GreyFif part 4 : Tragedi

201 18 3
                                    

Di tempat lain, di tengah ramainya para santri tengah muroja'ah hafalan mereka, di pojok musholla nampak seorang pria yang begitu khusu' mengumamkan selawatnya.

Dia cukup terganggu ketika handphone yang ada di depannya bergetar. Dengan helaan napas panjang, dia berdiri menjauh dari dalam masjid dan segera melihat siapakah sang penelpon.

Nama 'Ummi Azizah' tertera di layar hpnya membuat dirinya dengan cepat mengangkat panggilan dan mengucap salam pada orang yang menghubunginya.

Dia memilih berjalan menjauhi musholla karena di dalam musholla terdengar terlalu ramai.

"Assalamualaikum, Ummi," sapanya dengan nada lembut.

"Waalaikumussalam, Rafif. Maaf ganggu waktu kamu nak, tapi Ummi boleh minta tolong tidak?" Tanya orang di sebrang sana dengan nada agak tergesa membuat sebelah alis Rafif refleks terangkat.

Rafif mengangguk secara tidak sadar, dia menjawab, "Iya, Ummi, ada apa?"

"Tolong ke rumah, ambilin berkas di atas nakas di kamar Ummi. Tadi Ummi pengen nyuruh Nayyara, tapi dia lagi nganter Fida. Di rumah lagi kosong, kamu tau 'kan letak kuncinya?" Tanya Ummi, beliau meminta bantuannya, tentu saja Rafif menerima permintaan wanita yang dia anggap sebagai Ibunya sendiri itu. Ada banyak kebaikan yang diberikan oleh Azizah padanya.

"Ya sudah Ummi, telponnya Rafif matiin," izin Rafif diangguki orang di sebrang sana.

"Makasih, Rafif, maaf ya kalau Ummi merepotkan, Assalamualaikum."

"Gak papa Ummi, Waalaikumussalam," sahutnya memutuskan sambungan panggilan.

Setelahnya Rafif memejamkan matanya, entah mengapa suasana pesantren jadi agak mencekam jika cukup jauh dari musholla.

Matanya bergerak liar karena merasa seperti ada yang mengawasi, tangan kanannya terangkat mengelus tengkuknya. Bulu kuduknya juga terasa berdiri.

PUK

Tubuh Rafif tersentak kaget, dia terdiam kaku, dalam hatinya mulai membaca ayat kursi.

"Gus!" panggil seseorang yang tadi menepuk bahu Rafif pelan.

"Astaghfirullah! Salam dulu Bi," tegur Rafif kesal, dia menatap laki-laki yang tengah menyengir lebar sambil menggaruk tengkuknya.

"Maaf gus, tapi ini...."

Laki-laki remaja berusia 15 tahun itu menggantungkan ucapannya membuat Rafif menatapnya dengan bingung.

"Apa?" Tanyanya tak bisa menebak apa mau santri itu.

"Gus pake celana panjang gak?" Tanya Bian membuat sebelah alis Rafif kembali terangkat. Aneh.

"Iya, kenapa?" Tanyanya lagi, entah mengapa perasaan Rafif menjadi tidak enak sekarang. Dia rasa santrinya ini akan meminta sesuatu.

"Pinjem sarung ya, Gus. Celana saya robek, musholla jauh, kamar saya juga jauh...." mohon Bian setelah menjelaskan permasalahnya.

Mendengarnya membuat Rafif tersedak ludahnya sendiri, memang sih posisi mereka jauh dari musholla dan asrama, tapi, agak tidak etis juga jika Rafif melepas sarungnya di tengah jalan begini.

Dia lantas menuju tempat yang agak gelap lalu memberikan sarungnya pada sosok di depannya ini. Ada-ada saja santrinya ini.

"Ini, bisa-bisanya celanamu robek gitu," ujarnya dengan kepala menggeleng-geleng, tak paham.

"Tau lah, Gus, tadi saya lari karena cepet-cepet, tapi ini celananya malah kebablasan robek," cengirnya menerima sarung dari Rafif lalu segera memakainya.

GreyFif : DesultoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora