Papa dan aku anaknya, jadi bebas dong"

Supir itu tidak berkata apapun lagi, ia mengemudikan mobilnya kecepatan rata-rata dan Mika baru ingat ia langsung merogoh celananya.

Itu adalah gawai Mika asli, tapi ia tidak bisa membukanya karena di kunci dan bodohnya juga Mika asli tidak memberi tahu kepada Batu masalah gawai.

Tapi biarlah Batu pintar pasti banyak cara atau ia juga bisa telepati langsung dengan Mika untuk membuka gawainya.

"Terima kasih Pak. "

Mika pikir dengan keluarnya ia dari mobil orang-orang akan memperhatikan dirinya dan berbisik-bisik, nyatanya tidak. Mereka fokus dengan kegiatan masing-masing, terlalu jauh ekspektasinya.

Berjalan melewati lorong dan sekumpulan orang-orang menuju kelas, Mika ada di kelas 10 dan letaknya di lantai tiga yang mengharuskan naik lift.

"Songong banget wajah lo gak masuk beberapa hari, udah percaya diri banget lo mau ngelawan Satria?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BaturaWhere stories live. Discover now