Bab 10: Tentang Rindu

26 8 7
                                    

“Kita tidak akan pernah tau, mengapa rindu itu di ciptakan. Ia hanya datang untuk seseorang yang kita sayangi.”
- Raka Darmawangsa

Saat itu Raka benar merasakan rindunya. Mungkin jika saat itu dia tidak mendua, mereka akan tetap bersama. Akan ada selalu kata penyesalan di setiap kerinduan.

Mungkin sejak saat itu Raka merasa dunianya mulai berubah, ia menjadi sedikit tidak memperdulikan lingkungannya lagi. Cinta sering kali di sebut bukan segalanya, namun segalanya dapat berubah karena cinta.

Raka bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke arah teras rumahnya. Ia duduk di sebuah kursi sambil memandangi langit yang seakan membuatnya khawatir. Bahwa tidak ada lagi cinta yang dapat ia percaya.

Saat ini ia memang telah menemukan satu sosok yang menurutnya terbaik. Sosok kaka kelas yang bernama Artika itu membuatnya kembali bersemangat menjalani hidupnya. Namun kekhawatiran terus membayangi dirinya.

“Bagaimana jika ini adalah sakit hati selanjutnya, bagaimana jika ini adalah sandiwara yang akan selalu menjadi fana, bagaimana jika kita hanya di pertemukan saja.” - lamunan Raka sembari bertanya-tanya

Hatinya yang sedang berbunga karena cinta. Namun fikirannya selalu mengira semuanya akan sama. Memang akan menyiksa jika harus mencintai dalam kesendirian. Karena cinta di ciptakan untuk berpasangan, bukan tentang kesendirian.

Menyiksa memang jika mengenal cinta di usia Remaja. Namun sering kali kita hanya ingin itu semua akan menjadi cerita. Ada kalanya satu sosok itu berjuang dengan jiwa dan raga, namun sosok lainnya malah lebih milih mendua.

Saat itu Raka tidak menyadari kehadiran siapapun, dia hanya berdiam diri di tengah gemuruhnya angin yang membuatnya merasakan kenyamanan tanpa gangguang. Bahkan pada saat papahnya duduk di sebelahnyapun ia tidak menyadarinya.

“Anak muda, anak muda. Cuma bisanya galau terus kaya punya beban dunia.” - ujar papahnya Raka

Sontak hal tersebut membuatnya sedikit terkejut, di saat semua orang pergi dan tidak ada siapapun.

“Yehhh apa si pah. Ganggu aja.” - ujar Raka dengan sedikit terkejut

“Orang lagi memikirkan tentang tatanan negara dan dunia ini, menganggu saja.” - lanjutan ucapan dari Raka

“Apa-apa yang membuatmu gelisah? wanita mana lagi yang membuatmu merasakan gundah.” - ujar papahnya Raka sambil mengambil rokok milik Raka

“Apaan si bapa-bapa tua ini soktau huuu.” - ujar Raka sambil membercandakan papahnya

“Gini-gini juga papah pernah muda ya. Papah juga pernah merasakan apa-apa yang pernah kamu lalui.” - ujar papahnya yang menunjukkan bahwa ia sedang serius

Raka menyadari keseriusan papahnya pun tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya mampu menundukkan kepalanya sambil menyembunyikan kesedihannya. Hal tersebut membuat suasa menjadi hening seketika.

“Nak saya itu seorang pria dan kamu juga seorang pria. Tidak mungkin papahmu ini tidak mengerti bagaimana perasanmu. Papah paham akan hal itu.” - ujar papah melanjutkan ucapannya sambil mengelus pundak Raka

Ucapan tersembut membuat Raka menjadu luluh kepada papahnya tersebut. Raka yang tidak pernah menceritakan semua masalahnya, Hal tersebut malah yang membuatnya mampu mengucapkan kata-kata tentang cinta.

“Pah aku merasa ragu akan wanita yang aku temui. Aku selalu berfikir semua akan tetap sama, semua akan menghilang begitu saja.” - ujar Raka yang berusaha menjelaskan dengan nada suara yang terbata-bata

“Haha... papah benar, pasti semua tentang cinta.” - ujar papahnya sambil tertawa

“Sudah-sudah jalanmu masih panjang, usiamu masih muda. Ada cita-cita yang harus kamu raih. Sekarang lebih baik kamu membuat kopi untuk kita berdua” - ujar papah Raka melanjutkan ucapannya tersebut

“Siap laksanakan komandan.” - ujar Raka sembari memberika hormat kepada ayahnya tersebut

“Kamu ini hahaha.” - ujar ayahnya yang kembali tertawa sambil memukul tipis raka

Hal tersebut membuat Raka kembali tertawa bahagia. Mengembalikan senyumnya yang telah luluh lantah, menciptakan lagi suasana baru.

Ternyata rumah yang kita butuhkan lagi itu bukan lagi tentang siapa yang kita cintai. Tapi tentang siapa yang mampu mendengarkan seluruh keluh kesah yang kita hadapi.

Saat ini mungkin perasaannya sangat luluh lantah atas keadaannya. Namun dengan support orang sekitar membuatnya merasa apa arti dari kehidupan. Kita tidak akan pernah tau bahagia kita sejauh apa, kadang di saat kita penuh tawa.  Seketika semuanya berubah karena terpaksa.

Raka kembali dengan 1 gelas kopi. Ia langsung duduk di sebelah papahnya lagi. Saat papah Raka menyadari bahwa Raka hanya membawa 1 gelas. Ia mengerti bahwa apa-apa yang di butuhkan anaknya adalah kebersamaan.

“Ini baru ngopi, segelas buat joinan.” - ujar papah Raka yang langsung meminum kopi tersebut

“Buset bapa-bapa gaul.” - ujar Raka dengan heran

“Kan papah sudah bilang, papah pernah muda.” - ujar papah menjelaskan pada Raka

“Yehh tapi ga kata joinan juga kali pah.” - ujar Raka merebut kopinya

“Hahaha.” - mereka tertawa bersama

“Sering kali beberapa kebersamaan akan membawa kebahagiaan. Bukan tentang wanita, melainkan dengan cinta.”
- Tentang Kita

***

Hallooo....

Gimana liburannya?
Gimana lebarannya?
Gimana menghadapi pertanyaan-pertanyaan keluarga?

Haha... Harus jadi bahagia untuk kalian semua. Gaboleh menyesalkan yang namanya pertemuan. Jadi bahagia itu penting

Oiyaaa...
Maaf baru publish lagi, aku sibuk memikirkan kata. (Padahal enggak) kaya lagi pengen menikmati hidup dulu si beberapa hari ini

jangan lupa vote, komen, & follow... Thank you for watching!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang