02: Panti

21 4 0
                                    

.

.

.

Hangat. Itu lah yang sekarang Mike rasakan. Padahal hal terakhir yang ia ingat adalah tanah basah akibat darahnya sendiri. Mike perlahan membuka matanya karena perasaan aneh dibenaknya itu.

Angan-angan aneh yang ia pikirkan sebelumnya kembali memenuhi pikirannya. Setelah mencoba memfokuskan pandangannya, Mike dapat melihat plafon berwarna putih diatasnya. Hal itu semakin membuat ia berharap.

"Ah, nak, kamu sudah sadar??"

Suara wanita paruh baya menyusup ketelinganya. Mike pun mendudukkan tubuhnya. Tepat setelahnya ia melihat sebuah cermin didepannya. Tidak seperti yang Mike harapkan, dia tidak terbangun ditubuh orang asing. Namun seseorang yang sangat ia kenal, yaitu dirinya sendiri yang masih berusia 12 tahun.

"Jangan-jangan aku mengulang waktu??"

"Nak, kamu sudah tidak apa? Kenapa kamu bisa ada ditengah hutan dan berdarah-darah seperti itu??" tanya seorang wanita paruh baya itu lagi seraya memegangi bahu Mike.

"Loh, aku gak ngulang waktu?"

"Nak?" Wanita itu kembali memanggil Mike yang hanya sibuk dengan pikirannya sendiri itu.

"Ah, uhm...." Mike menundukkan kepalanya. Ia tak tau harus menjawab apa.

Wanita paruh baya itu menatap Mike. Matanya perlahan berubah sendu. Ia seperti baru saja membayangkan kejadian buruk seperti apa yang menimpa anak kecil dihadapannya itu.

"Ya sudah tidak apa-apa kalau kamu masih gak mau cerita. Tapi, bisa beri tau ibu siapa namamu?" tanya wanita itu dengan nada dan senyuman yang sangat lembut.

Mike tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia justru lagi-lagi memikirkan hal gila dibenaknya. Jika apa yang terjadi padanya sekarang ada tubuhnya kembali muda, maka bukankah itu dapat dibilang sebagai kesempatan kedua?

Mike mengukir senyum licik saat sedang tertunduk. Lalu tepat saat ia membuang senyum itu dan mendongakkan kepalanya.

"Tidak... Tau...."

.

.

.

1 minggu telah berlalu sejak tubuh Mike mengecil. Wanita paruh baya yang menemukannya sebelumnya itu membawa Mike kesebuah panti asuhan. Padahal sebelumnya Mike berharap wanita itu yang akan merawatnya. Bukan karena maksud apapun, tapi bukankah biasanya orang yang menemukan orang sakit dialah yang akan merawatnya?Setidaknya itulah yang Mike baca didalam novel.

"Novel memang gak seindah kenyataan...," lirihnya kecewa.

"Van, kamu lagi ngomong sama siapa?" Suara seorang gadis memecah lamunan Mike. Itu adalah suara gadis yang telah menemaninya selama seminggu ini dipanti.

"Eh Kak Tari, Ivan gak ada ngomong sama siapa-siapa."

Seminggu yang lalu, Mike mengaku bahwa dirinya telah hilang ingatan. Ia tidak mengingat apapun tentang dirinya sendiri. Dia juga sempat dibawa ke kantor polisi untuk memeriksa identitasnya. Namun Mike berhasil menghalangi usaha polisi itu diam-diam hingga pada akhirnya mereka tidak mendapatkan identitas asli Mike. Karena hal itu Mike akhirnya diberi identitas baru. Dan sekarang ia bernama Ivan Ryde.

"Hmm... Ya udah ayo makan siang dulu, bunda udah nungguin," ajak Kak Tari lalu berjalan kembali. Tanpa banyak kata Mike—Ivan pun mengikutinya dari belakang.

Mereka berjalan menuju ruang tengah yang sudah ramai dengan anak panti lainnya. Selain mereka, juga terdapat wanita paruh baya yang sedang menyusun makanan yang akan mereka santap. Setelah wanita yang kerap dipanggil bunda itu menyadari kedatangan Ivan dan Kak Tari, akhirnya mereka dipersilahkan untuk makan.

The Second ChanceWhere stories live. Discover now