◉ 015 ◉

7.4K 514 15
                                        

Luca menatap layar televisi dihadapannya sambil memakan bubur dan biskuit tidak terlalu manis yang sudah disiapkan. Sekarang fajar. Setelah acara demamnya beberapa jam yang lalu, kini Luca sudah bersantai.

Seperti tidak terjadi apa-apa. Dia harus sekolah hari ini, masa baru beberapa hari masuk sekolah sudah izin. Lagipula demamnya juga sudah turun.

Langit masih gelap tapi mulai terdengar suara burung yang berkicauan diluar.

-

Ceklek

-

Luca menatap pintu kamarnya yang terbuka oleh seseorang,

"Kak Oslan?"

Luca menatap semua orang yang masuk ke dalam kamarnya. Tak dipungkiri bahwa ia merindukan mereka semua. Luca menatap Karshaka, ternyata Karshaka membawa mereka semua untuknya.

"Hehe, makasih Kaes. Tapi Luca udah gak demam, udah gak sakit, masih lemes sih, cuma nanti juga hilang. Luca sekolah ya hari ini?"

Oslan mendekati ranjang Luca, mengusap kepala Luca,

"Masih mau memaksakan diri?" Tanya Oslan sambil tersenyum.

Luca menatap kaku, duh sepertinya ia salah ucap.

"Kan gue udah sembuh, Kak. Boleh lah ya?"

Oslan menghela nafasnya, "Yasudah, sekarang tidur lagi. Masih ada waktu buat istirahat. Nanti Kakak bangunkan."

******

Sebuah ruangan besar dipenuhi dengan kemewahan, suasananya terlihat sangat serius. Ada George dan anak-anaknya, serta Oslan dan kawan-kawannya. Mereka semua duduk dalam satu ruangan. Entah pembicaraan apa yang mereka lakukan, kalian akan mengetahuinya setelah ini.

"Aku tidak pernah melepaskan apa yang sudah kugenggam. Jadi lupakan kalau kalian berharap Aku akan melepaskan bocah kecil itu."

"Bahkan jika kalian menggantinya dengan nyawa kalian, itu tidak cukup." Ucap George terkekeh kecil diakhir kalimat.

"Luca adalah masterpiece yang tidak sengaja kutemukan. Oh, maksudku Astraka yang tidak sengaja membawanya kesini."

"Dan kau pikir aku takut? Hanya karena kalian sebuah tim pembunuh bayaran? Organisasi yang kalian punya hanya sebesar biji jagung. Kalian yakin mau bermain-main?"

"Kusarankan kalian menjadi seperti Luca, menurut atas apa yang kuperintahkan."

George menatap jam dinding diruangan kantor rumahnya, " Ternyata Aku sudah banyak membuang-buang waktu. Pilih, mau melawan atau tunduk atas perintah yang kuberikan. Pikiran itu baik-baik." Ucap George dengan nada intimidasinya.

George meninggalkan mereka semua dalam keterdiaman. Hening dalam ruangan itu. Tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali. Mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

*****

Ruang kelas tampak berisik meskipun guru sedang menjelaskan didepan. Banyak anak yang tidak peduli dengan apa yang diterangkan. Entah untuk apa mereka datang ke sekolah. Tapi berbeda dengan main character kita, Luca.

Ia tampak fokus memandangi papan tulis yang penuh dengan coretan sang guru yang sedang mengajar. Luca sama sekali tidak terganggu oleh suara-suara yang dihasilkan oleh orang utan dikelasnya.

"Pelajaran cukup sampai disini, kita lanjutkan dipertemuan selanjutnya." Ucap guru tersebut yang diabaikan oleh para murid.

Luca membereskan buku nya dan ia masukkan ke dalam tas, sekarang waktunya istirahat.

Lucallen AdamМесто, где живут истории. Откройте их для себя