🌿40

18.2K 2.3K 229
                                    

Waktu terus berlalu hingga Kaleza pun tidak menyadari bahwa ini sudah masuk bulan kedua pernikahannya dengan Bryan. Hubungan keduanya bisa di bilang jalan ditempat alias tidak berkembang, terlebih setelah pembicaraan mereka dua bulan lalu.

Seperti apa yang Kaleza ucapkan, maka dia tidak akan ikut campur dalam rencana Bryan. Dan untuk Bryan, pria yang berstatus suaminya itu belakangan ini juga jarang berada di rumah. Entah apa yang ia lakukan di luaran sana, Kaleza tidak tau.

Hari ini adalah jadwal keluarga besar Caler berkumpul, Kaleza tidak berniat bergabung sebab dia bukanlah bagian dari mereka meski ada Bryan yang berstatus suaminya. Geva akan ia titipkan pada Zairo saat pria itu akan melewati tempat bernaungnya.

Kaleza lebih memilih mengerjakan pekerjaan rumah dibanding menghadiri perkumpulan yang rata-rata berisi keturunan Caler yang tidak menyukainya.

Masih menunggu Zairo, Kaleza ke halaman belakang guna melihat sayur yang ditanam oleh pekerja di sini. Merasa siap panen, Kaleza mengambil beberapa. Antaranya kangkung, terong, dan kubis.

Sedang asyik berkebun seruan Geva yang memanggil namanya membuatnya menoleh. Sebentar kemudian wajah Kaleza kaku setelah melihat Geva berada dalam gendongan Zairo.

Sudah lama Kaleza tidak melihatnya, terlebih Zairo pernah pulang ke luar negeri. Pertemuan terakhir mereka yaitu saat Zairo dirawat inap di rumah sakit, setelahnya Kaleza tidak menemuinya lagi demi menghargai perasaan pria itu.

Meneguk ludahnya kering, Kaleza bergerak mendekati mereka. Entah karena saking gugupnya, Kaleza malah tergelincir disebabkan kondisi tanah yang basah akibat hujan tadi pagi. Sakit di kakinya tak seberapa tapi malunya itu. Apalagi Kaleza mendengar suara langkah kaki menghampirinya.

"Bisa berdiri?"

Suara berat yang sudah lama tidak Kaleza dengar, menyapanya. Kepalanya mengangguk kecil, dan mencoba bangun. Meski pincang,Kaleza berusaha menyengir lebar.

"Tanahnya licin." akunya sekedar menutupi rasa malu yang masih menggerogoti hatinya.

Karena tidak mendapat balasan, Kaleza menggigit lidahnya. Akhirnya ia memilih berjalan mendahului Zairo.

Lo kuat. Lo gak lemah. Tunjukkin ke mantan bahwa lo sehebat cat woman.

Dewi batin Kaleza terus menyuarakan semangat tinggi meski nyut-nyutan di kakinya kian bertambah.

Sayangnya, Kaleza harus menyudahi perannya sebagai wanita tangguh saat di jarak sejengkal lagi netranya melihat sesuatu di bawah kakinya.

"HUEEE KAKI SERIBU!!" teriaknya kontan berbalik. Nahas, entah sejak kapan Zairo berdiri di belakangnya menyebabkan dua tubuh itu saling bertabrakan.

Tidak adegan romantis ketika si pria menahan pinggang si cewek. Tidak ada pula pelukan yang berakhir saling tatapan romantis antara dua pasang mata. Nyatanya hari itu, baik Kaleza maupun Zairo sama-sama lari tunggang langgang karena memiliki kesamaan phobia terhadap hewan berkaki banyak tersebut.

Bahkan Zairo dengan teganya meninggalkan Kaleza di sela usaha wanita itu menahan rasa sakit di kakinya.

"Makanya lain kali hati-hati." gerutu Zairo sembari itu membersihkan kaki Kaleza dari tanah. Selanjutnya ia mengamati kaki Kaleza, terdapat memar di sana padahal perempuan itu hanya tergelincir.

"Lo terkilir?" tanyanya menatap Kaleza.

Setelah insiden tadi, keduanya berakhir di area kolam ikan. Duduk di bangku panjang sambil membenahi penampilan masing-masing.

"Keknya sih gitu." jawab Kaleza ikut mengamati kaki kirinya.

Sepertinya ia harus mencari tukang urut.

KaleZaWhere stories live. Discover now