𝐓𝐄𝐍

434 52 11
                                    

"Cukup aku saja, kalian jangan."

-Halilintar

Gempa segera meraih pintu dan membukanya secara perlahan.

Klek...

Terlihat sosok Zen yang mengetuk pintu tadi, sepertinya dia berniat mencari Blaze.

"Ada Blaze?" Tanya Zen sembari menyandarkan dirinya di tiang rumah.

Gempa sedikit kesal karena tingkahnya yang kurang sopan "ada. Masuk aja" gempa mempersilahkan Zen untuk masuk, lalu gempa segera memanggil Blaze.

"Blaze!, temen lo datang!" teriak Gempa ke arah dapur, Blaze yang sedang minum langsung tersedak.

"Uhuk. Uhuk" inilah karmanya menggangu Taufan tadi yang sedang tersedak juga, Blaze pun dengan cepat segera menghampiri Zen dan duduk di depannya.

"Weh, ada angin apa lo kemari, mau pinjem duid lagi?" Tanya Blaze, dan di angguki oleh Zen.

"1jt aja, ntar gue ganti dehh" Ucap Zen dengan senyum nakalnya (biasa, anak berandalan)

"Emang geng lo butuh banget Zen? Banyak amat, ntar gue kirim, aman"

"Tnx bro" ucap Zen sembari menyodorkan tinjunya untuk ber tos, lalu pamit pulang.

Gempa yang curiga pun menyiritkan dahinya "lo dapet duid dari mana?" tanya Gempa, jujur Gempa sendiri juga kaget saat mendengar Zen ingin meminjam 2juta, sedangkan keluarga mereka pas pasan dengan uang Halilintar.

"Alah, kerja lah, gue kan kerja part time kadang"

Deg!

"B-blaze... Lo serius?" bagaimana Gempa tidak terkejut tak kala ternyata selama ini Blaze bekerja part time, Halilintar saja tidak memperbolehkan dirinya bekerja, apalagi Blaze!

"Stt... Jan lapor alin ya, ntar gue kena gebug"

"Cuman lo aja yang kerja?"

"Engga, tuh kak upan juga, jadi ngajarin anak anak maen skateboard, kalo solar juga, cuman online, tuh anak ngajarin daring kan dia pintar" jawab Blaze dengan entengnya, sedangkan Gempa sudah terdiam.

"Sejak kapan kalian begitu?"

"Um.. Kalo mereka gue kurang tau, kalo gue si pas awal masuk SMP"

"..."

"Kak?... Are you ok?"

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Saat di kamar Gempa terus terpikirkan oleh omongan Blaze tadi pagi, dirinya takut bahwa Halilintar akan kecewa mengetahui bahwa yang yang selama ini dia berikan ternyata kurang untuk mereka.

Gempa sendiri tidak menyangka akan begini, dirinya merasa sedikit kasihan pada Halilintar, bagaimana tidak, selama ini mereka hidup hasil dari uang kerja Halilintar, bukan kakek mereka, walaupun kadang juga mengirim, belum lagi kebutuhan nya, sekolah mereka yang harus di bayar lunas sebelum tamat, yang perpisahan dirinya dan adik adiknya.

"Terbuat dari apa dirimu kak.. " Cuman Gempa sembari melihat tulisan di meja belajarnya.

Tiba tiba saja Gempa mengambil ponselnya yang berada di sampingnya, lalu membuka suatu aplikasi.

Dan benar saja, dirinya melihat media sosialnya milik solar terdapat situs web di desk miliknya untuk belajar online.

Gempa lalu memencet situs tersebut dan dirinya juga melihat banyak fans dan orang lain yang berlangganan padanya.

"Apa reaksi Halilintar jika dia tau..."
Gumam Gempa lagi.

Gempa tiba tiba saja berdiri, dan keluar kamar, dirinya berjalan ke arah kamar Halilintar untuk melihat apakah Taufan merawatnya dengan benar.

Klek...

Dari situ Gempa menghela nafas pelan, dirinya mendekati Halilintar yang berbaring tak berdaya, Gempa segera merendam handuk untuk membasahi kepala sang kakak.

"Miris sekali kak, bahkan saat ini mereka tidak mau merawatmu.. "

"Yah..... Bun... Alin rindu... "

Gempa terdiam, ternyata inilah sisi lemah Halilintar yang jarang orang tau, Gempa semangkin penasaran pada kakaknya yang paling misterius ini.

"Yah... Bun... Alin cape... "

Deg...

"Hahh... Aku tidak menyangka. Bahu yang kuat ternyata juga bisa lelah"

Setelahnya Gempa menatap khawatir pada Halilintar, dirinya benar-benar tidak bisa berkutik, Gempa sadar, yang dulunya dia kira Halilintar seperti ini sifatnya ternyata tidak, dirinya belum mengenal Halilintar dengan benar, Gempa benar-benar malu, dirinya belum bisa mengenal sang kakak tetapi sang kakak sudah mengenal semua karakter mereka.

"Maaf...kami memang merepotkan mu kak.. "

Gempa berdiri beranjak keluar kamar Halilintar, di lorong, Gempa melihat Taufan Blaze Thorn dan Solar sedang asik bermain pada ponselnya masing-masing.

"Suatu saat kalian akan menyesal.... Dan di saat itulah semuanya hancur, tidak ada lagi yang bisa kalian lakukan... "

Ucap Gempa lalu berjalan kembali ke kamarnya.

TBC

Follow kalau seru, jangan lupa tinggalin jejak ok!?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tired Where stories live. Discover now