23 : RINDU

337 9 0
                                    

HI GUYS!

MINTA TOLONG KALO ADA TYPO TANDAIN YAA😍

| HAPPY READING |

••••

Malam yang dingin dengan angin yang sedikit kencang membuat Ara mengusap kedua lengannya untuk sedikit menghangatkannya.

Tubuhnya cukup lelah setelah seharian bekerja, Ara ingin segera sampai di rumahnya dan beristirahat. Sejenak ia berhenti untuk menatap langit, matanya sedikit berair. Ia rindu papanya.

Matanya beralih pada jalanan kosong di depannya. Perasaannya mendadak risau, Ara segera menggelengkan kepalanya kuat, ini bukan risau, melainkan perasaan rindu yang menggebu. Bukan kepada papanya, namun kepada laki-laki yang sudah beberapa hari ini belum ia temui. Perasaan rindunya datang dengan tiba-tiba.

Air matanya lolos begitu saja. Ara sangat merindukan Arka, ia ingin bertemu dan memeluknya erat. "Aku kangen kamu Kak .."

Hanya Arka yang Ara miliki saat ini jika ia menginginkan bertemu, namun Ara harus menahannya kuat-kuat sebelum keadaannya membaik.

Perasaannya kembali dilanda rasa cemas. Sejauh ini, tak ada tanda-tanda Arka mencarinya. Apakah Arka sudah menemukan penggantinya? Atau memang ia senang jika dirinya tak bersamanya lagi? Atau kah Arka sudah lelah dengan dirinya yang sering menghilang? Ara kembali meneteskan air matanya.

Tak ingin membohongi dirinya, di dalam benaknya Ara berharap Arka mencarinya dan menemuinya.

Beberapa jarak didepannya, Ara nampak tak asing dengan motor yang terparkir persis di depan rumahnya. Itu motor milik Arka. Meski Arka memiliki motor banyak, Arka selalu menggunakan dua motor kesayangannya. Salah satunya adalah motor yang kini berada di depan rumahnya.

Ara segera membekap mulutnya dengan tangannya. Jantungnya berdebar kencang. Ia segera bersembunyi.

Air matanya kembali menetes ketika mengintip seseorang yang duduk di terasnya. Ingin sekali Ara berlari dan memeluk tubuh Arka untuk melepas rasa rindunya. Yang bisa ia lakukan hanya menangis.

"Maafin aku Kak, kita nggak bisa ketemu dulu untuk saat ini." gumamnya sembari menahan isak tangis.

DUARRR!!!

Petir menyambar dengan tiba-tiba. Gerimis mulai turun, tak lama disusul dengan hujan yang semakin deras diiringi petir.

Ara menggigil kedinginan dengan bersandar pagar rumah tetangganya. Ia melanjutkan tangisannya, ia tumpahkan segalanya di sana. Hatinya terus saja mendorongnya untuk menemui Arka namun logikanya menolak.

Kurang lebih 3 jam sampai hujan reda, Arka belum juga enyah dari tempatnya. Ara menghela napasnya, ia sudah tak mampu menahan dingin. Rasanya ia demam.

Brumm!

Suara knalpot motor membuat Ara menegakkan tubuhnya dan semakin merapatkan tubuhnya pada pagar. Suara bising knalpot dengan kecepatan tinggi melintas di sampingnya. Ara segera ke luar dari persembunyiannya.

Ara menatap Arka yang semakin ditelan jarak. Hatinya terasa semakin sakit, di satu sisi ia merasa menyia-nyiakan waktu untuk bertemu Arka namun disisi lain ia juga bersyukur karna tidak melakukan hal bodoh yang mungkin akan menyusahkan Arka.

Ara membalikkan tubuhnya menuju rumahnya. Sampai di terasnya, matanya tertuju pada bucket bunga yang diletakkan begitu saja didepan pintu.

Hatinya tersentuh, segera ia ambil dan mencium wangi bunga itu dalam-dalam tanpa mempedulikan tubuhnya yang masih basah kuyup.

TRIPLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang