Sejarah Aksara Jawa

0 0 0
                                    

Semester 2 ini saya akan memberikan materi tentang
1. Sejarah Aksara Jawa
2. Aksara Jawa & Sandangan
3. Perbedaan Krama dan Madya

Sejarah Aksara Jawa

Aksara Jawa, juga dikenal sebagai Hanacaraka, adalah aksara tradisional yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Aksara ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dimulai dari pengaruh aksara Brahmi kuno yang datang ke Jawa pada abad ke-4 Masehi. Sejak saat itu, aksara Jawa terus berkembang dan mengalami modifikasi hingga bentuknya yang sekarang.

Pada awalnya, aksara Jawa digunakan untuk menulis prasasti-prasasti dan naskah-naskah keagamaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan aksara Jawa mulai merosot, terutama setelah kedatangan aksara Latin di wilayah Nusantara pada abad ke-19. Meskipun demikian, aksara Jawa tetap dipelajari dan digunakan oleh masyarakat Jawa untuk keperluan tertentu, seperti penulisan naskah-naskah tradisional, seni, dan upacara adat.

Pada tahun 1926, pemerintah Hindia Belanda mencoba untuk menyatukan sistem penulisan di wilayahnya dengan mengenalkan aksara Latin. Hal ini membuat penggunaan aksara Jawa semakin terpinggirkan. Namun, setelah kemerdekaan Indonesia, aksara Jawa kembali mendapat perhatian sebagai bagian dari warisan budaya bangsa dan digunakan dalam berbagai kegiatan budaya dan seni tradisional.

Hari ini, aksara Jawa tetap dipelajari dan diwariskan kepada generasi muda sebagai bagian penting dari identitas budaya Jawa. Meskipun penggunaannya tidak sebanyak dulu, aksara Jawa tetap dihargai dan dijaga oleh masyarakat Jawa sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya mereka.

'Aksara Jawa dasar'

ꦲ : Ha
ꦤ : Na
ꦕ : Ca
ꦫ : Ra
ꦏ : Ka

ꦣ : Da
ꦠ : Ta
ꦱ : Sa
ꦮ : Wa
ꦭ : La

ꦥ : Pa
ꦣ : Dha
ꦗ : Ja
ꦪ : Ya
ꦚ : Nya

ꦩ : Ma
ꦒ : Ga
ꦧ : Ba
ꦛ : Tha
ꦔ : Nga
Berikut adalah Sandangannya

Jika Aksara Jawa dasar diberi SandanganMaka vokalnya akan berubah, sesuai yang dipasangkanBisa juga ketambahan huruf

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika Aksara Jawa dasar diberi Sandangan
Maka vokalnya akan berubah, sesuai yang dipasangkan
Bisa juga ketambahan huruf.

Contoh

Jika menggunakan Sandhangan Wulu, maka akan menjadi

ꦲꦶ : Hi
ꦤꦶ : Ni
ꦕꦶ : Ci
ꦫꦶ : Ri
ꦏꦶ : Ki

ꦣꦶ : Di
ꦠꦶ : Ti
ꦱꦶ : Si
ꦮꦶ : Wi
ꦭꦶ : Li

ꦥꦶ : Pi
ꦣꦶ : Dhi
ꦗꦶ : Ji
ꦪꦶ : Yi
ꦚꦶ : Nyi

ꦩꦶ : Mi
ꦒꦶ : Gi
ꦧꦶ : Bi
ꦛꦶ : Thi
ꦔꦶ : Ngi
Hm

Mari beralih ke materi selanjutnya

Perbedaan Krama dan Madya


Krama dan Madya adalah dua tingkatan bahasa Jawa yang mencerminkan tingkat kesopanan dan keformalan. Perbedaan antara keduanya terletak pada tingkat formalitas dan penggunaannya dalam berbagai situasi.

- Krama: Krama adalah tingkatan bahasa Jawa yang paling formal dan dianggap paling sopan. Biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti pidato, surat resmi, atau percakapan dengan orang yang lebih tua atau yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Penggunaan Krama menunjukkan rasa hormat dan kesopanan terhadap lawan bicara.

- Madya: Madya adalah tingkatan bahasa Jawa yang lebih santai daripada Krama, namun masih lebih formal daripada tingkatan bahasa yang lebih rendah. Madya umumnya digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan teman sebaya, keluarga, atau orang yang memiliki kedudukan sosial yang sama. Penggunaan Madya dianggap cukup sopan tetapi tidak terlalu kaku.

Pemahaman dan penggunaan Krama dan Madya menjadi penting dalam budaya Jawa karena mencerminkan nilai-nilai sopan santun dan hierarki sosial yang kuat dalam masyarakat Jawa. Dengan menggunakan tingkatan bahasa yang sesuai, seseorang dapat menunjukkan penghormatan dan kesopanan kepada lawan bicara serta memperkuat hubungan sosial dalam masyarakat.

Contoh Kalimat

Krama:

- Ucapan Krama: "Sugeng rawuh ing madya." (Selamat datang di tengah-tengah kita.)
- Respon Krama: "Mugi-mugi panjenengan sehat." (Semoga Bapak/Ibu sehat.)

Madya:
- Ucapan Madya: "Sugeng enjing." (Selamat pagi.)
- Respon Madya: "Sugeng siyang." (Selamat juga.)

Jika ada pertanyaan silahkan ketikan di kolom komentar.

BAHASA JAWAWhere stories live. Discover now