Rule 3

19 2 0
                                    

NO VIOLENCE IN HOME.
Baik itu secara fisik atau secara lisan.

Well, you really did a good job dengan membatasi dirimu dari awal dengan pasanganmu dengan garis keras: sekali ada KDRT, it's over for both of us. Auto-cerai, no debat.

Tapi perceraian itu tidak baik, baiknya dibicarakan dulu, kasian anak, jadi janda itu berat, dst dst...

Babe, you do you, I do what I think I should. Chill, okay?

Keluargaku ngga yang kayak parah gitu KDRT-nya, cuma ayahku pernah sekali menyakiti aku sampe bibirku 'pecah' dan itu traumanya sampe umur bongkotan gini anjir gila wkwkwk. I mean, we as a women are cute, warm and kind-hearted, lovely, sexy and (may be sometime do nasty things we can't help but well...) again semua orang berpengetahuan cukup pasti tahulah secara biologis deeds perempuan itu lebih rapuh daripada cowok. Terserah kaum far-left mau denial model apa idc, but that's the fact. Kita tubuh perempuan memang memiliki anatomi yang lebih kecil dari pria dan jika kita ngga melatih diri dengan luar biasa displin, ngga mungkin dong kita tiba-tiba isa nge-smack down para suami yang perutnya pada hamil itu? Gila aja, ngangkat tangan mereka pas mereka bebani badan kita pas dia lagi tidur aja, susahnya minta ampun. Apalagi misal tangan yang sama dibuat mukul perempuan atau anak kecil?

I would rather die than tolerate those kind of evil deeds.

Terus kekerasan secara lisan juga ngga terlalu terjadi di keluargaku, tapi jelas, banyak kali contoh korban-korban ortu verbal abuse. Trauma temen-temenku macem-macem dan mereka beruntung bisa struggle dengan baik dan hidup dengan lebih nyaman setelah bisa keluar dari rumah. Bayangin anak kecil ragu mau pulang ke rumah karena ketika dia masuk nanti, dia akan bertemu orang yang suka tiba-tiba marah ngga jelas dengan ngga masuk akal, banding-bandingin dengan orang yang ngga dia kenal, atau parahnya orang yang dia ngga suka. jelek-jelekin dia di depan orang lain hanya untuk bahan ketawaan bersama. Dude, c'mon. That's not even funny.

I mean ngga semua anak punya mental yang kuat buat just brush those off like it was nothing. Aku yang mamaku ngga gitu parah aja juga butuh bertahun-tahun untuk bisa ngomong sesuatu yang penting ke orangtuaku karena aku ngga merasa nyaman dengan reaksi, ucapan apa yang kira-kira akan mamaku lontarkan setelah aku curhat. Disepelekan, dibanding-bandingkan, ngga didengarkan, diketawakan sambil diejek, widih....

Mills, kamu ingin punya mama yang bisa jadi tempat kamu bersandar dan pulang kan? If there's no one, then be one. You love your mother regardless, but imagine if you guys could love each other in the right way. Wouldn't it be so amazing?

Yuk bisa yuk Future Mills! Kamu pasti bisa jadi mama yang penyayang dan disayangi anak-anak kau nanti, semangat! ❤

If I were ever be a Mom... . (not a parenting-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang