bab 02 : rumah kecil

6.4K 984 349
                                    

Hati ayahmu tidak akan pernah kamu temukan pada hati laki-laki manapun. Kasih sayang, cinta dan pengorbanan nya

Bagi seorang anak, ibu adalah malaikatnya dan ayah adalah pahlawannya, itulah sebabnya yang marah cukup ibu biar ayah yang jadi penolong.

"Anak abah yang mana nih?" Tanya Gus Iksan, pada dua orang gadis yang baru saja datang, entah dari mana.

"Yang ini." Aqilah tersenyum penuh, memeluk erat tubuh pamannya itu.

Sedangkan anak kandung dari Gus Iksan terdiam, sampai melongo, Aqilah mendahului nya memeluk sang abah.

"Abah..." ia adalah Hyra, anak bungsu dari Iksan dan Hilya, hampir seusia dengan Aqilah.

Gus Iksan tertawa pelan, begitupun dengan Aqilah, melepas pelukannya pamannya.

"Ini anak abah," Hyra memeluk abahnya bergantian dengan Aqilah.

"Maaf Hyra," ucap Aqilah.

Hyra menatap Aqilah, ia menjulurkan tangannya agar ikut memeluk abah nya.

"Abah kita sama-sama."

"Abah!"

"Anak abah dua-dua." Gus Iksan memeluk kedua anak gadis itu.

"AQILAH, QIL. LIAT SIAPA YANG DATANG?!"

Baik Gus Iksan dan kedua anak gadis itu, abi Syakir dan istrinya turut keluar saat mendengar teriakan yang berasal dari Arsyi.

"Aurat Ciii!!!" Arsya menutup mulut kembarannya.

"Abang Arsya!" Aqilah tersenyum bahagia, melihat kehadiran kakak laki-lakinya yang tak pernah dia lihat secara langsung.

Begitu pula dengan Arsya, ia terbang ke negri mesir saat adiknya berumur lima tahun dan baru kembali bertemu saat Aqilah sudah menjadi seorang remaja.

Bahkan Arsya sampai pangling pada adiknya ini, tumbuh cantik dan anggun, wajah sangat teduh dan tuturnya lembut. Semenjak Arsya kuliah mereka jarang berkomunikasi, membuatnya hanya bisa melihat perkembangan sang adik lewat foto yang Arsyi kadang kirim.

"Assalamualaikum." Sapa Arsya tersenyum simpul dihadapan adiknya.

"Waalaikumsalam, abang." Aqilah menyalami tangan Arsya kemudian dipeluknya.

"Udah besar adik kecil ku." Kata Arsya mengusap kepala Aqilah.

"Abang Arsya juga, makin tinggi tapi makin kurus." Kekeh Aqilah.

Arsya juga ikut tertawa, "Yaudah kasih abang makan sekarang, abang mau makan yang banyak biar nggak dikaian kurus lagi,"

"Ayo abang,"

"Huuuh kebiasaan, kalau udah ketemu dua orang lupa sama satu saudaranya," gumam Arsyi.

"Assalamualaikum nenek, kakek."

"Ihh abang, jangan panggil kakek dan nenek. Umma dan abuya, iyakan abuya?"

Abi Syakir mengangguk, dari kecil ia memberi pesan pada Arsyi dan Aqilah agar memanggil dirinya selayaknya orang tua mereka.

"Apa kabar umma?" Arsya memeluk umi Maryam sangat erat, membalas rasa rindu yang sudah lama ia kurung.

"Seperti mendengar suara Ilham," ucap Umi Maryam, abi Syakir ikut mengangguk menyetujui. Suara mereka benar-benar mirip.

"Umma kangen banget sama Arsya,"

"Apalagi Arsya umma, Arsya kanget ayam goreng umma." Canda Arsya, membuat umi Maryam tertawa.

"Abang pasti lapar ya?" Tanya Aqilah.

"Kok tau,"

"Habisnya, bahas makan terus,"

The 3 Fireflies Where stories live. Discover now