🌿39

28.5K 3K 294
                                    

"GEVA!!"

"Zairo!"

Si empunya nama tersentak saat sebuah guncangan hebat diberikan di tubuhnya.

Netra hitam itu mengedar ke seluruh penjuru ruangan, aroma obat-obatan serta ruangan yang serba putih cukup menjelaskan di mana Zairo berada sekarang.

Tubuhnya segera bangkit lalu kepalanya diserang pusing mendadak akibat ulahnya barusan. Meski begitu dia tetap bangun lalu berniat turun dari atas brankar. Sayang, usahanya dihentikan oleh seseorang yang mengguncang tubuhnya tadi.

"Lo mau kemana?"

"Geva." alih-alih menjawab, Zairo terus menggumamkan nama anaknya. Bayangan tubuh kecil itu yang dihantam mobil dengan kencang segera membuat Zairo bergerak kesetanan.

"Geva!"

"Zairo, lo tenang. Anak lo aman."

Ucapan itu tidak berhasil membuat Zairo tenang, dia semakin menjadi kemudian mendorong sepupunya Stefi menjauh darinya.

"Mana anak gue?!"

Stefi meringis lantaran kesulitan mencegah Zairo yang mencoba melepas infusnya secara paksa hingga menghasilkan luka di sana.

"Sadar Zairo. Lo baru siuman." ujar Stefi di sela usahanya menghentikan Zairo, tetapi tenaganya kalah jauh. Padahal Zairo baru bangun dari tidur panjangnya.

Ceklek...

Pintu  ruangan itu dibuka lebar setelah keributan terdengar dari luar ruangan. Tak ayal, Zairo yang baru saja mendorong Stefi menoleh ke sumber suara.

"Zai," sosok yang tak lain Kaleza itu menatap Zairo, tak lama tatapannya turun pada punggung tangan Zairo yang mengeluarkan darah.

Sayangnya Kaleza tidak lama melihat luka itu saat Zairo menghampirinya dengan langkah lebarnya. Kedua bahunya dicengkram erat lalu mengguncangnya.

"Geva. Mana Geva? Dia baik-baik aja kan? Dia selamat kan?"

Kaleza yang masih blank sedikit dibuat pusing oleh pertanyaan Zairo yang bertubi-tubi. Belum sempat bibirnya membuka suara, suara nyaring khas anak balita menghentikan niatnya.

"Papah!"

Zairo menoleh, hal pertama yang ia dapati adalah senyum polos Geva sambil menepuk-nepuk kedua tangannya. Sang anak berada dalam gendongan Bryan. Gegas Zairo menghampirinya lalu mengambil alih Geva dari gendongan Bryan.

Tubuh hangat anaknya nyata.

Geva baik-baik saja.

"Dia baru bangun terus teriak-teriak cari Geva." seloroh Stefi pada Bryan setelah sebelumnya membenahi penampilannya yang sedikit berantakan akibat ulah Zairo.

Mendengar itu, Kaleza memusatkan pandangan kepada pria itu. Wajah gelisah beberapa saat lalu dengan cepat berubah menjadi ekspresi lega.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Bryan sedangkan Stefi memilih keluar tanpa beramah tamah dengan Kaleza.

"Baik." jawab Zairo meski wajahnya masih linglung.

Menyadari sesuatu, Bryan angkat suara. "Sehari sebelum pernikahan, kakek menemukanmu tidak sadarkan diri di kamar. Dokter mengatakan kamu overdosis obat tidur, terhitung sudah 3 hari kamu tidak sadarkan diri."

Zairo mengatupkan bibirnya, kembali ia membawa ingatan sehari sebelum pernikahannya. Lebih tepatnya setelah percakapannya dengan Kaleza. Zairo yang saat itu merasakan kegelisahan, meraih botol obat tidur lalu menandaskan setengah botol isinya. Selang beberapa menit setelah itu Zairo merasa detak jantungnya berkali-kali cepat disusul kemudian dia tumbang ke atas lantai.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang