05 : kepribadian.

135 27 4
                                    

"Makan yang banyak.. sayang, kamu makin kelihatan kurusan banget.."

Dengan jantung berdebar tidak karuan, Rayyi menatap sendu submissive cantik yang duduk di tepi ranjangㅡsubmissive paruh baya dengan visualisasi amat, "Baba.."

"Hm? Iya, kenapa nangis, hei?"

Tidak kuasa menahan lebih lama, Rayyi menumpahkan air matanya tanpa suaraㅡIa rindu, merindukan Baba-nya, yang ada di hadapannya sekarang.. seperti mendiang Baba kandungnya yang ada di dunianya, Rakiel beruntung sekali.

"Aku rindu.."

Air mata Rayyi diusap lembut oleh submissive cantik itu, "Maaf ya.. maaf sekali, Baba minta maaf karena Minggu lalu tidak bisa menemanimu di rumah sakit, maafkan Baba dan Ayah kamu yang sibuk.."

Rayyi semakin keras menangis, dadanya yang berdebar menjadi sesak, "Iya.. jangan minta maaf, aku tahu.."

"Untuk seminggu nanti, Baba janji menemani waktu istirahat kamu, tapi janji kalau kamu harus makan banyak.. okay?" Submissive cantik itu mengulurkan jemari kelingkingnya untuk menjalin pinky promise, "Kamu kan Hiatus lama, gak apa-apa makan banyak biar cepat sembuh.. nanti diet lagi,"

Rayyi menjalin kelingking sang Baba dengan kelingkingnya, "Janji.. tapi, Baba suapin aku ya?" Pintanya, tidak apa kan? Sekali ini saja, biarkan Rayyi merasakan kasih sayang dari seseorang yang memiliki visualisasi amat mirip dengan mendiang Baba kandungnya.

"Iya, sayang.."

Untuk kesekian kalinya Rayyi merasa iri, ya, iri terhadap kehidupan Rakiel yang dapat dikatakan sangat sempurna.

switched
love by loving, hate by hating

Kepribadian dan kebiasaan memang tidak bisa dirubah dengan mudah, Rakiel memang  tidak akan repot-repot mencari tahu tentang RayyiㅡTidak repot-repot memerankan Rayyi, ia tidak ingin dan justru ingin merubah Rayyi ralat pandangan remeh orang-orang terhadap Rayyi.

Karena kondisi kesehatan yang sudah membaik, hari ini Rakiel diizinkan pergi ke sekolahㅡIa menatap malas barang-barang yang katanya sering dibawa Rayyi, bibi yang mengatakan.

Tumpukan buku yang bukan milik Rayyi, kacamata dan tas besarㅡSialan, siapa yang menyuruh Rayyi membawa tumpukan buku yang padahal bukan milik Rayyi? Batin Rakiel membaca nama pada sampul setiap buku, Pembully Rayyi kah? Perempuan semua.

"Tuan muda.. ini seragam baru untuk anda."

Rakiel berbalik melihat bibi masuk kamar dengan membawa stelan seragam baru karena seragam lama Rayyi berlumuran darah, "Terima kasih."

Tanpa banyak berdebat dengan batin, Rakiel memakai seragam itu dan langsung menyambar tas kecil yang sudah ia isikan buku tulis sesuai jumlah mapelㅡIa sengaja tidak membawa buku paket atau LKS karena malas menggendong tas yang berat, punggung cantiknya bisa pegal dan postur tubuh indahnya bisa bungkuk seperti orang tua.

Rakiel menuruni tangga, tidak berminat mampir ke ruang makan yang sedang di tempati oleh baba tiri dan kakak tiri Rayyi, ia menghampiri supir yang sedang mengelap mobil milik Naresh.

"Pak, kunci mobil saya mana?"

Supir itu spontan berbalik kemudian membungkuk, "Saya antar saja, den."

"Gak perlu, saya mau berangkat sendiri."

"Tuan besar tidak mengizinㅡ"

Rakiel yang pada dasarnya tidak suka berbasa-basi pun menyambar telak, "Tuan besar siapa? Ayah saya?"

Supir menggeleng.

"Oh," Rakiel berdecak setelah sadar siapa yang dimaksud Tuan besar oleh Supir itu, "Submissive gila itu ya, Pak? Gak perlu pedulikan perintah dia, saya kan minta kunci mobil punya sayaㅡMobil BMW hitam yang ada di dalam garasi itu kan punya saya, hadiah Ayah untuk ulang tahun saya yang ke tujuh belas kemarin." Perjelas lebih rinci, ia tahu setelah mendengar cerita dari mulut bibiㅡIa paksa untuk bercerita tentang kehidupan Rayyi dengan alasan dirinya lupa tentang dirinya sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Switched (onhold)Where stories live. Discover now