Monic Salon

0 0 0
                                    

'Aku, dia berkata aku?' batin Fiony terkejut.

Bulir bening itu berhasil lolos begitu saja, Fiony menangis terisak mendengar ucapan Steven.

"Aku mau, mulai saat ini Fiony dan Steven jadi pacar. Kita bisa lalui ini bersama, kau mau kan jadi pacar Steven? " tanya laki-laki di sebrang sana.

Fiony terbelalak tidak menyangka akan seperti itu jadinya, tetapi didalam lubuk hati terdalam dia sangat bahagia.

"Iya, aku mau, " balas Fiony keluh.

Setelah cerita yang cukup panjang, akhirnya Fiony mulai tersenyum dan bersedia menunggu kedatangan Steven sang pujaan hatinya.

Hari sudah berganti menjadi pagi, meski berat dan sakit Fiony mencoba bangkit berdiri dan memutuskan untuk menundukkan keadaan.

Gunjingan pagi hari membuat kuping Fiony panas, tetapi Katherine mengenggam erat tangan seseorang yang sudah dia angap adik sendiri.

"Hiraukan mereka, ada Katherine disini yang dukung Fiony," ucap Katherine menyadari wajah Fiony yang mulai ketakutan.

Dengan perasaan girang ia menuju sekolah, Katherine berpisah menuju kelas masing-masing. Gunjingan makin terasa jelas, bahkan semua siswa dan siswi tahu bahwa Ratih telah berselingkuh dengan pak Aldo.

Sampai di kelas, kembali matanya membelalak kala melihat poster tentang Ratih yang menjadi momok utama.

Ada foto-foto yang tertempel, dan beberapa coretan bertuliskan 'Fiony dinda Putri anak pelacur'

Semua orang mentertawai Fiony, mengolok-olok dan mejambak rambutnya.

Semua orang mengunjingnya, termasuk Afika.

Afika terlihat bahagia mendatangi kelas Fiony, tidak salah lagi dialah yang menyusun semua rencana itu.

Senyum kemenagan tergurat, dia menepuk tangan penuh girang.

"Hih, anak pelacur. Pantas wajah lo kayak monyet, kayaknya kutukan karna ibu lo tukang rebut suami orang," cetus Afika, dia tertawa terbahak-bahak.

Semua orang di kelas tertawa puas, Fiony kecil hanya bisa menutup telinga agar tidak terus mendengar gunjingan itu.

"Kasihan ya Fi, udah engga ada pangeran yang belain lu lagi," lanjut Afika duduk di atas meja Fiony.

Seketika air mata Fiony jatuh, dia tidak kuasa lagi menahan semua ini, dia merasa bahwa dunia terlalu kejam untuknya.

Afika berjalan lalu menjambak rambut Fiony hingga kepalanya mendongak ke atas.

"Gue akan jadi bos lo sekarang, ikutin semua mau gue atau lo habis, "

Fiony hanya bisa diam, lagi-lagi suara dari bayangan hitam itu berbisik dengan jelas, suara mereka sangat kuat sampai-sampai Fiony tidak dapat mendengar ocehan Afika.

'Hajar saja wanita sialan ini Fiony,' bisik sesosok dalam kepala Fiony.

'Iya benar, kalau dia tiada kau akan hidup aman dan nyaman,' timpal bisikan lain.

Fiony melihat mulut Afika yang komat-kamit tanpa suara, kemudian dia tertawa puas. Fiony menggelengkan kepala arti menolak apa yang dibisikan oleh bayangan dalam kepalanya, Afika yang melihat reaksi itu terlihat marah dan membentak Fiony.

'Tidak, gue tidak akan melakukannya," ucap Fiony sembari menutup kedua telinganya.

Afika yang melihat keanehan itu justru menampar Fiony dengan kencang, seketika Fiony seperti kembali dalam realitanya.

"Hih, udah terkutuk gila pulak, kasian banget lo Fiony." ucap Afika puas.

Bel berbunyi, Afika dan teman-temannya segera pergi meninggalkan Fiony sendirian, tidak seorangpun berniat menolongnya, semua berbisik dan melihat Fiony dengan sinis, dia sendirian lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Skizofrenia : Sinking de HumanityWhere stories live. Discover now