|'9. Pasar Malam

16 2 0
                                    

☄️Happy Reading☄️

9 Juli 2024

Rembulan sudah di gantikan oleh sang baskara dari timur. Falva bangun pagi agar tidak telat seperti kemarin. Ia berangkat ke sekolah dan sampai di sekolah 45 menit sebelum bel masuk, yang berarti ia datang terlalu pagi. ia berjalan ke kelasnya sembari melihat sudut-sudut sekolah yang sangat sepi.

Sampai di kelas, hanya ada satu orang saja yang baru datang, sepertinya orang itu sangat rajin. Lalu Falva duduk di bangkunya sambil menunggu Datra datang.

"Fal-va? 'Kan?"

Terdengar panggilan seorang perempuan yang suaranya bergetar. Falva menoleh kepadanya, terlihat perempuan yang matanya mengantuk, tetapi memiliki wajah yang cantik, sinar matahari memantulkan rambut hitamnya membuat bersinar.

"Eh? Ya? Kenapa?" Falva terlihat kebingungan.

Tangan perempuan itu bergetar, ia menundukkan kepalanya. "Anu. A-apa aku boleh berteman denganmu?" nada bicaranya sangat gugup.

"Nama lu siapa??" jawab Falva.

"Eh! Ah-Eliana ... Eliana Shireen!" Ia menaikkan kepalanya dan menatap Falva.

"Oh, Eliana toh. Salam kenal ya!"

Eliana terlihat terkejut dan penasaran setelah mendengar perkataannya. "Ya! Salam kenal. T-tapi apa kamu ga mengenal aku? Atau pernah ketemu di suatu tempat."

"Ah ... kayaknya pernah, gus kayaknya pernah ngeliat wajah kamu, tapi gatau di mana."

"Kamu kayaknya udah lupa. Jadi waktu itu, kamu pernah nolongin aku pas di kasir, pas uangku hilang, inget?"

Setelah Eliana mengatakan itu, Falva terdiam, lalu mengingat sesuatu. "Loh kok!" Falva memperhatikan wajah Eliana secara seksama. mencoba mencocokkan wajah orang itu dengan Eliana. "M-mukamu sedikit beda. Lu jarang tidur ya?"

Eliana tertawa sedikit. "Kayaknya begitu, aku terlalu memaksakan diri akhir-akhir ini," jawabnya. Lalu Eliana pergi ke mejanya mengambil sebuah merchandise dan kembali ke meja Falva.

"Ini untukmu. Anggap aja balas budi yang waktu itu," ucapnya seraya memberikannya ke Falva. "Ini oleh-oleh dari negara Perancis, Semoga kamu suka," lanjutnya, lalu kembali ke mejanya.

"Te-terima kasih ... jangan lupa istirahat ya?" jawab Falva. "Dia orang Perancis?? Tapi mukanya ga mirip sama orang Perancis sih. Ah-mungkin dia habis jalan-jalan dari sana kali ya. Berarti dia orang kaya dong," monolog Falva.

Falva memperhatikan hadiah itu. Sebuah gantungan kunci miniatur Menara Eiffel. Itu bisa memantulkan cahaya yang berarti berbahan besi atau logam. "Bagus banget ..." ungkap Falva terlihat senang.

Tidak lama murid-murid yang lain mulai memasuki kelas, termasuk Sheila dan Datra. Mereka menyapa Falva dengan hangat sebelum duduk.

Kring! kring! kring! bel sekolah berbunyi. Seluruh Murid menuju ke lapangan utama sekolah untuk melihat penampilan ekskul sekolah.

***

Dimulai oleh penampilan dari ekskul Paskibra yang membuat penonton terkagum.
Bajunya yang rapih dan serasi berbaris dengan teratur. Suara komandan kelompok yang menggelegar sampai ruangan kelas-kelas, membuat para penonton bertepuk tangan.

***

Dilanjut penampilan ke-dua adalah dari ekskul Palang Merah Remaja. Diawali dengan akting dari ke-dua belah pihak. Mereka semua membawa alat tajam palsu. Mereka berkelahi dengan hebat, akting mereka seperti nyata. Suara jeritan dan rintihan terdengar keras. Suasananya sangat intens sampai ada orang yang jatuh dan berlumuran darah.

Dunia FalvaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon