🌿38

27.1K 3.3K 720
                                    

Pernikahan tersisa sehari lagi. Karena diadakan di salah satu hotel ternama milik Caler, maka pihak sana mulai mempersiapkan segala tetek bengek pernikahan.

Sementara itu salah satu mempelai hanya menatap tanpa arti ke arah jalanan. Kaleza akan menuju ke mansion Zairo setelah mendapat telpon bahwa sang anak tidak berhenti menangis di sana disebabkan Zairo yang pergi karena ada investor yang datang mendadak.

Sebenarnya Kaleza bisa saja menyuruh salah satu pekerja di sana datang membawa Geva, tapi tinggal di rumah penuh kenangan itu hanya akan membuat Kaleza merasa tercekik.

Sejam menempuh perjalanan, Kaleza akhirnya sampai. Gegas ia turun dari sana, begitu mendapat izin masuk Kaleza segera turun. Samar telinganya dapat mendengar suara Geva yang berasal dari atas. Maka dari itu Kaleza membawa langkah kakinya menuju lantai dua.

Namun suara Geva tidak lagi terdengar, Kaleza menuju kamar Zairo dan sosok sang anak tidak ada di sana.

Sedikit heran, Kaleza memasang baik-baik telinganya sebab hanya suara Geva yang bisa menuntunnya mengingat lantai dua memiliki banyak ruangan. Salahnya juga yang tidak bertanya dulu, Kaleza pikir Geva berada di kamar Zairo.

"Geva!" panggil Kaleza yang menghasilkan gema di sepanjang lorong.

"Mamah!"

Sambutan Geva dengan cepat membuat Kaleza menfokuskan tatapannya pada salah satu ruangan. Sedikit ragu, Kaleza membawa langkahnya menuju ruangan terakhir paling pojok.

Dia tidak akan lupa peratuan di mansion ini. Salah satunya larangan keras agar tidak ada yang memasuki ruangan terakhir di ujung lorong. Tapi suara Geva seperti ada di sana.

"Mamah!"

Geva kembali memanggilnya yang mana berhasil menghapus keraguan Kaleza untuk memasuki ruangan yang sedikit terbuka itu. Dirinya yakin Geva ada di sana, tapi bagaimana bisa Geva ada di ruangan terlarang di mansion ini?

Mendorong pelan pintu berwarna emas tersebut, Kaleza melongokkan kepalanya ke dalam. Lalu pelukan di kakinya mengalihkan Kaleza dari aksinya yang ingin mengintip ke dalam.

"Sayang, kenapa bisa di sini sih?" tanyanya membawa Geva dalam gendongannya. Kedua maniknya meneliti wajah sang anak yang sembab, tapi ke mana para pelayan yang mendapat tugas menjaga Geva?

Teledor sekali apalagi posisinya sedang berada dilantai dua.

Ketika hendak menutup pintu ruangan itu, Kaleza sedikit dibuat tertarik oleh lukisan yang sedikit terlihat. Rasa penasarannya begitu tinggi hingga Kaleza memberanikan diri membukanya sedikit lebih lebar.

Kali ini Kaleza dibuat tertegun, kakinya tanpa sadar melangkah masuk dengan Geva yang masih berada di gendongannya sesekali disertai ocehan khas balitanya.

Netranya memendar seluruh ruangan yang didominasi putih itu. Entah bagaimana Kaleza mengepresikan perasaannya sekarang ini, rasanya ada sesuatu dalam dirinya yang ingin berteriak sekuat tenaga. Mengeluarkan segala perasaannya yang diliputi berbagai emosi.

"Mamah." panggilan halus dari Geva menyadarkan Kaleza. Kepalanya menunduk lalu setitik airmata jatuh melewati pipinya.

"Papa kamu pembohong, Nak."

"Sedang apa kamu di sini?"

Bersamaan itu pertanyaan yang sarat akan ancaman di belakangnya menyentak Kaleza yang menangis. Perlahan tubuhnya berbalik, kini Kaleza berhadapan langsung dengan si empunya mansion yang masih lengkap mengenakan pakaian kerjanya.

Pandangan keduanya saling bersibobrok, tanpa suara.

"Papah!" pekikan kegirangan Geva memutus kontak mata antara kedua orang tuanya.

KaleZaWhere stories live. Discover now